Bahaya Kekeringan Dikhawatirkan Ancam Produksi Pangan Nasional

Rabu, 08 Agustus 2018 - 13:32 WIB
Bahaya Kekeringan Dikhawatirkan Ancam Produksi Pangan Nasional
Bahaya Kekeringan Dikhawatirkan Ancam Produksi Pangan Nasional
A A A
JAKARTA - Pemerintah diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya musim kemarau yang dinilai dapat mengancam keamanan ketersediaan stok pangan. Pasalnya, kekeringan yang terjadi saat ini diperkirakan lebih parah dibandingkan tahun lalu dan berpotensi menurunkan produksi pangan hingga 60%.

"Masalah kekeringan perlu diwaspadai oleh pemerintah. Karena saat ini kami melakukan kajian yang mirip di jaringan kami. Data yang sebagian sudah terkumpul itu di Jawa Timur, itu yang terdampak kekeringan sekitar 15-50%. Tapi, itu baru di sebagian wilayah," ujar Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas di Jakarta, Rabu (8/8/2018.

Kekeringan tersebut terutama berdampak pada wilayah-wilayah yang memiliki infrastruktur irigasi yang minim, baik sawah tadah hujan maupun daerah yang infrastruktur irigasinya sudah berkurang. Berdasarkan berbagai data yang dikumpulkan, Dwi memprediksi kekeringan tahun ini akan lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya. Kekeringan tersebut menurutnya berpotensi menurunkan produksi antara 20-60% dibandingkan produksi pada masa normal. "Ini akan mengancam produksi, terutama padi dan jagung," ujarnya.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan sejumlah daerah telah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) ekstrem atau lebih dari 60 hari, hingga daerah tersebut perlu diwaspadai terjadinya kekeringan. Daerah tersebut adalah Sape, NTB, yang tidak mengalami hujan selama 112 hari. Disusul Wulandoni, NTT, selama 103 hari; Bali 102 hari; Kawah Ijen, Jatim, 101 hari; Bangsri, Jateng, 92 hari; DIY tepatnya di Lendah dan Srandakan 82 hari.

Daerah lain yang juga perlu diwaspadai ancaman kekeringan karena hanya memiliki curah hujan rendah di bawah 55 milimeter, yaitu sebagian besar Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Maluku Utara, bagian selatan Papua Barat dan Papua sekitar Merauke. BMKG pun memprediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus dan September 2018.

"Terkait stok pangan, kita juga masih belum melihat apakah betul produksi panen pertama tahun ini, yakni Maret-Mei lalu bisa menggantikan penurunan produksi musim panen kali ini," imbuhnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6788 seconds (0.1#10.140)