Tahun Ini Saatnya Investasi Saham
A
A
A
JAKARTA - Tahun ini dinilai menjadi saat yang tepat untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia. Gejolak perekonomian global membuat dana asing kabur ke negara maju menjadi alasan adanya momentum tersebut.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, tren harga emiten sedang dalam kondisi di level rendah. Sehingga bisa dikoleksi oleh investor.
"Kalau kita lihat ini momentum pembelian karena belum turun 25%. Kalau sudah di 5.400 ada tren bearish jadi harusnya 5.600-5.700 periode bagus beli saham," ujarnya di Jakarta, Rabu (17/10/2018).
Hans menjelaskan, penetrasi pasar modal di Tanah Air cukup membanggakan. Ada banyak investor baru yang bermunculan hingga menembus angka 800.000.
"Investor ritel 800.000-an dan makin bertambah. Periode ini bagus untuk beli saham, tahan dua sampai tiga tahun kedepan," katanya.
Menurut Hans, pada tahun lalu arus modal asing keluar cukup banyak dan masuk ke pasar fix income. Masalahnya justru tahun ini sebanyak Rp50 triliun keluar dari Indonesia, baik dari pasar saham maupun surat berharga negara (SUN) yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) melemah.
Kendati demikian, Hans menegaskan, pasar saham Indonesia masih diidukung laba korporasi yang membaik. Karena itu beberapa hari terakhir, dana asing mulai ada yang masuk memberikan dampak penguatan ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Keluarnya (dana asing) ini normal karena dari 2008 terus masuk. Pengaruh eksternal yang dominan dengan naiknya yield obligasi Amerika Serikat, sehingga pasar saham lebih volatile, tapi Desember bisa membaik," pungkasnya.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, tren harga emiten sedang dalam kondisi di level rendah. Sehingga bisa dikoleksi oleh investor.
"Kalau kita lihat ini momentum pembelian karena belum turun 25%. Kalau sudah di 5.400 ada tren bearish jadi harusnya 5.600-5.700 periode bagus beli saham," ujarnya di Jakarta, Rabu (17/10/2018).
Hans menjelaskan, penetrasi pasar modal di Tanah Air cukup membanggakan. Ada banyak investor baru yang bermunculan hingga menembus angka 800.000.
"Investor ritel 800.000-an dan makin bertambah. Periode ini bagus untuk beli saham, tahan dua sampai tiga tahun kedepan," katanya.
Menurut Hans, pada tahun lalu arus modal asing keluar cukup banyak dan masuk ke pasar fix income. Masalahnya justru tahun ini sebanyak Rp50 triliun keluar dari Indonesia, baik dari pasar saham maupun surat berharga negara (SUN) yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) melemah.
Kendati demikian, Hans menegaskan, pasar saham Indonesia masih diidukung laba korporasi yang membaik. Karena itu beberapa hari terakhir, dana asing mulai ada yang masuk memberikan dampak penguatan ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Keluarnya (dana asing) ini normal karena dari 2008 terus masuk. Pengaruh eksternal yang dominan dengan naiknya yield obligasi Amerika Serikat, sehingga pasar saham lebih volatile, tapi Desember bisa membaik," pungkasnya.
(ven)