Pemanfaatan Teknologi Digital Demi Peningkatan Produksi Pertanian
A
A
A
BOGOR - Pemanfaatan teknologi digital di sektor pertanian saat ini dinilai telah perlu diterapkan secara menyeluruh. Penggunaannya bisa dilakukan untuk mendukung mulai dari proses produksi, logistik hingga sampai ke konsumen.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Drajat Martianto, Senin (1/10/2018). Lebih lanjut Ia menerangkan, seluruh mandat proses pelaksanaan produksi pangan diberikan kepada Kementerian Pertanian (Kementan) sehingga sudah harus mulai mengarah ke pemanfaatan teknologi digital dalam kinerjanya.
"Kementerian Pertanian kan mandatnya memang kepada peningkatan produksi. Nah jadi kalau bisa, untuk meningkatkan produksi pertanian itulah menggunakan teknologi digital," ucap Drajat.
Sambung dia mencontohkan, Kementerian Pertanian dapat mengoptimalkan teknologi digital guna memetakan basis wilayah pertanian atau juga mendongkrak efektivitas produksi pangan. "Sehingga kalau ke depan semakin banyak petani yang sudah mulai tidak tertarik lagi mengurusi pertanian karena keterbatasan luas lahan dan sebagainya, teknologi digital yang mampu menyelesaikan persoalan itu," ujarnya.
Ia juga menilai, Kementan masih memiliki peran yang perlu dituntaskan dan memerlukan kontribusi dari kalangan ilmuwan maupun kelompok masyarakat, yaitu menyoal pendataan distribusi pertanian dan kerusakan pasca panen. "Kementerian Pertanian harus didukung optimal banyak berperan di situ untuk digitalisasi pertanian. Memang sekarang masih belum terlalu masif penggunaannya," paparnya.
Drajat beranggapan, pemanfaatan teknologi digital di sektor pertanian akan mampu jadi solusi antara keuntungan yang tetap diperoleh petani dari proses produksi dan begitu juga dengan konsumen melalui bagusnya hasil kualitas pangan. "Itu tidak mungkin dilakukan tanpa intervensi teknologi. Nah, akrologistik menjawab itu. Nah, untuk mengembanhkan akrologistik, jelas teknologi digital amat dibutuhkan," terang dia.
Ditambahkan olehnya Kementerian Pertanian perlu dorongan untuk mentransformasi hal seperti itu ke petani Indonesia yang rata-rata masih menggunakan cara konvensional. Sehingga ikut membantu memasarkan hasil pertanian dan harga yang baik. Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa hasil produksi tani akan sulit memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa dukungan teknologi.
Oleh sebab itu, Amran Sulaiman ingin sektor pertanian beradaptasi dengan teknologi digital 4.0 yang kini sedang berkembang sehingga bisa menggenjot produktivitas pertanian. Melalui mekanisasi teknologi pertanian 4.0, Amran Sulaiman berharap, dapat mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Drajat Martianto, Senin (1/10/2018). Lebih lanjut Ia menerangkan, seluruh mandat proses pelaksanaan produksi pangan diberikan kepada Kementerian Pertanian (Kementan) sehingga sudah harus mulai mengarah ke pemanfaatan teknologi digital dalam kinerjanya.
"Kementerian Pertanian kan mandatnya memang kepada peningkatan produksi. Nah jadi kalau bisa, untuk meningkatkan produksi pertanian itulah menggunakan teknologi digital," ucap Drajat.
Sambung dia mencontohkan, Kementerian Pertanian dapat mengoptimalkan teknologi digital guna memetakan basis wilayah pertanian atau juga mendongkrak efektivitas produksi pangan. "Sehingga kalau ke depan semakin banyak petani yang sudah mulai tidak tertarik lagi mengurusi pertanian karena keterbatasan luas lahan dan sebagainya, teknologi digital yang mampu menyelesaikan persoalan itu," ujarnya.
Ia juga menilai, Kementan masih memiliki peran yang perlu dituntaskan dan memerlukan kontribusi dari kalangan ilmuwan maupun kelompok masyarakat, yaitu menyoal pendataan distribusi pertanian dan kerusakan pasca panen. "Kementerian Pertanian harus didukung optimal banyak berperan di situ untuk digitalisasi pertanian. Memang sekarang masih belum terlalu masif penggunaannya," paparnya.
Drajat beranggapan, pemanfaatan teknologi digital di sektor pertanian akan mampu jadi solusi antara keuntungan yang tetap diperoleh petani dari proses produksi dan begitu juga dengan konsumen melalui bagusnya hasil kualitas pangan. "Itu tidak mungkin dilakukan tanpa intervensi teknologi. Nah, akrologistik menjawab itu. Nah, untuk mengembanhkan akrologistik, jelas teknologi digital amat dibutuhkan," terang dia.
Ditambahkan olehnya Kementerian Pertanian perlu dorongan untuk mentransformasi hal seperti itu ke petani Indonesia yang rata-rata masih menggunakan cara konvensional. Sehingga ikut membantu memasarkan hasil pertanian dan harga yang baik. Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa hasil produksi tani akan sulit memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa dukungan teknologi.
Oleh sebab itu, Amran Sulaiman ingin sektor pertanian beradaptasi dengan teknologi digital 4.0 yang kini sedang berkembang sehingga bisa menggenjot produktivitas pertanian. Melalui mekanisasi teknologi pertanian 4.0, Amran Sulaiman berharap, dapat mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan.
(akr)