Perbankan Syariah Sulit Berkembang, Market Share Masih 5%
A
A
A
BANDUNG - Lambatnya perkembangan perbankan syariah di Indonesia diperkirakan karena minimnya sosialisasi kepada masyarakat. Di sisi lain, belum ada dukungan penuh pemerintah terhadap ekonomi syariah di Indonesia.
Akademisi ekonomi syariah dari UIN Sunan Gunung Djati Harry Maksum mengatakan, saat ini market share perbankan syariah masih 5% dari total pemilik account perbankan. Pencapaian 5% juga setelah Bank Aceh dan Bank NTB konversi dari konvensional ke bank syariah.
“Kalau tanpa itu (konversi), sebelumnya tidak mencapai 5%. Padahal perbankan syariah sudah hampir 3 dekade ada di Indonesia. Berbeda dengan Malaysia, market share perbankan syariah sudah di atas 20%,” kata Harry Maksum di sela-sela launching portal berita syariah Suara Persaudaraan.com pada Jabar Book Fair di Gedung Landmark, Kota Bandung, Kamis (2/8/2018).
Menurut dia, minimnya sosialisasi menjadi persoalan lambatnya perkembangan perbankan syariah. Masih banyak masyarakat tidak paham perbankan syariah. Di sisi lain, perbankan syariah mestinya tidak hanya menjalankan bisnis seperti biasa saja, tetapi harus lebih aktif melakukan sosialisasi.
“Peran pemerintah juga harus besar. Kalau mau, bank BUMN dikonversi ke syariah. Karena dari sisi infrastruktur, memang fasilitas mereka masih sangat terbatas. Tetapi dengan terobosan itu, diharapkan bisa dongkrak perbankan syariah,” beber dia.
Menurut Harry, penerapan ekonomi syariah akan menyelamatkan ekonomi Indonesia. Apalagi, saat ini kesenjangan antara kaya dan miskin sangat besar. Ekonomi syariah, lanjut dia, akan mengajarkan kepada warganya untuk berbagi. Karena ada hak warga miskin di dalamnya.
“Ekonomi syariah akan menyelamatkan umat Islam agar bertransaksi sesuai aturan. Di ekonomi syariah ada keadilan dan kejujuran. Makanya di beberapa negara di Eropa, ekonomi syariah banyak diminati karena menguntungkan,” imbuh dia.
Akademisi ekonomi syariah dari UIN Sunan Gunung Djati Harry Maksum mengatakan, saat ini market share perbankan syariah masih 5% dari total pemilik account perbankan. Pencapaian 5% juga setelah Bank Aceh dan Bank NTB konversi dari konvensional ke bank syariah.
“Kalau tanpa itu (konversi), sebelumnya tidak mencapai 5%. Padahal perbankan syariah sudah hampir 3 dekade ada di Indonesia. Berbeda dengan Malaysia, market share perbankan syariah sudah di atas 20%,” kata Harry Maksum di sela-sela launching portal berita syariah Suara Persaudaraan.com pada Jabar Book Fair di Gedung Landmark, Kota Bandung, Kamis (2/8/2018).
Menurut dia, minimnya sosialisasi menjadi persoalan lambatnya perkembangan perbankan syariah. Masih banyak masyarakat tidak paham perbankan syariah. Di sisi lain, perbankan syariah mestinya tidak hanya menjalankan bisnis seperti biasa saja, tetapi harus lebih aktif melakukan sosialisasi.
“Peran pemerintah juga harus besar. Kalau mau, bank BUMN dikonversi ke syariah. Karena dari sisi infrastruktur, memang fasilitas mereka masih sangat terbatas. Tetapi dengan terobosan itu, diharapkan bisa dongkrak perbankan syariah,” beber dia.
Menurut Harry, penerapan ekonomi syariah akan menyelamatkan ekonomi Indonesia. Apalagi, saat ini kesenjangan antara kaya dan miskin sangat besar. Ekonomi syariah, lanjut dia, akan mengajarkan kepada warganya untuk berbagi. Karena ada hak warga miskin di dalamnya.
“Ekonomi syariah akan menyelamatkan umat Islam agar bertransaksi sesuai aturan. Di ekonomi syariah ada keadilan dan kejujuran. Makanya di beberapa negara di Eropa, ekonomi syariah banyak diminati karena menguntungkan,” imbuh dia.
(akr)