Erick Thohir Singgung Kurs Rupiah Usai Pimpin Tim Jokowi-Ma'ruf
A
A
A
JAKARTA - Erick Thohir turut mengomentari kejatuhan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang bahkan sempat tembus mendekati level Rp15.000. Hal ini disampaikan usai dirinya ditunjuk menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019, mendatang.
Menurut Erick Thohir yang juga seorang pengusaha, bahwa kondisi merosotnya rupiah merupakan dampak dari equilibirium ekonomi yang dialami dunia. Sambung dia menerangkan, kondisi pelemahan kurs mata uang rata-rata dialami seluruh dunia terutama negara berkembang.
"Apakah ekonomi indonesia dibilang jelek? Tidak. Data-data menunjukan (tahun) 98 (berbeda) dengan sekarang, jauh posisinya," ujar Erick di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta, Jumat (7/9/2018).
Erick menambahkan, kondisi ekonomi dunia saat ini dianggap sama yakni mengalami ketidakpastian. Sehingga, hal ini berdampak pada nilai tukar mata uang termasuk rupiah.
Kendati begitu, Ia mengaku pemerintah memiliki cara untuk menyelesaikan masalah pelemahan rupiah ini. "Karena begini, setiap negara mempunyai strateginya sendiri-sendiri. Apa yang terjadi di Turki dan negara lain tentu ada hal yang lebih expert daripada kita semua," tukasnya.
Menurut Erick Thohir yang juga seorang pengusaha, bahwa kondisi merosotnya rupiah merupakan dampak dari equilibirium ekonomi yang dialami dunia. Sambung dia menerangkan, kondisi pelemahan kurs mata uang rata-rata dialami seluruh dunia terutama negara berkembang.
"Apakah ekonomi indonesia dibilang jelek? Tidak. Data-data menunjukan (tahun) 98 (berbeda) dengan sekarang, jauh posisinya," ujar Erick di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta, Jumat (7/9/2018).
Erick menambahkan, kondisi ekonomi dunia saat ini dianggap sama yakni mengalami ketidakpastian. Sehingga, hal ini berdampak pada nilai tukar mata uang termasuk rupiah.
Kendati begitu, Ia mengaku pemerintah memiliki cara untuk menyelesaikan masalah pelemahan rupiah ini. "Karena begini, setiap negara mempunyai strateginya sendiri-sendiri. Apa yang terjadi di Turki dan negara lain tentu ada hal yang lebih expert daripada kita semua," tukasnya.
(akr)