Kuartal II, Ekonomi Jawa Timur Tumbuh 5,57%
A
A
A
SURABAYA - Perekonomian Jawa Timur (Jatim) selama kuartal II 2018 tumbuh 5,57%. Capaian itu naik dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,21%. Dari sisi produksi, semua lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
Pertumbuhan tertinggi dari sektor makanan dan minuman (mamin) sebesar 8,56%. Diikuti administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 8,36%. Kemudian transportasi dan pergudangan 8,23%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 7,88%.
Pertumbuhan ekonomi Jatim secara tahunan cukup signifikan terjadi pada sektor mamin. "Pertumbuhan sektor mamin karena didukung pertumbuhan jumlah rumah makan dan hotel," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono di Surabaya, Selasa (7/8/2018).
Struktur perekonomian Jatim didominasi tiga sektor usaha. Antara lain industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 29,09%, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 18,47% serta pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 12,37%.
Dari penciptaan sumber pertumbuhannya, industri pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 2,11%. Diikuti perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,28%, konstruksi sebesar 0,57%. "Terakhir adalah sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,41%," tandas Teguh.
Data BPS Jatim juga menunjukkan, semua komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan pengeluaran mengalami akselerasi. Pertumbuhan tertinggi pada pengeluaran konsumsi pemerintah 6,65%, disusul konsumsi rumah tangga 5,71%, PMTB 5,50%, konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) 5,13% dan ekspor 2,71%.
Tingginya pengeluaran pemerintah dipengaruhi peningkatan belanja pegawai. Yakni pembayaran gaji pokok dan tunjangan ke-14, belanja barang dan belanja barang sosial baik APBN maupun APBD. "Sedangkan konsumsi rumah tangga dan LNPRT dipengaruhi konsumsi pada bulan Ramadhan dan Lebaran, pemilihan 19 kepala daerah secara serentak pada tanggal 27 Juni 2018," imbuh Teguh.
Sementara itu, inflasi Jawa Timur per Juli 2018 mencapai 2,58%. Komoditas utama yang berkontribusi besar terhadap inflasi antara lain telur ayam ras, bensin dan cabai rawit. Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar deflasi adalah angkutan udara, bawang merah dan angkutan antar kota. Selama Juli, inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang yang mencapai 0,21%.
Sedangkan deflasi terjadi di Jember sebesar 0,08%. "Agar inflasi tetap terkendali, kami akan pasokan dan stok bahan pokok cukup aman. Kami juga lakukan pantauan harga secara berkala," kata Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jatim, Difi Ahmad Johansyah.
Pertumbuhan tertinggi dari sektor makanan dan minuman (mamin) sebesar 8,56%. Diikuti administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 8,36%. Kemudian transportasi dan pergudangan 8,23%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 7,88%.
Pertumbuhan ekonomi Jatim secara tahunan cukup signifikan terjadi pada sektor mamin. "Pertumbuhan sektor mamin karena didukung pertumbuhan jumlah rumah makan dan hotel," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono di Surabaya, Selasa (7/8/2018).
Struktur perekonomian Jatim didominasi tiga sektor usaha. Antara lain industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 29,09%, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 18,47% serta pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 12,37%.
Dari penciptaan sumber pertumbuhannya, industri pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 2,11%. Diikuti perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,28%, konstruksi sebesar 0,57%. "Terakhir adalah sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,41%," tandas Teguh.
Data BPS Jatim juga menunjukkan, semua komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan pengeluaran mengalami akselerasi. Pertumbuhan tertinggi pada pengeluaran konsumsi pemerintah 6,65%, disusul konsumsi rumah tangga 5,71%, PMTB 5,50%, konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) 5,13% dan ekspor 2,71%.
Tingginya pengeluaran pemerintah dipengaruhi peningkatan belanja pegawai. Yakni pembayaran gaji pokok dan tunjangan ke-14, belanja barang dan belanja barang sosial baik APBN maupun APBD. "Sedangkan konsumsi rumah tangga dan LNPRT dipengaruhi konsumsi pada bulan Ramadhan dan Lebaran, pemilihan 19 kepala daerah secara serentak pada tanggal 27 Juni 2018," imbuh Teguh.
Sementara itu, inflasi Jawa Timur per Juli 2018 mencapai 2,58%. Komoditas utama yang berkontribusi besar terhadap inflasi antara lain telur ayam ras, bensin dan cabai rawit. Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar deflasi adalah angkutan udara, bawang merah dan angkutan antar kota. Selama Juli, inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang yang mencapai 0,21%.
Sedangkan deflasi terjadi di Jember sebesar 0,08%. "Agar inflasi tetap terkendali, kami akan pasokan dan stok bahan pokok cukup aman. Kami juga lakukan pantauan harga secara berkala," kata Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jatim, Difi Ahmad Johansyah.
(ven)