Fakta-fakta Dedolarisasi yang Digaungkan BRICS: Ekonomi Amerika Bisa Klenger
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dedolarisasi yang digaungkan oleh BRICS ternyata menghadapi berbagai tantangan dan juga dampak yang mengerikan terhadap perekonomian Amerika Serikat. Dalam artikel berjudul "De-Dollarization: What Is It, and Is It Happening?" yang dimuat oleh Investopedia hari ini (16/9/2023), terungkap sejumlah fakta tentang dedolarisasi. Berikut rangkumannya:
Apa Itu De-Dolarisasi?
Dedolarisasi menggambarkan proses beralih dari ketergantungan dunia pada dolar AS (USD) sebagai mata uang cadangan utama. Selama lebih dari satu abad, dolar AS telah menikmati keunggulan sebagai mata uang cadangan utama dunia. Menurut data IMF, dolar menyumbang 59% dari alokasi cadangan mata uang pada kuartal I-2023, jauh di atas euro yang hanya di bawah 20% dan yen Jepang yang sekitar 5%.
Meskipun tidak ada keraguan bahwa mata uang ini tetap berada di urutan teratas, porsi dolar dalam alokasi cadangan mata uang telah menurun selama beberapa dekade terakhir, turun lebih dari 70% pada tahun 2001.
Bagaimana De-Dolarisasi Bekerja
Negara-negara yang ingin mengurangi pengaruh dolar terhadap perekonomian mereka dapat mengadopsi berbagai pendekatan. Untuk menghindari bayang-bayang dolar, bank sentral memerlukan mata uang cadangan alternatif yang masih memungkinkan mereka menopang sistem keuangan lokal dan berpartisipasi dalam perdagangan internasional.
Pertanyaan kuncinya kemudian adalah: Mata uang apa lagi, jika ada, yang cocok untuk disimpan oleh bank sentral sebagai cadangan resmi? Alternatif tradisional terhadap dolar termasuk euro, yen, dan pound sterling Inggris. Namun, sebagaimana dicatat oleh IMF, mata uang ini belum meningkatkan porsi alokasi cadangannya sebanding dengan penurunan dolar.
China telah berperan sebagai pendorong de-dolarisasi, dengan tujuan memposisikan renminbi sebagai mata uang cadangan. Meskipun bank sentral telah meningkatkan kepemilikan renminbi, porsi mata uang tersebut terhadap cadangan global masih di bawah 2,5%.
Di tengah keraguan mengenai kelayakan renminbi sebagai mata uang cadangan, banyak negara telah mengalokasikan cadangan ke mata uang negara-negara dengan ekonomi lebih kecil. Sekitar tiga perempat dari peralihan cadangan devisa dari dolar AS dialihkan ke mata dolar Australia, dolar Kanada, krona Swedia, dan won Korea Selatan.
Alternatif lainnya adalah bank sentral menyimpan cadangan emas mereka, dan negara-negara di seluruh dunia telah melakukan itu. Menurut Dewan Emas Dunia, permintaan emas oleh bank sentral pada tahun 2022 melonjak menjadi 1.136 metrik ton, naik 152% dari tahun ke tahun dan mencapai level tertinggi sejak tahun 1950.
Apa Itu De-Dolarisasi?
Dedolarisasi menggambarkan proses beralih dari ketergantungan dunia pada dolar AS (USD) sebagai mata uang cadangan utama. Selama lebih dari satu abad, dolar AS telah menikmati keunggulan sebagai mata uang cadangan utama dunia. Menurut data IMF, dolar menyumbang 59% dari alokasi cadangan mata uang pada kuartal I-2023, jauh di atas euro yang hanya di bawah 20% dan yen Jepang yang sekitar 5%.
Meskipun tidak ada keraguan bahwa mata uang ini tetap berada di urutan teratas, porsi dolar dalam alokasi cadangan mata uang telah menurun selama beberapa dekade terakhir, turun lebih dari 70% pada tahun 2001.
Bagaimana De-Dolarisasi Bekerja
Negara-negara yang ingin mengurangi pengaruh dolar terhadap perekonomian mereka dapat mengadopsi berbagai pendekatan. Untuk menghindari bayang-bayang dolar, bank sentral memerlukan mata uang cadangan alternatif yang masih memungkinkan mereka menopang sistem keuangan lokal dan berpartisipasi dalam perdagangan internasional.
Pertanyaan kuncinya kemudian adalah: Mata uang apa lagi, jika ada, yang cocok untuk disimpan oleh bank sentral sebagai cadangan resmi? Alternatif tradisional terhadap dolar termasuk euro, yen, dan pound sterling Inggris. Namun, sebagaimana dicatat oleh IMF, mata uang ini belum meningkatkan porsi alokasi cadangannya sebanding dengan penurunan dolar.
China telah berperan sebagai pendorong de-dolarisasi, dengan tujuan memposisikan renminbi sebagai mata uang cadangan. Meskipun bank sentral telah meningkatkan kepemilikan renminbi, porsi mata uang tersebut terhadap cadangan global masih di bawah 2,5%.
Di tengah keraguan mengenai kelayakan renminbi sebagai mata uang cadangan, banyak negara telah mengalokasikan cadangan ke mata uang negara-negara dengan ekonomi lebih kecil. Sekitar tiga perempat dari peralihan cadangan devisa dari dolar AS dialihkan ke mata dolar Australia, dolar Kanada, krona Swedia, dan won Korea Selatan.
Alternatif lainnya adalah bank sentral menyimpan cadangan emas mereka, dan negara-negara di seluruh dunia telah melakukan itu. Menurut Dewan Emas Dunia, permintaan emas oleh bank sentral pada tahun 2022 melonjak menjadi 1.136 metrik ton, naik 152% dari tahun ke tahun dan mencapai level tertinggi sejak tahun 1950.