Dolar AS Melemah Karena Melambatnya Pertumbuhan Upah
A
A
A
NEW YORK - Dolar Amerika Serikat melemah pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat, disebabkan data ketenagakerjaan bulan September yang tidak sesuai harapan.
Melansir dari Reuters, Sabtu (6/10/2018), data ketenagakerjaan AS pada September 2018 bertambah 134.000 orang, lebih rendah dari ekspektasi sebesar 185.000 orang. Angka 134.000 ini merupakan jumlah paling sedikit sepanjang tahun 2018 berjalan.
Namun, tingkat pengangguran di AS turun menjadi 3,7% pada bulan September, atau tingkat terendah sejak Desember 1969. Begitu pula dengan upah rata-rata per jam yang meningkat 8 sen atau 0,3% di bulan September.
Tetapi upah bulan September secara tahunan hanya tumbuh 2,8%. Berbeda dengan Agustus lalu, dimana secara year-on-year tumbuh 3,9%. Artinya pertumbuhan upah melambat. Namun, tingkat upah di AS saat ini merupakan kenaikan terbesar setelah lebih dari 9 tahun.
Kenaikan upah tenaga kerja di AS ini, juga diikuti oleh beberapa perusahaan seperti Amazon yang menaikkan upah minimum menjadi USD15 per jam. "Kenaikan upah ini bisa membuat pertumbuhan inflasi lebih tinggi, sehingga mengkhawatirkan pasar," kata Russell Price, ekonom senior di Ameriprise Financial Services di Troy, Michigan.
Kekhawatiran investor membuat indeks USD terhadap enam mata uang utama jatuh ke level 95,62. Sebelum pengumuman data ketenagakerjaan, indeks USD berada di angka 95,77.
Kemarin, dolar AS menguat mengambil untung dari kenaikan imbal hasil obligasi (treasury) bertenor 10 tahun, sehingga menarik investor untuk membeli dan berdampak pada menguatnya dolar AS.
Melansir dari Reuters, Sabtu (6/10/2018), data ketenagakerjaan AS pada September 2018 bertambah 134.000 orang, lebih rendah dari ekspektasi sebesar 185.000 orang. Angka 134.000 ini merupakan jumlah paling sedikit sepanjang tahun 2018 berjalan.
Namun, tingkat pengangguran di AS turun menjadi 3,7% pada bulan September, atau tingkat terendah sejak Desember 1969. Begitu pula dengan upah rata-rata per jam yang meningkat 8 sen atau 0,3% di bulan September.
Tetapi upah bulan September secara tahunan hanya tumbuh 2,8%. Berbeda dengan Agustus lalu, dimana secara year-on-year tumbuh 3,9%. Artinya pertumbuhan upah melambat. Namun, tingkat upah di AS saat ini merupakan kenaikan terbesar setelah lebih dari 9 tahun.
Kenaikan upah tenaga kerja di AS ini, juga diikuti oleh beberapa perusahaan seperti Amazon yang menaikkan upah minimum menjadi USD15 per jam. "Kenaikan upah ini bisa membuat pertumbuhan inflasi lebih tinggi, sehingga mengkhawatirkan pasar," kata Russell Price, ekonom senior di Ameriprise Financial Services di Troy, Michigan.
Kekhawatiran investor membuat indeks USD terhadap enam mata uang utama jatuh ke level 95,62. Sebelum pengumuman data ketenagakerjaan, indeks USD berada di angka 95,77.
Kemarin, dolar AS menguat mengambil untung dari kenaikan imbal hasil obligasi (treasury) bertenor 10 tahun, sehingga menarik investor untuk membeli dan berdampak pada menguatnya dolar AS.
(ven)