Ketua idEA: Internal Fraud Seperti di Tokopedia Bisa Terjadi di Bisnis Apapun
A
A
A
JAKARTA - Pada 24 Agustus lalu, Tokopedia resmi memutuskan hubungan kerja dengan beberapa pegawai yang terlibat internal fraud. Berdasarkan hasil audit internal rutin, para pengawai ini terbukti melakukan pelanggaran transaksi terhadap 49 unit produk dari kampanye promosi Tokopedia.
Menanggapi perihal ini, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Ignatius Untung menjelaskan bahwa internal fraud merupakan risiko tak terhindarkan bagi perusahaan manapun.
"Kecurangan oleh oknum internal yang tidak bertanggung jawab lumrah terjadi dari waktu ke waktu, baik di bisnis online maupun offline. Bahkan di industri-industri yang regulasinya secara ketat. Untuk kasus Tokopedia, analoginya ada toko offline sedang menggelar program diskon. Dari satu juta produk yang didiskon, 49 unit dibeli oleh orang dalam dengan cara yang tidak benar. Nah perusahaan tersebut lalu mengambil tindakan tegas," terang Untung di Jakarta, Rabu (29/8/2018).
Untung mengakui bahwa sikap perusahaan terhadap internal fraud memang berbeda-beda. Ada yang mungkin memilih diam, ada juga yang mengambil tindakan tegas seperti yang dilakukan oleh Tokopedia.
"Pastinya ini pilihan yang sulit, apalagi sebenarnya dari jumlah barangnya kecil sekali. Tokopedia bisa saja memilih diam supaya tidak menimbulkan pemberitaan. Ini justru membuktikan komitmen mereka untuk melindungi kepentingan konsumen, sekaligus menjaga kepercayaan dari masyarakat," ujarnya.
Menurut Untung, ini bukan pertama kalinya kasus fraud di startup menarik perhatian publik. Sebelumnya, masyarakat sempat heboh dengan pemberitaan mengenai Grab yang melaporkan karyawan yang melakukan internal fraud hingga Rp1 miliar, penangkapan order fiktif driver Go-Jek, atau kasus pesanan iPhone di Lazada yang ditukar dengan sabun.
"Lewat teknologi, justru masalah-masalah tersebut bisa lebih mudah terungkap dan dikelola dengan baik. Yang juga penting, harusnya kejadian ini memberikan efek jera bagi oknum tidak bertanggung jawab, bukan malah perusahaan yang terkait. Jangan sampai ketika nanti ada kejadian serupa, pelaku startup jadi malah enggan melaporkan," katanya.
Dalam akun instagram-nya, CEO Tokopedia William Tanuwijaya menjelaskan pentingnya integritas bagi Tokopedia. "Memang jumlahnya kecil sekali dibanding puluhan juta produk yang terjual setiap bulannya, namun bagi kami ini bukan persoalan seberapa kecil pelanggarannya. Untuk pelanggaran sekecil apapun, ini adalah masalah kegagalan integritas dalam menjaga titipan kepercayaan yang diberikan kepada Tokopedia," ungkap William.
Menanggapi perihal ini, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Ignatius Untung menjelaskan bahwa internal fraud merupakan risiko tak terhindarkan bagi perusahaan manapun.
"Kecurangan oleh oknum internal yang tidak bertanggung jawab lumrah terjadi dari waktu ke waktu, baik di bisnis online maupun offline. Bahkan di industri-industri yang regulasinya secara ketat. Untuk kasus Tokopedia, analoginya ada toko offline sedang menggelar program diskon. Dari satu juta produk yang didiskon, 49 unit dibeli oleh orang dalam dengan cara yang tidak benar. Nah perusahaan tersebut lalu mengambil tindakan tegas," terang Untung di Jakarta, Rabu (29/8/2018).
Untung mengakui bahwa sikap perusahaan terhadap internal fraud memang berbeda-beda. Ada yang mungkin memilih diam, ada juga yang mengambil tindakan tegas seperti yang dilakukan oleh Tokopedia.
"Pastinya ini pilihan yang sulit, apalagi sebenarnya dari jumlah barangnya kecil sekali. Tokopedia bisa saja memilih diam supaya tidak menimbulkan pemberitaan. Ini justru membuktikan komitmen mereka untuk melindungi kepentingan konsumen, sekaligus menjaga kepercayaan dari masyarakat," ujarnya.
Menurut Untung, ini bukan pertama kalinya kasus fraud di startup menarik perhatian publik. Sebelumnya, masyarakat sempat heboh dengan pemberitaan mengenai Grab yang melaporkan karyawan yang melakukan internal fraud hingga Rp1 miliar, penangkapan order fiktif driver Go-Jek, atau kasus pesanan iPhone di Lazada yang ditukar dengan sabun.
"Lewat teknologi, justru masalah-masalah tersebut bisa lebih mudah terungkap dan dikelola dengan baik. Yang juga penting, harusnya kejadian ini memberikan efek jera bagi oknum tidak bertanggung jawab, bukan malah perusahaan yang terkait. Jangan sampai ketika nanti ada kejadian serupa, pelaku startup jadi malah enggan melaporkan," katanya.
Dalam akun instagram-nya, CEO Tokopedia William Tanuwijaya menjelaskan pentingnya integritas bagi Tokopedia. "Memang jumlahnya kecil sekali dibanding puluhan juta produk yang terjual setiap bulannya, namun bagi kami ini bukan persoalan seberapa kecil pelanggarannya. Untuk pelanggaran sekecil apapun, ini adalah masalah kegagalan integritas dalam menjaga titipan kepercayaan yang diberikan kepada Tokopedia," ungkap William.
(ven)