IPO, Saham Jaya Bersama Indo Resmi Melantai di Bursa

Rabu, 10 Oktober 2018 - 12:13 WIB
IPO, Saham Jaya Bersama Indo Resmi Melantai di Bursa
IPO, Saham Jaya Bersama Indo Resmi Melantai di Bursa
A A A
JAKARTA - PT Jaya Bersama Indo Tbk (Perseroan), pengelola jaringan restoran chinese food terbesar di Indonesia dengan resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten dengan kode perdagangan “DUCK” tersebut, menawarkan sebesar 513.330.000 lembar saham dengan harga Rp 505 per saham melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO). Nilai tersebut, setara dengan 40% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah IPO.

Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan ini mendapatkan respon yang positif dan antusiasme dari masyarakat yang besar, dimana tercermin dari over subscribe pooling yang mencapai lebih dari 80x. Hal ini terjadi terutama disebabkan oleh kinerja keuangan Perusahaan yang baik dan harga penawaran saham yang menarik yaitu valuasi Price Earning Ratio (PER) tahun 2018 sebesar 5,8x dengan asumsi menggunakan proyeksi net income tahun 2018.

Perseroan menjadi emiten ke-43 yang tercatat di BEI tahun 2018 atau emiten ke-606. Dalam aksi korporasi ini, Perseroan menunjuk PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, PT Danareksa Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Menurut Dewi Tio (Direktur), Perseroan mengadakan program Employee Stock Allocartion (ESA) dengan mengalokasikan 0,006% dari jumlah penerbitan saham yang ditawarkan atau sebanyak 30.000 saham.

"Perseroan juga menerbitkan opsi saham untuk program Management and Employee Stock Ownership Program (MESOP) sebanyak-banyaknya 10% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO atau sebanyak-banyaknya 128.333.000 lembar saham," ujar Dewi Tio di Jakarta, Rabu (10/10/2018).

Sesuai dengan Prospektus, Perseroan akan mengalokasikan sebesar 80% dana hasil IPO untuk ekspansi bisnis, membuka gerai baru dan merenovasi gerai yang ada. Sedangkan sisanya sebesar 20% untuk modal kerja.

Adapun gerai baru akan dibuka pada sejumlah kota besar di Indonesia antara lain di Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan. Selain itu, Perseroan juga akan berekspansi ke luar negeri dengan menyasar pasar di Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.

Pada tahun 2003, Perseroan membuka restoran pertama di Senayan Trade Centre, Jakarta. Perseroan fokus pada masakan tradisional Tiongkok, tanpa daging dan lemak babi. Adapun hidangan utamanya adalah bebek Peking panggang.

Restoran yang dikelola Perseroan tumbuh sebagai merek berkualitas internasional, yang didukung oleh koki berkualitas dan berpengalaman di Asia. Selain itu menjadi salah satu jaringan restoran yang paling cepat berkembang dan diakui, dengan 35 gerai tersebar di sembilan kota di Indonesia.

Perusahaan memiliki tiga merek utama, yaitu The Duck King, Fook Yew, dan Panda Bowl, serta tujuh sub-merek dari The Duck King untuk menangkap permintaan di segmen konsumen kelas menengah yang sedang tumbuh di Indonesia.

Secara grup, Perseroan mempekerjakan hampir 2.000 karyawan dengan 70 koki terlatih dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Tiongkok. Mereka dilengkapi dengan kualifikasi standar internasional dan pengalaman yang bereputasi panjang di industri F&B Tiongkok.

Di sisi lain, Perseroan akan meningkatkan pangsa pasar dengan konsep restoran atau merek baru, meningkatkan kesadaran konsumen terhadap merek Perseroan melalui pemasaran aktif dan promosi, serta melalui keunggulan operasional.

Pada tahun 2017, Perseroan berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 23,4% dari Rp 436 miliar pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp 538 miliar pada tahun 2017. Adapun EBITDA naik 118,2% dari Rp 62 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 134 miliar pada tahun 2017. Margin EBITDA mencapai 24,9%. Sedangkan net margin tahun 2017 sebesar 13,5%, dengan perolehan laba bersih sebesar Rp 72 miliar.

Sementara itu, Total Aset meningkat 18,3% dari Rp 447 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 529 miliar pada tahun 2017. Total Ekuitas naik 32% dari Rp 241 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 318 miliar pada tahun 2017. Total Kewajiban naik 2,3% dari Rp 206 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 211 miliar pada tahun 2017.

Sedangkan current ratio naik dari 1,9 kali menjadi 2,2 kali. ROE turun dari 36,7% menjadi 22,6%. ROA turun dari 19,7% menjadi 13,6%; dan debt to equity ratio (DER) stabil, yakni sebesar 0,2 kali.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6945 seconds (0.1#10.140)