Kenaikan Harga Telur Pemicu Inflasi

Kamis, 02 Agustus 2018 - 16:01 WIB
Kenaikan Harga Telur...
Kenaikan Harga Telur Pemicu Inflasi
A A A
Telur ayam ras menjadi komoditas penyumbang terbesar inflasi Juli 2018, disusul oleh daging ayam ras dan bensin. ”Inflasi Juli paling besar disumbang oleh telur ayam ras. Kenaikan selama sebulan terakhir memberikan andil terhadap inflasi 0,08%. Di Banjarmasin, kenaikannya bahkan sampai 21%,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto saat jumpa pers di Jakarta kemarin.

Sementara untuk bahan makanan sendiri, daging ayam ras memberikan andil terhadap inflasi Juli 2018 sebesar 0,07%, diikuti cabe rawit 0,03%, kacang panjang 0,02% serta bayam, jengkol, kangkung, tomat sayur, jeruk, dan tomat buah masing-masing 0,01%. ”Itu komoditas yang mendorong inflasi dari bahan makanan.

Namun, bahan makanan juga ada yang mengalami deflasi seperti bawang merah 0,05%, cabai merah 0,02%, daging sapi dan ikan segar juga menahan inflasi dan menyumbang deflasi masing-masing 0,01%,” kata Suhariyanto.

Dari kelompok nonmakanan, komoditas penyumbang inflasi yaitu bensin 0,06% dan tarif pulsa ponsel 0,04%, uang sekolah SD dan uang sekolah SMA masing-masing 0,02% dan uang sekolah SMP 0,01%. Kenaikan inflasi juga didorong kenaikan tarif sewa rumah dan upah pembantu rumah tangga yang masingmasing menyumbang sebesar 0,01%.

Kemudian, ada juga ketupat atau lontong sayur, mi, nasi dengan lauk, rokok keretek, dan rokok keretek filter masing-masing 0,01%. ”Jadi, inflasi Juli 2018 utamanya pertama disebabkan kenaikan harga telur ayam ras.

Kedua, kenaikan daging ayam ras. Dan ketiga, harga bensin,” ujar Suhariyanto. Pada Juli 2018 terjadi inflasi sebesar 0,28%. Dari 82, 68 kota mengalami inflasi dan 14 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,47% dan terendah terjadi di Depok, Banyuwangi, dan Surabaya masing-masing sebesar 0,03%.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Juli) 2018 sebesar 2,18% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juli 2018 terhadap Juli 2017) sebesar 3,18%. Komponen inti pada Juli 2018 mengalami inflasi sebesar 0,41%.

Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari-Juli) 2018 mengalami inflasi sebesar 1,78% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juli 2018 terhadap Juli 2017) sebesar 2,87%.

Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira mengatakan, inflasi inti yang naik menjadi 0,41% pada Juli 2018 bisa menjadi indikator adanya perbaikan permintaan. Meski begitu, harus dicermati segmen yang mengalami kenaikan permintaan. ”Dugaan sementara ada di kelompok 40% pengeluaran terbawah yang naik dibantu bansos,” ujarnya.

Bhima melanjutkan, inflasi pada Juli 2018 dari sisi bahan makanan masih cukup tinggi, yakni 0,86% akibat pelemahan kurs rupiah. Sementara inflasi dari bahan pangan dikhawatirkan akan terus berlanjut pada Agustus. ”Selain telur dan daging ayam, inflasi bulan Agustus secara musiman akan didorong oleh harga daging sapi yang naik karena Idul Adha,” ungkapnya.

Di sisi lain, lanjut Bhima, momentum Asian Games pada Agustus berpengaruh terhadap kenaikan konsumsi makanan jadi, biaya transportasi, dan akomodasi perhotelan. ”Terakhir kemungkinan harga BBM nonsubsidi akan kembali disesuaikan pada bulan Agustus. Jadi kesimpulannya inflasi administered price dan volatile food bulan Agustus akan meningkat,” tandasnya.

Kunjungan Wisman Naik

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia Juni 2018 naik 15,21% dibandingkan jumlah kunjungan pada Juni 2017, yaitu dari 1,14 juta kunjungan menjadi 1,32 juta kunjungan. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, jika dibandingkan dengan Mei 2018, jumlah kunjungan wisman pada Juni 2018 mengalami kenaikan sebesar 6,07%.

”Ini masih masa Lebaran. Kalau dibandingkan bulan sebelumnya ada kenaikan 6,07%. Ini kenaikan persentase terbesar terjadi di Aruk Kalimantan Barat dan Bandara Sultan Hasanuddin,” ujarnya.

Secara kumulatif (Januari-Juni 2018), jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 7,53 juta kunjungan atau naik 13,08% dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2017 yang berjumlah 6,66 juta kunjungan.

Jumlah kunjungan wisman ini terdiri atas wisman yang berkunjung melalui pintu masuk udara sebanyak 4,70 juta kunjungan, pintu masuk laut sebanyak 1,54 juta kunjungan, dan pintu masuk darat sebanyak 1,28 juta kunjungan. ”Ke depan perlu menambah upaya supaya wisman yang datang lebih besar dan punya dampak kepada seluruh masyarakat.

Pariwisata dan ekonomi kreatif kita harapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru,” kata Suhariyanto. Adapun tingkat penghunian kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Juni 2018 mencapai rata-rata 52,04% atau naik 1,02 poin dibandingkan dengan TPK Juni 2017 yang tercatat sebesar 51,02%.

Sementara jika dibandingkan TPK Mei 2018, TPK hotel klasifikasi bintang pada Juni 2018 menurun sebe-sar 1,82 poin. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama Juni 2018 tercatat sebesar 1,85 hari, terjadi penurunan 0,07 poin jika dibandingkan keadaan Juni 2017.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1492 seconds (0.1#10.140)