LPG di Blitar dan Tulungagung Langka, Pertamina Sebut Ada yang Bermain
A
A
A
BLITAR - Sudah sepekan ini, tabung gas LPG 3 kg kembali langka di pasaran di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Kalau pun ditemui, hanya sedikit dan harganya juga sudah melambung, dari banderol Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah Rp16.000 menjadi Rp21.000. Masyarakat pun resah dan kelabakan.
Kondisi serupa terjadi di wilayah Kabupaten Tulungagung serta Kediri. Menyikapi fenomena itu, Officer Communication dan CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, Eddie Mangun justru menyatakan heran.
Menurut Eddie, Pertamina tidak pernah melakukan pengurangan kuota. Melalui pesan Whatsapp (WA). Eddie mempertanyakan isu kelangkaan selalu muncul setiap menjelang hari besar nasional, termasuk Idul Adha tahun ini.
"Kok menjelang hari besar selalu langka dan isunya sama bahwa pertamina mengurangi pasokan?," tulis Eddie Mangun dalam pesan WAnya, Kamis (23/8/2018). Terhitung 10 Mei 2018 lalu, Pertamina meningkatkan jumlah pasokan LPG subsidi ke wilayah Blitar dan Tulungagung. Di Blitar, dari sebelumnya 34.000 tabung LPG per hari menjadi 54.700 tabung LPG per hari.
Di Tulungagung, jumlah pasokan LPG subsidi sebanyak 44.240 tabung per hari. Di Tulungagung terdapat 14 agen dan 234 pangkalan. Menurut Eddie, Pertamina tidak pernah melakukan pengurangan kuota. Sebab kata dia, tidak ada dasar dan alasan untuk melakukan itu.
Dari pola dan konten isu yang sama, yakni LPG langka dan ada pengurangan dari Pertamina, Eddie mencurigai ada pihak yang sengaja bermain. Isu kelangkaan LPG selalu muncul di setiap momentum perayaan hari besar. Sebelumnya, kelangkaan juga terjadi menjelang hari raya Idul Fitri.
Saat itu di lapangan, ditemukan pembelian tabung elpiji dalam jumlah tidak lazim. Ada juga warga yang sebelumnya membeli 1-2 tabung bertambah menjadi 3-4 tabung sekali belanja.
Eddie berharap pihak terkait bisa segera mengungkapnya. Sebab kewenangan Pertamina hanya mengawasi agen dan pangkalan. Yang bisa dilakukan Pertamina, kata dia hanya melapor ke tim terpadu yang di dalamnya terdapat unsur kepolisian. "Ini pola yang sama. Dan kami berharap bisa segera diungkap, "tegasnya.
Susi, seorang ibu rumah tangga warga Wonodadi Kabupaten Blitar mengaku sudah sepekan tidak menggunakan LPG subsidi pemerintah. Untuk sementara, dia beralih menggunakan kayu bakar. Sebab di toko-toko pengecer, semuanya kosong. Kalaupun dijumpai hanya satu dua tabung, harganya menjadi Rp21.000. "Dan itupun seringkali tidak kebagian. Karena selain lebih mahal, jumlahnya juga terbatas," tuturnya.
Kondisi serupa terjadi di wilayah Kabupaten Tulungagung serta Kediri. Menyikapi fenomena itu, Officer Communication dan CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, Eddie Mangun justru menyatakan heran.
Menurut Eddie, Pertamina tidak pernah melakukan pengurangan kuota. Melalui pesan Whatsapp (WA). Eddie mempertanyakan isu kelangkaan selalu muncul setiap menjelang hari besar nasional, termasuk Idul Adha tahun ini.
"Kok menjelang hari besar selalu langka dan isunya sama bahwa pertamina mengurangi pasokan?," tulis Eddie Mangun dalam pesan WAnya, Kamis (23/8/2018). Terhitung 10 Mei 2018 lalu, Pertamina meningkatkan jumlah pasokan LPG subsidi ke wilayah Blitar dan Tulungagung. Di Blitar, dari sebelumnya 34.000 tabung LPG per hari menjadi 54.700 tabung LPG per hari.
Di Tulungagung, jumlah pasokan LPG subsidi sebanyak 44.240 tabung per hari. Di Tulungagung terdapat 14 agen dan 234 pangkalan. Menurut Eddie, Pertamina tidak pernah melakukan pengurangan kuota. Sebab kata dia, tidak ada dasar dan alasan untuk melakukan itu.
Dari pola dan konten isu yang sama, yakni LPG langka dan ada pengurangan dari Pertamina, Eddie mencurigai ada pihak yang sengaja bermain. Isu kelangkaan LPG selalu muncul di setiap momentum perayaan hari besar. Sebelumnya, kelangkaan juga terjadi menjelang hari raya Idul Fitri.
Saat itu di lapangan, ditemukan pembelian tabung elpiji dalam jumlah tidak lazim. Ada juga warga yang sebelumnya membeli 1-2 tabung bertambah menjadi 3-4 tabung sekali belanja.
Eddie berharap pihak terkait bisa segera mengungkapnya. Sebab kewenangan Pertamina hanya mengawasi agen dan pangkalan. Yang bisa dilakukan Pertamina, kata dia hanya melapor ke tim terpadu yang di dalamnya terdapat unsur kepolisian. "Ini pola yang sama. Dan kami berharap bisa segera diungkap, "tegasnya.
Susi, seorang ibu rumah tangga warga Wonodadi Kabupaten Blitar mengaku sudah sepekan tidak menggunakan LPG subsidi pemerintah. Untuk sementara, dia beralih menggunakan kayu bakar. Sebab di toko-toko pengecer, semuanya kosong. Kalaupun dijumpai hanya satu dua tabung, harganya menjadi Rp21.000. "Dan itupun seringkali tidak kebagian. Karena selain lebih mahal, jumlahnya juga terbatas," tuturnya.
(ven)