Harga Minyak Menyusut Terimbas Eskalasi Terbaru Perang Dagang
A
A
A
BEIJING - Pasar minyak dunia mengalami tekanan pada perdagangan, Selasa (18/9/2018) terimbas eskalasi terbaru dalam perang dagang untuk melatarbelakangi prospek permintaan. Meski begitu kekhawatiran atas pengetatan pasokan memberikan beberapa dukungan terhadap pergerakan harga minyak mentah dunia.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent mengalami penurunan sebesar 27 sen atau setara 0,35% menjadi USD77,78 per barel pada pukul 00.54 GMT. Sedangkan harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) juga lebih rendah 32 sen atau 0,46% ke level USD68,59 per barel.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberlakukan tarif 10% atas impor China senilai USD200 miliar. Sementara itu, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pekan lalu mengundang para pejabat tinggi China ke putaran baru perundingan tentang perselisihan dagang, namun sejauh ini belum agenda pertemuan lanjutan.
“Sengketa perdagangan yang berkembang telah menjadi sentimen negatif bagi perdagangan. Dampak pada pertumbuhan ekonomi secara perlahan mulai berdampak, yang sekali lagi menyakiti harga minyak,” ujar Kepala Penelitian Guotai Junan Futures Wang Xiao.
Tetapi dukungan terhadap harga minyak mentah dunia tetap muncul terkait potensi penurunan pasokan, imbas dari sanksi baru AS terhadap Iran. Sanksi tersebut bakal mempengaruhi sektor perminyakan Iran yang akan mulai diberlakukan mulai 4 November, mendatang.
Beban ekspor minyak mentah Iran telah menurun sebanyak 580.000 barel per hari dalam tiga bulan terakhir, seperti disampaikan analis Bank of America Merrill Lynch dalam sebuah laporan kepada klien. Di sisi lain produksi minyak AS diperkirakan akan meningkat 79.000 barel per hari menjadi 7,6 juta barel per hari pada Oktober, berdasarkan data Administrasi Informasi Energi AS.
Di tempat lain, menteri energi Rusia, Alexander Novak, mengatakan pada hari Senin, kemarin bahwa negara mereka siap untuk membahas kerja sama dengan Amerika Serikat untuk menyeimbangkan pasar minyak dunia.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent mengalami penurunan sebesar 27 sen atau setara 0,35% menjadi USD77,78 per barel pada pukul 00.54 GMT. Sedangkan harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) juga lebih rendah 32 sen atau 0,46% ke level USD68,59 per barel.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberlakukan tarif 10% atas impor China senilai USD200 miliar. Sementara itu, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pekan lalu mengundang para pejabat tinggi China ke putaran baru perundingan tentang perselisihan dagang, namun sejauh ini belum agenda pertemuan lanjutan.
“Sengketa perdagangan yang berkembang telah menjadi sentimen negatif bagi perdagangan. Dampak pada pertumbuhan ekonomi secara perlahan mulai berdampak, yang sekali lagi menyakiti harga minyak,” ujar Kepala Penelitian Guotai Junan Futures Wang Xiao.
Tetapi dukungan terhadap harga minyak mentah dunia tetap muncul terkait potensi penurunan pasokan, imbas dari sanksi baru AS terhadap Iran. Sanksi tersebut bakal mempengaruhi sektor perminyakan Iran yang akan mulai diberlakukan mulai 4 November, mendatang.
Beban ekspor minyak mentah Iran telah menurun sebanyak 580.000 barel per hari dalam tiga bulan terakhir, seperti disampaikan analis Bank of America Merrill Lynch dalam sebuah laporan kepada klien. Di sisi lain produksi minyak AS diperkirakan akan meningkat 79.000 barel per hari menjadi 7,6 juta barel per hari pada Oktober, berdasarkan data Administrasi Informasi Energi AS.
Di tempat lain, menteri energi Rusia, Alexander Novak, mengatakan pada hari Senin, kemarin bahwa negara mereka siap untuk membahas kerja sama dengan Amerika Serikat untuk menyeimbangkan pasar minyak dunia.
(akr)