Mentan keTaiwan, Kerja Sama Kembangkan Rain Water Harvesting System
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjalin kerja sama dengan pemerintahan Taiwan untuk pengembangan sektor pertanian Indonesia. Kerja sama ini untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa dan tadah hujan yang berpotensi besar menyediakan pangan, baik mencukupi kebutuhan dalam negeri maupun meningkatkan volume ekspor.
Kesepakatan kerja sama ini tersebut terungkap pada kunjungan kerja Mentan Amran ke Taiwan dan bertemu dengan Menteri Pertanian Taiwan, Tsung-Hsien Lin pada tanggal 9 Oktober 2018. Mentan Amran didampingi Staf Ahli Menteri Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional, Mat Syukur dan Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Tata Hubungan Kerja, Baran Wirawan.
Pada pertemuan ini, Menteri Pertanian Taiwan Tsung-Hsien Lin membeberkan keberhasilan implementasi sejumlah kegiatan kerja sama Taiwan-Indonenesia selama ini telah memberikan dampak konkret bagi peningkatan kesejahteraan petani di Indonesia. Yakni pengembangan inkubasi agribisnis di Lembang, Bogor dan Bali, serta kemajuan implementasi proyek pengembangan pertanian modern terintegrasi di Karawang.
Karenanya, Mentan Amran memberikan apresiasi yang tinggi terhadap dukungan Taiwan bagi pengembangan sektor pertanian di Indonesia. Amran pun membeberkan kemajuan pertanian Indonesia yang sangat menggembirakan kurun waktu 4 tahun terakhir, khususnya produksi sejumlah komoditas pertanian strategis yang meningkat secara signifikan sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan bahkan melakukan ekspor ke sejumlah Negara.
“Dalam 3 tahun terakhir, ekspor komoditas pertanian Indonesia meningkat hingga 24%. Naik 24% dibanding 2016, sehingga berdampak pada surplusnya neraca perdagangan pertanian 2017 sebesar Rp214 triliun. Capaian ini tentu karena kerja keras dan pengembangan pertanian Indonesia sudah menggunakan teknologi modern,” ujar Amran di Jakarta, Minggu (14/10/2018).
Amran berharap agar sumber daya alam pertanian yang berlimpah di Indonesia dapat disinergikan dengan keunggulan teknologi pertanian yang dimiliki Taiwan. Utamanya pada teknologi sistem pemanenan air hujan dan teknologi maju lainnya.
“Bila ini dapat dilaksanakan, maka akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian yang kuat, sehingga cita-cita Indonesia untuk menjadi lumbung pangan Asia dan bahkan dunia dapat segera terwujud (feed the world),” harapnya.
Lebih lanjut Amran menyebutkan, saat ini terdapat 2 potensi besar pengembangan pertanian Indonesia yang belum termanfaatkan secara optimal. Yakni lahan rawa dengan luasan mencapai 10 juta hektare dan lahan tadah hujan sekitar 4 juta hektare.
“Untuk itu, optimalisasi pemanfaatan potensi tersebut memerlukan dukungan teknologi Pemanenan Air Hujan (Rain Water Harvesting System) dari Taiwan dalam bentuk embung, dam parit, dan long storage,” ujarnya.
Tsung menugaskan tim ahli untuk membantu Indonesia membangun fasilitas Rain Water Harvesting System. Teknologi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari hanya satu kali tanam dalam setahun menjadi tiga kali untuk areal tadah hujan serta dari lahan rawa yang saat ini sama sekali belum termanfaatkan menjadi tiga kali tanam per tahun.
Diketahui, saat ini telah terdapat kesepakatan kerja sama pengembangan sistem pertanian modern terintegrasi yang menerapkan teknologi Rain Water Harvesting System untuk mendukung integrasi pertanaman padi dengan hortikultura dan peternakan bebek. Pada tahap awal, telah ditetapkan areal pengembangan yang berlokasi di Kabupaten Karawang seluas 400 hektare yang nantinya akan diperluas hingga 1.000 hektare. Dalam kerangka kerja sama tersebut, juga disepakati kegiatan pelatihan bagi 30 orang petani Karawang yang akan dilaksanakan di Taiwan.
