Perluas Lapangan Kerja, Pelaku Industri Kreatif Butuh Dukungan
A
A
A
GIANYAR - Saat ini industri kreatif telah menjadi salah satu sektor ekonomi paling dinamis secara global, seiring dengan perkembangan teknologi, pendidikan dan inovasi. Industri kreatif tidak hanya memberikan pemasukan besar untuk negara, tetapi juga menciptakan pasar baru dan memperluas lapangan kerja.
Ketua DPR Bambang Soesatyo mengajak, parlemen yang tergabung dalam MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia) untuk mendukung pengembangan industri kreatif.
"Industri kreatif mampu membuka banyak peluang kerja bagi masyarakat, termasuk kepada pemodal kecil dan mereka yang berpendidikan rendah," ujar Ketua DPR yang akrab disapa Bamsoet dalam sesi pertama forum konsultasi MIKTA dengan tema 'Creative Industries to Support Inclusive Economic Growth', yang diselenggarakan di Istana Tampak Siring, Gianyar, Bali, Minggu (16/09/2018).
Bamsoet menilai, dukungan kepada pelaku industri kreatif pemula, pemodal kecil dan berpendidikan rendah perlu ditingkatkan. Karenanya, salah satu hal penting yang bisa dilakukan parlemen adalah memperbaiki kesadaran para pelaku industri kreatif mengenai masalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
"Tanpa perlindungan HKI, baik dalam bentuk merek, paten, maupun hak cipta, produk kreatif mereka mudah dibajak dan dimanipulasi dengan nama lain. Perbaikan metode dan perluasan sasaran sosialisasi HKI harus terus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para pelaku industri kreatif," urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN ini menambahkan, hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah upaya peningkatan kapasitas para pelaku industri kreatif dan pengakuan kemampuan yang dibuktikan dengan sertifikasi. Hal ini penting agar para pelaku industri kreatif semakin mampu bersaing di era globalisasi saat ini.
"Setiap negara memiliki definisi dan cara yang berbeda dalam membangun industri kreatifnya. Namun demikian, kita semua berpandangan sama bahwa industri kreatif memiliki potensi tinggi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa," kata Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini memaparkan, industri kreatif di Indonesia tidak hanya memberikan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga menciptakan nilai tambah sosial, budaya dan lingkungan. Dari tahun ke tahun, kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian Indonesia terus meningkat.
"Penanganan ekonomi kreatif di Indonesia dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2016, sektor ini menyumbang 7,44% atau sebesar Rp922,58 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)," sebut Bamsoet.
Legislator Partai Golkar ini menambahkan, untuk lebih mengembangkan industri kreatif, Indonesia selaku Koordinator MIKTA tahun 2018 mengusung tema 'Fostering Creative Economy and Contributing to Global Peace' di berbagai pertemuan dan kerja sama MIKTA. Sejalan dengan tema tersebut, Indonesia telah menyelenggarakan 'MIKTA Experts’ Meeting on Inclusive Digital Economy Hub' dan 'MIKTA Start-Up Fest'.
"Indonesia juga akan mengadakan World Conference on Creative Economy (WCCE) pada November 2018. Kami mengharapkan partisipasi semua anggota MIKTA dalam pertemuan WCCE yang akan datang agar kita dapat saling belajar dalam mengembangkan industri kreatif yang lebih baik," pungkas Bamsoet.
MIKTA merupakan forum kemitraan antara Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia. MIKTA dibentuk pada tahun 2013, bertujuan untuk mendukung pemerintah global yang efektif. Saat ini Indonesia menjadi ketua MIKTA.
Dalam pertemuan ini dari Indonesia hadir Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, Ketua BKSAP DPR Nurhayati Ali Assegaf, anggota Fraksi Partai Golkar DPR Fadel Muhammad, anggota Fraksi PPP DPR Hazrul Azwar, serta Dirjen Kerjasama Multilateral Kemenlu RI Febrian Ruddyard. Dari Korea Selatan hadir Ketua Parlemen Korea Selatan Moon Her Sang, anggota parlemen Korea Selatan Lee Soo Hyuck dan Ji Sang Wuk. Australia diwakili Wakil Presiden Senat Australia Sue Lines dan dari Meksiko hadir Dubes Meksiko untuk Indonesia Armando Gonzalo Alvarez.
Ketua DPR Bambang Soesatyo mengajak, parlemen yang tergabung dalam MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia) untuk mendukung pengembangan industri kreatif.
"Industri kreatif mampu membuka banyak peluang kerja bagi masyarakat, termasuk kepada pemodal kecil dan mereka yang berpendidikan rendah," ujar Ketua DPR yang akrab disapa Bamsoet dalam sesi pertama forum konsultasi MIKTA dengan tema 'Creative Industries to Support Inclusive Economic Growth', yang diselenggarakan di Istana Tampak Siring, Gianyar, Bali, Minggu (16/09/2018).
Bamsoet menilai, dukungan kepada pelaku industri kreatif pemula, pemodal kecil dan berpendidikan rendah perlu ditingkatkan. Karenanya, salah satu hal penting yang bisa dilakukan parlemen adalah memperbaiki kesadaran para pelaku industri kreatif mengenai masalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
"Tanpa perlindungan HKI, baik dalam bentuk merek, paten, maupun hak cipta, produk kreatif mereka mudah dibajak dan dimanipulasi dengan nama lain. Perbaikan metode dan perluasan sasaran sosialisasi HKI harus terus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para pelaku industri kreatif," urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN ini menambahkan, hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah upaya peningkatan kapasitas para pelaku industri kreatif dan pengakuan kemampuan yang dibuktikan dengan sertifikasi. Hal ini penting agar para pelaku industri kreatif semakin mampu bersaing di era globalisasi saat ini.
"Setiap negara memiliki definisi dan cara yang berbeda dalam membangun industri kreatifnya. Namun demikian, kita semua berpandangan sama bahwa industri kreatif memiliki potensi tinggi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa," kata Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini memaparkan, industri kreatif di Indonesia tidak hanya memberikan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga menciptakan nilai tambah sosial, budaya dan lingkungan. Dari tahun ke tahun, kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian Indonesia terus meningkat.
"Penanganan ekonomi kreatif di Indonesia dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2016, sektor ini menyumbang 7,44% atau sebesar Rp922,58 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)," sebut Bamsoet.
Legislator Partai Golkar ini menambahkan, untuk lebih mengembangkan industri kreatif, Indonesia selaku Koordinator MIKTA tahun 2018 mengusung tema 'Fostering Creative Economy and Contributing to Global Peace' di berbagai pertemuan dan kerja sama MIKTA. Sejalan dengan tema tersebut, Indonesia telah menyelenggarakan 'MIKTA Experts’ Meeting on Inclusive Digital Economy Hub' dan 'MIKTA Start-Up Fest'.
"Indonesia juga akan mengadakan World Conference on Creative Economy (WCCE) pada November 2018. Kami mengharapkan partisipasi semua anggota MIKTA dalam pertemuan WCCE yang akan datang agar kita dapat saling belajar dalam mengembangkan industri kreatif yang lebih baik," pungkas Bamsoet.
MIKTA merupakan forum kemitraan antara Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia. MIKTA dibentuk pada tahun 2013, bertujuan untuk mendukung pemerintah global yang efektif. Saat ini Indonesia menjadi ketua MIKTA.
Dalam pertemuan ini dari Indonesia hadir Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, Ketua BKSAP DPR Nurhayati Ali Assegaf, anggota Fraksi Partai Golkar DPR Fadel Muhammad, anggota Fraksi PPP DPR Hazrul Azwar, serta Dirjen Kerjasama Multilateral Kemenlu RI Febrian Ruddyard. Dari Korea Selatan hadir Ketua Parlemen Korea Selatan Moon Her Sang, anggota parlemen Korea Selatan Lee Soo Hyuck dan Ji Sang Wuk. Australia diwakili Wakil Presiden Senat Australia Sue Lines dan dari Meksiko hadir Dubes Meksiko untuk Indonesia Armando Gonzalo Alvarez.
(akr)