Genjot Nilai Tambah, Kemenperin Pacu Hilirisasi Industri CPO

Selasa, 30 Oktober 2018 - 20:01 WIB
Genjot Nilai Tambah, Kemenperin Pacu Hilirisasi Industri CPO
Genjot Nilai Tambah, Kemenperin Pacu Hilirisasi Industri CPO
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (kemenperin) terus memacu program hilirisasi industri minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) guna mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Program peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri tersebut telah menghasilkan kinerja gemilang yang terlihat dari indikator rasio ekspor produk hulu dengan produk hilir yang semula 60:40 pada tahun 2010 bergeser menjadi 22:78 di 2017.

"Industri pengolahan sawit selama ini mampu menyumbang signifikan bagi Indonesia sebagai produsen dan eksportir terbesar dunia," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (30/10/2018).

Sehari sebelumnya, Menperin mendampingi Presiden Joko Widodo pada pembukaan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2018 & 2019 Price Outlook di Nusa Dua, Bali.

Kemenperin mencatat, komoditas kelapa sawit, CPO dan produk turunannya menjadi kontributor utama terhadap kinerja ekspor nasional dengan nilai sebesar USD22,97 miliar pada tahun 2017 (tidak termasuk oleochemical dan biodiesel). Capaian ini membuat Indonesia menguasai 52% pasar ekspor minyak sawit di dunia.

"Ekspor produk berbasis kelapa sawit yang didominasi oleh produk hilir bernilai tambah tinggi ini menjadi salah satu penopang perolehan devisa negara dan berkontribusi penting dalam menjaga penguatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing," papar Airlangga.

Bahkan, dengan menghasilkan 42 juta ton minyak sawit per tahun, Indonesia berkontribusi hingga 48% dari produksi CPO dunia. Selain itu, sektor ini juga menyerap tenaga kerja sebanyak 21 juta orang baik secara langsung maupun tidak langsung.
Saat ini, anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) lebih dari 644 perusahaan yang tersebar merata di provinsi penghasil kelapa sawit, seperti Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.
"Indonesia berpeluang menjadi pusat industri pengolahan sawit global untuk keperluan pangan, nonpangan, dan bahan bakar terbarukan," ujar Menperin.

Selain pengembangan produk hulu seperti CPO dan crude palm kernel oil (CPKO), ada tiga jalur hilirisasi industri CPO di dalam negeri yang masih potensial untuk terus dikembangkan.

Pertama, hilirisasi oleopangan (oleofood complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk antara oleopangan (intermediate oleofood) sampai pada produk jadi oleopangan (oleofood product).

Kedua, hilirisasi oleokimia (oleochemical complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk-produk antara oleokimia, oleokimia dasar, sampai pada produk jadi.

Ketiga, hilirisasi biofuel (biofuel complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk-produk antara biofuel sampai pada produk jadi biofuel seperti biodiesel, biogas, biopremium, bioavtur, dan lain-lain.

Kemenperin juga terus mendukung upaya pengembangan industri bahan bakar terbarukan ramah lingkungan dari minyak sawit. Produk tersebut meliputi green diesel, green avtur, dan green gasoline, khususnya yang berbasis teknologi proses dalam negeri.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8143 seconds (0.1#10.140)