Perang Dagang Disebut Realisasi Janji Kampanye Trump

Selasa, 18 September 2018 - 14:55 WIB
Perang Dagang Disebut Realisasi Janji Kampanye Trump
Perang Dagang Disebut Realisasi Janji Kampanye Trump
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemterian Perdagangan (Kemendag) Kasan mengatakan, bahwa perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China merupakan realisasi dari janji kampanye Presiden AS Donald Trump. Salah satunya adalah janji kampanye Trump untuk mengambil kebijakan yang protektif.
(Baca Juga: Perang Dagang Memanas, AS Terapkan Bea Impor China Rp3.000 TriliunDia mengatakan, dalam janji kampanyenya Trump mengatakan akan melakukan tindakan restruktrif dan protektif untuk kepentingan nasional (national interest) AS, serta menekan defisit neraca perdagangan Negeri Paman Sam. Selama ini, industri baja dan aluminium AS kalah saing dengan industri di China. Karena itu, Trump merasa perlu untuk meningkatkan tarif bea masuk untuk produk-produk dari China.

"Jadi kalau dilihat ya semuanya itu dia memenuhi janji kampanye dengan melakukan berbagai kebijakan yang sekarang berjalan," katanya dalam Workshop Perang Dagang AS dengan RRT di Gedung Kemendag, Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Sayangnya, keinginan Trump untuk menekan defisit neraca perdagangan AS justru berbanding terbalik dengan realita. Jika dilihat, defisit neraca perdagangna di AS justru meningkat dari semester 1/2017 ke semester 1/2018.

"Kalau kita lihat waktu bermula kondisi defisit AS, sampai semester 1/2018 ini defisit AS bukan berkurang tapi nambah lagi. Semester 1/2018 defisit USD438 miliar. Padahal semester 1/2017 hanya USD410 miliar," imbuh dia.

Sementara surplus neraca perdagangan China memang berkurang jauh pada semester 1/2018. Sayangnya, hal tersebut bukan karena trade war yang terjadi melainkan kebijakan pemerintahan China untuk mengurangi produksi manufaktur mereka.

"China yang merespon kebijakan AS di semester 1/2018, surplus China memang berkurang banyak. Kalau yang (realisasi neraca perdagangan) Agustus memang karena impact trade war, tapi sebelumnya karena kebijakan dia sendiri yang mengurangi manufakturnya," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3249 seconds (0.1#10.140)