Agresif Lakukan Eksplorasi, Pertamina Perlu Dukungan
A
A
A
JAKARTA - Direktur Center for Energy Policy Kholid Syeirazi mengapresiasi PT Pertamina (Persero) atas berbagai eksplorasi di dalam negeri yang dinilainya agresif. Agar eksplorasi migas yang dilakukan BUMN itu semakin optimal, Kholid menyebut Pertamina butuh dukungan semua pihak.
"Ya, ikhtiar Pertamina harus diapresiasi. Semua pihak harus mendukung," kata Kholid di Jakarta, Senin (24/9/2018).
Menurut Kholid, berbagai eksplorasi agresif memang sudah seharusnya dilakukan Pertamina. Karena pada industri hulu migas, eksplorasi merupakan nyawa dari kegiatan hulu itu. "Tanpa eksplorasi tidak mungkin ada lifting, tidak mungkin ada produksi," kata dia.
Masa depan industri migas Indonesia, kata dia, memang harus bermulai dari kegiatan eksplorasi. Semakin banyak eksplorasi, berarti semakin memungkinkan untuk menambah produksi. "Karena dari eksplorasi nanti akan ditemukan cadangan migas," tuturnya.
Dukungan pemerintah, kata Kholid, harus diberikan. Pasalnya, ketidakpastian regulasi hulu migas saat ini justru membuat eksplorasi dalam satu dekade bersifat konservatif, yaitu di area brown field yang sudah dirambah. "Perusahaan asing pun melakukan eksplorasi konservatif yaitu hanya di brown field," jelasnya.
Melalui dukungan itulah, diharapkan Pertamina bisa melakukan ekplorasi di daerah baru (green field). Dukungan harus diberikan, mengingat dari 128 cekungan, baru 38 yang digarap dan 90 sisanya masih perawan. "Itu terjadi karena regulasinya memang tidak pasti," kata dia.
Pertamina sepanjang 2018 terbilang agresif melakukan eksplorasi di dalam negeri yang dilakukan guna menemukan cadangan dan meningkatkan produksi migas. Saat ini, Pertamina telah menyelesaikan seismik 2D sepanjang 153 km dan hingga akhir 2018, diproyeksikan sepanjang 2.590 km.
Sementara untuk seismik 3D, Pertamina telah melakukan seluas 419 km2 dan diproyeksikan sampai dengan tahun 2018 seluas 869 km2. Kegiatan seismik 2D dan 3D tersebut dilaksanakan di sejumlah wilayah kerja Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi.
Selain seismik, Pertamina telah menyelesaikan pemboran tujuh sumur eksplorasi dan hingga akhir 2018 diproyeksikan sebanyak 17 sumur.
"Ya, ikhtiar Pertamina harus diapresiasi. Semua pihak harus mendukung," kata Kholid di Jakarta, Senin (24/9/2018).
Menurut Kholid, berbagai eksplorasi agresif memang sudah seharusnya dilakukan Pertamina. Karena pada industri hulu migas, eksplorasi merupakan nyawa dari kegiatan hulu itu. "Tanpa eksplorasi tidak mungkin ada lifting, tidak mungkin ada produksi," kata dia.
Masa depan industri migas Indonesia, kata dia, memang harus bermulai dari kegiatan eksplorasi. Semakin banyak eksplorasi, berarti semakin memungkinkan untuk menambah produksi. "Karena dari eksplorasi nanti akan ditemukan cadangan migas," tuturnya.
Dukungan pemerintah, kata Kholid, harus diberikan. Pasalnya, ketidakpastian regulasi hulu migas saat ini justru membuat eksplorasi dalam satu dekade bersifat konservatif, yaitu di area brown field yang sudah dirambah. "Perusahaan asing pun melakukan eksplorasi konservatif yaitu hanya di brown field," jelasnya.
Melalui dukungan itulah, diharapkan Pertamina bisa melakukan ekplorasi di daerah baru (green field). Dukungan harus diberikan, mengingat dari 128 cekungan, baru 38 yang digarap dan 90 sisanya masih perawan. "Itu terjadi karena regulasinya memang tidak pasti," kata dia.
Pertamina sepanjang 2018 terbilang agresif melakukan eksplorasi di dalam negeri yang dilakukan guna menemukan cadangan dan meningkatkan produksi migas. Saat ini, Pertamina telah menyelesaikan seismik 2D sepanjang 153 km dan hingga akhir 2018, diproyeksikan sepanjang 2.590 km.
Sementara untuk seismik 3D, Pertamina telah melakukan seluas 419 km2 dan diproyeksikan sampai dengan tahun 2018 seluas 869 km2. Kegiatan seismik 2D dan 3D tersebut dilaksanakan di sejumlah wilayah kerja Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi.
Selain seismik, Pertamina telah menyelesaikan pemboran tujuh sumur eksplorasi dan hingga akhir 2018 diproyeksikan sebanyak 17 sumur.
(fjo)