Kunjungan ke Taiwan juga membahas komitmen investasi Taiwan mengembangkan industri gula di Indonesia Rp20 triliun. Membuka pasar ekspor manggis Indonesia ke Taiwan serta program Magang Petani Indonesia di Taiwan.
Kesepakatan kerja sama ini tersebut terungkap pada kunjungan kerja Mentan Amran ke Taiwan dan bertemu dengan Menteri Pertanian Taiwan, Tsung-Hsien Lin pada tanggal 9 Oktober 2018. Mentan Amran didampingi Staf Ahli Menteri Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional, Mat Syukur dan Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Tata Hubungan Kerja, Baran Wirawan.
Pada pertemuan ini, Menteri Pertanian Taiwan Tsung-Hsien Lin membeberkan keberhasilan implementasi sejumlah kegiatan kerja sama Taiwan-Indonenesia selama ini telah memberikan dampak konkret bagi peningkatan kesejahteraan petani di Indonesia. Yakni pengembangan inkubasi agribisnis di Lembang, Bogor dan Bali, serta kemajuan implementasi proyek pengembangan pertanian modern terintegrasi di Karawang.
Karenanya, Mentan Amran memberikan apresiasi yang tinggi terhadap dukungan Taiwan bagi pengembangan sektor pertanian di Indonesia. Amran pun membeberkan kemajuan pertanian Indonesia yang sangat menggembirakan kurun waktu 4 tahun terakhir, khususnya produksi sejumlah komoditas pertanian strategis yang meningkat secara signifikan sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan bahkan melakukan ekspor ke sejumlah Negara.
“Dalam 3 tahun terakhir, ekspor komoditas pertanian Indonesia meningkat hingga 24%. Naik 24% dibanding 2016, sehingga berdampak pada surplusnya neraca perdagangan pertanian 2017 sebesar Rp214 triliun. Capaian ini tentu karena kerja keras dan pengembangan pertanian Indonesia sudah menggunakan teknologi modern,” ujar Amran di Jakarta, Minggu (14/10/2018).
Amran berharap agar sumber daya alam pertanian yang berlimpah di Indonesia dapat disinergikan dengan keunggulan teknologi pertanian yang dimiliki Taiwan. Utamanya pada teknologi sistem pemanenan air hujan dan teknologi maju lainnya.
“Bila ini dapat dilaksanakan, maka akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian yang kuat, sehingga cita-cita Indonesia untuk menjadi lumbung pangan Asia dan bahkan dunia dapat segera terwujud (feed the world),” harapnya.
Lebih lanjut Amran menyebutkan, saat ini terdapat 2 potensi besar pengembangan pertanian Indonesia yang belum termanfaatkan secara optimal. Yakni lahan rawa dengan luasan mencapai 10 juta hektare dan lahan tadah hujan sekitar 4 juta hektare.
“Untuk itu, optimalisasi pemanfaatan potensi tersebut memerlukan dukungan teknologi Pemanenan Air Hujan (Rain Water Harvesting System) dari Taiwan dalam bentuk embung, dam parit, dan long storage,” ujarnya.
Tsung menugaskan tim ahli untuk membantu Indonesia membangun fasilitas Rain Water Harvesting System. Teknologi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari hanya satu kali tanam dalam setahun menjadi tiga kali untuk areal tadah hujan serta dari lahan rawa yang saat ini sama sekali belum termanfaatkan menjadi tiga kali tanam per tahun.
Diketahui, saat ini telah terdapat kesepakatan kerja sama pengembangan sistem pertanian modern terintegrasi yang menerapkan teknologi Rain Water Harvesting System untuk mendukung integrasi pertanaman padi dengan hortikultura dan peternakan bebek. Pada tahap awal, telah ditetapkan areal pengembangan yang berlokasi di Kabupaten Karawang seluas 400 hektare yang nantinya akan diperluas hingga 1.000 hektare. Dalam kerangka kerja sama tersebut, juga disepakati kegiatan pelatihan bagi 30 orang petani Karawang yang akan dilaksanakan di Taiwan.
Kunjungan ke Taiwan juga membahas komitmen investasi Taiwan mengembangkan industri gula di Indonesia Rp20 triliun. Membuka pasar ekspor manggis Indonesia ke Taiwan serta program Magang Petani Indonesia di Taiwan.
(poe)