Tidak Sehat, Warga Miskin Banyak Konsumsi Rokok dan Mie Instan
A
A
A
JAKARTA - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan, dua dari empat komponen pengeluaran terbesar warga miskin yakni untuk konsumsi rokok dan mie instan. Sisanya yakni beras dan telur.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, kedua pengeluaran terbesar tersebut tergolong tidak sehat. Sehingga sebisa mungkin dikurangi untuk meningkatkan kualitas hidup warga miskin.
"Data menunjukkan pengeluaran warga miskin nomor dua terbesar setelah beras itu rokok. Nomor empat itu mie instan, makanan tidak sehat dibanding dengan ayam ras dan telur," ujarnya di Jakarta, Senin (3/9/2018).
Bambang menjelaskan, program manajemen keuangan keluarga akan sampai ke sana masalahnya dari ketidakamanan dari warga yang berpenghasilan tidak besar.
"Pilihannya, pendapatan ditambah atau mengatur pendapatan mereka meski terbatas. Bisa susun (keuangan) agar anak tidak putus sekolah," katanya.
Karena itu, Bambang menyampaikan, pihaknya melakukan koordinasi dengan Kemensos dan Kemendes. Teranyar, Bappenas hari ini melakukan audiensi dengan putri pertama mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Wahid yang juga sebagai psikolog keluarga.
"Kita koordinasi dengan Kemensos dan Kemendes bisa diperkuat program tadi segera," pungkasnya.
Sementara, Allisa Wahid menambahkan, banyak warga di pedesaan yang tidak tahu mengelola keuangan, sehingga terjerat ke konsumsi yang tidak perlu.
"Bukan bagaimana banyak uang tapi bagaimana mengelola. Ini yang belum dimiliki sebagian besar masyarakat. Ini penting supaya konsumsi lebih bertanggung jawab, mana yang sesuai kebutuhan dan bukan, bisa dihitung lebih baik," pungkasnya.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, kedua pengeluaran terbesar tersebut tergolong tidak sehat. Sehingga sebisa mungkin dikurangi untuk meningkatkan kualitas hidup warga miskin.
"Data menunjukkan pengeluaran warga miskin nomor dua terbesar setelah beras itu rokok. Nomor empat itu mie instan, makanan tidak sehat dibanding dengan ayam ras dan telur," ujarnya di Jakarta, Senin (3/9/2018).
Bambang menjelaskan, program manajemen keuangan keluarga akan sampai ke sana masalahnya dari ketidakamanan dari warga yang berpenghasilan tidak besar.
"Pilihannya, pendapatan ditambah atau mengatur pendapatan mereka meski terbatas. Bisa susun (keuangan) agar anak tidak putus sekolah," katanya.
Karena itu, Bambang menyampaikan, pihaknya melakukan koordinasi dengan Kemensos dan Kemendes. Teranyar, Bappenas hari ini melakukan audiensi dengan putri pertama mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Wahid yang juga sebagai psikolog keluarga.
"Kita koordinasi dengan Kemensos dan Kemendes bisa diperkuat program tadi segera," pungkasnya.
Sementara, Allisa Wahid menambahkan, banyak warga di pedesaan yang tidak tahu mengelola keuangan, sehingga terjerat ke konsumsi yang tidak perlu.
"Bukan bagaimana banyak uang tapi bagaimana mengelola. Ini yang belum dimiliki sebagian besar masyarakat. Ini penting supaya konsumsi lebih bertanggung jawab, mana yang sesuai kebutuhan dan bukan, bisa dihitung lebih baik," pungkasnya.
(ven)