Tim Jokowi-Ma'ruf Sebut RI Untung Besar dari Pertemuan IMF-Bank Dunia
A
A
A
JAKARTA - Penyelenggaraan pertemuan IMF dan Bank Dunia 2018 di Bali dinilai sejumlah pakar ekonomi telah menghambur-hamburkan keuangan negara. Namun menurut Direktur Penggalangan Pemilih Pemula dan Milenial Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin, Bahlil Lahadalia justru Indonesia mendapatkan untung besar.
(Baca Juga: Ekonomi Global Ibarat Game Of Thrones, Hipmi: Pidato Jokowi GokilBahlil menyebutkan, Indonesia untung besar dari pertemuan yang mendatangkan sekitar 35 ribu orang tersebut. "Kalau memang itu uang negara yang kita pakai ada sekitar Rp855 miliar. Saya berani mengatakan dengan Rp855 miliar itu dengan kegiatan yang baik bisa terjadi surplus," ujar Bahlil saat jumpa pers di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta, Jumat (12/10/2018).
Sambung dia menjelaskan, keuntungan yang didapat Indonesia bisa dihitung dari 35 ribu orang termasuk di dalamnya para pengusaha besar dari negara delegasi. Menurutnya, jika spending mencapai USD600-700 per hari per orang maka, minimal pendapatan per orang per hari mencapai Rp7-8 juta.
"Kalo 700 per hari dikali 9 hari, maka itu sekitar 6.300 dolar per orang. Kalau dikalikan 35 ribu orang dengan nilai rupiah 14 ribu maka hitungannya hampir 3 Triliun uang masuk," katanya.
Menurut Bahlil, pendapatan ini masih bertambah dengan asumsi Rp850 miliar terpakai semua, maka negara mendapatkan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) barang dan jasa sekitar 10%.
Selain itu, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini menyebut perputaran ekonomi di Bali bergerak secara signifikan baik dari sektor keuangan perbankan maupun nilai tambah yang dihasilkan dari sektor perhotelan, transportasi, UMKM, dan tentunya wisatawan.
"Kemudian, teman-teman saya di NTT itu fasilitas untuk paska kegiatan, sudah penuh juga disana. Wisata, Labuan Bajo penuh. Raja ampat di papua juga penuh. Belum lagi yang ke Jakarta. Artinya multiplier effect itu luar biasa," ungkapnya.
Maka itu, Bahlil mengaku mempertanyakan argumen sejumlah pakar yang menyebut negara rugi atau cenderung menghambur-hamburkan keuangan negara dalam penyelenggaraan event 3 tahunan tersebut.
"Bahwa ini bagaimana menarik investasi negara-negara luar. Ada 189 negara bos. Gak akan muncul investasi di sebuah negara kalo gak ada trust, belum lagi kita mendapat yang disebut iklan gratis. Itu 189 negara itu media semua meliput. Jadi media kumpul di sana semua. Jadi ini momentum sangat tepat," tandasnya.
(Baca Juga: Ekonomi Global Ibarat Game Of Thrones, Hipmi: Pidato Jokowi GokilBahlil menyebutkan, Indonesia untung besar dari pertemuan yang mendatangkan sekitar 35 ribu orang tersebut. "Kalau memang itu uang negara yang kita pakai ada sekitar Rp855 miliar. Saya berani mengatakan dengan Rp855 miliar itu dengan kegiatan yang baik bisa terjadi surplus," ujar Bahlil saat jumpa pers di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta, Jumat (12/10/2018).
Sambung dia menjelaskan, keuntungan yang didapat Indonesia bisa dihitung dari 35 ribu orang termasuk di dalamnya para pengusaha besar dari negara delegasi. Menurutnya, jika spending mencapai USD600-700 per hari per orang maka, minimal pendapatan per orang per hari mencapai Rp7-8 juta.
"Kalo 700 per hari dikali 9 hari, maka itu sekitar 6.300 dolar per orang. Kalau dikalikan 35 ribu orang dengan nilai rupiah 14 ribu maka hitungannya hampir 3 Triliun uang masuk," katanya.
Menurut Bahlil, pendapatan ini masih bertambah dengan asumsi Rp850 miliar terpakai semua, maka negara mendapatkan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) barang dan jasa sekitar 10%.
Selain itu, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini menyebut perputaran ekonomi di Bali bergerak secara signifikan baik dari sektor keuangan perbankan maupun nilai tambah yang dihasilkan dari sektor perhotelan, transportasi, UMKM, dan tentunya wisatawan.
"Kemudian, teman-teman saya di NTT itu fasilitas untuk paska kegiatan, sudah penuh juga disana. Wisata, Labuan Bajo penuh. Raja ampat di papua juga penuh. Belum lagi yang ke Jakarta. Artinya multiplier effect itu luar biasa," ungkapnya.
Maka itu, Bahlil mengaku mempertanyakan argumen sejumlah pakar yang menyebut negara rugi atau cenderung menghambur-hamburkan keuangan negara dalam penyelenggaraan event 3 tahunan tersebut.
"Bahwa ini bagaimana menarik investasi negara-negara luar. Ada 189 negara bos. Gak akan muncul investasi di sebuah negara kalo gak ada trust, belum lagi kita mendapat yang disebut iklan gratis. Itu 189 negara itu media semua meliput. Jadi media kumpul di sana semua. Jadi ini momentum sangat tepat," tandasnya.
(akr)