10 Negara Ekonomi Berdaya Saing Tinggi di Dunia

Rabu, 17 Oktober 2018 - 20:50 WIB
10 Negara Ekonomi Berdaya...
10 Negara Ekonomi Berdaya Saing Tinggi di Dunia
A A A
DAVOS - Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) pada hari ini merilis data indeks daya saing global, dimana terdapat 10 negara ekonomi berdaya saing tinggi dan 10 negara ekonomi dengan daya saing rendah di muka Bumi.

Forum yang bermarkas di Davos, Swiss, mendaulat Amerika Serikat sebagai negara dengan daya saing paling tinggi dari 140 negara. Ini merupakan pencapaian terbesar bagi Amerika. Pasalnya setelah absen dari posisi puncak selama satu dekade, baru kali ini di era Donald Trump, AS kembali menjadi kampiun.

Singapura dan Jerman menempati peringkat kedua dan ketiga. Namun, para peneliti menemukan ekonomi Eropa saat ini kurang berdaya saing dibandingkan kawasan di Asia Timur dan Pasifik.

Mengutip dari CNBC, Rabu (17/10/2018), laporan WEF memetakan daya saing ekonomi global menggunakan 98 indikator termasuk keragaman tenaga kerja, kebebasan pers, hak tenaga kerja, dan kemudahan berbisnis. Hasilnya sistem keuangan AS dianggap paling kompetitif.

Amerika Serikat diberi skor daya saing 85,6 dari 100, dengan kekuatan utama pada dinamisme bisnis, pasar tenaga kerja dan sistem keuangan. Namun, laporan tersebut juga mencatat perekonomian AS terhalang oleh melemahnya struktur sosial, memburuknya keamanan, kurangnya adopsi TI, dan korupsi. AS juga dianggap tertinggal dalam soal kesehatan, terutama harapan hidup di AS tiga tahun dibawah rata-rata ekonomi maju.

Singapura, yang menempel dekat AS, memiliki daya saing tinggi berkat kebijakan yang terbuka sehingga jadi pendorong utama bagi keberhasilan ekonomi negaranya. Adapun Jerman di peringkat ketiga, mendapat nilai tinggi pada stabilitas makroekonomi, tetapi seperti halnya AS, Jerman terhambat oleh adopsi TI yang lambat.

Inggris dinobatkan sebagai negara ekonomi paling kompetitif kedelapan. WEF memuji kualitas lembaga penelitian dan pekerja di Negeri Ratu Elizabeth II tetapi memberi negara itu skor lebih rendah untuk harapan dan keterampilan hidup.

China berada di peringkat 28, diikuti oleh Rusia di tempat ke-43. Adapun pasar negara-negara berkembang tidak masuk dalam 50 negara ekonomi berdaya saing alias paling kompetitif di dunia.

Menariknya, meski sekarang gencar soal Revolusi Industri 4.0, namun WEF memperingkatkan bahwa ekonomi global secara keseluruhan belum siap dalam menghadapi Industri 4.0. Mengenai kebangkitan teknologi digital, sebanyak 103 dari 140 negara memiliki indeks rendah untuk kemampuan inovasi di bidang digital.

"Memang merangkul Industri 4.0 menjadi faktor menentukan daya saing sebuah negara. Tetapi dengan kesenjangan global baru antara negara maju dengan negara berkembang, terutama soal pemahaman transformasi inovatif, ini akan semakin membuat kesenjangan melebar. Hanya negara-negara yang telah menyiapkan diri dengan Industri 4.0 yang akan dapat memperluas peluang ekonomi bagi rakyat mereka," kata Klaus Schwab, pendiri dan ketua eksekutif WEF.

Untuk itu, WEF mendesak pemerintahan di seluruh dunia, terutama negara berkembang untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan “terbuka” seperti hambatan tarif dan rendah dan kemudahan mempekerjakan tenaga kerja asing. Juga investasi dalam sumber daya manusia (human capital) melalui skema pelatihan dan insentif pajak yang bertujuan mengatasi ketidaksetaraan.

Kepala Pusat WEF untuk Ekonomi dan Masyarakat Baru, Saadia Zahidi mengatakan semua negara bisa menjadi lebih maju dan makmur jika mereka berhasil mengejar inovasi. "Revolusi Industri 4.0 dapat mensejajarkan kedudukan semua negara. Tetapi teknologi bukanlah senjata utama, negara harus berinvestasi pada sumber daya manusia dan institusi dalam mewujudkan kemajuan teknologi," ujarnya.

10 negara dengan ekonomi paling kompetitif
Amerika Serikat
Singapura
Jerman
Swiss
Jepang
Belanda
Hong Kong
Inggris
Swedia
Denmark

10 negara dengan ekonomi paling tidak kompetitif
Chad
Yaman
Haiti
Angola
Burundi
Kongo
Sierra Leone
Mozambik
Liberia
Mauritania
(ven)
Berita Terkait
Dari Ancaman Resesi...
Dari Ancaman Resesi hingga Polycrisis, WEF Ingatkan Berbagai Risiko Global di 2023
Akhirnya RCEP Kelar,...
Akhirnya RCEP Kelar, Wamendag: Saatnya Genjot Daya Saing
Dibayangi Resesi, WTO...
Dibayangi Resesi, WTO Ungkap Faktor Pendorong Perdagangan Global
Hadiri High Level Forum...
Hadiri High Level Forum di Beijing, Jokowi Paparkan Empat Faktor Penting Pembangunan Konektivitas
Airlangga Tegaskan Komitmen...
Airlangga Tegaskan Komitmen Transisi Energi di Pertemuan World Economic Forum 2022
UMKM Bangkit, Kembangkan...
UMKM Bangkit, Kembangkan UMKM Sepatu-Sandal Lewat Medsos
Berita Terkini
Utang Bengkak Lebih...
Utang Bengkak Lebih Rp596.880 Triliun, Amerika Akan Segera Bangkrut?
21 menit yang lalu
Cetak Laba Bersih Rp582...
Cetak Laba Bersih Rp582 M di 2024, MPMX Komit Tumbuh Berkelanjutan
8 jam yang lalu
Menakar Penyebab Wajib...
Menakar Penyebab Wajib Pajak Kerap Ragu Lapor SPT
8 jam yang lalu
Serapan Gabah Dihentikan,...
Serapan Gabah Dihentikan, Mentan Amran Copot Kepala Bulog Nganjuk
9 jam yang lalu
Peran Surveyor Indonesia...
Peran Surveyor Indonesia Menjaga Keselamatan dan Konektivitas Mudik 2025
9 jam yang lalu
Sinyal Kuat AS Cabut...
Sinyal Kuat AS Cabut Sanksi Rusia demi Hidupkan Ekspor Biji-bijian Laut Hitam
10 jam yang lalu
Infografis
Petinju Legendaris George...
Petinju Legendaris George Foreman Meninggal Dunia di Usia 76 Tahun
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved