Soekarwo Ingin Perkuat Kerjasama Ekonomi Digital dengan Jepang
A
A
A
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, menawarkan pada Jepang untuk memperkuat kerjasama ekonomi digital di Jatim. Saat ini, Pemprov Jatim telah siap memasuki era industri digital, dan telah membuat berbagai aplikasi serta marketplace yang bekerjasama dengan sejumlah platform digital berskala nasional, baik e-commerce maupun platform media massa online.
Soekarwo mengatakan, salah satu contoh aplikasi dan marketplace yang telah disediakan Pemprov Jatim adalah East Java Investment Super Coridor (EJISC). Aplikasi ini memuat semua informasi tentang potensi daerah atau prospektus Jatim secara online.
Pemprov Jatim juga telah membuat marketplace yang berfungsi sebagai bridging terhadap marketplace berskala nasional, seperti Bukalapak dan Tokopedia. "Marketplace yang kami sediakan akan mempermudah, memfasilitasi, dan memperluas pasar antara seller and buyer," katanya, Senin (5/11/2018).
Di EJISC juga tersedia informasi produk-produk unggulan, ketersediaan stok barang. Baik di dalam negeri, di daerah manapun yang sudah masuk ke dalam marketplace. Saat ini sudah ada 450.000 UMKM dengan berbagai macam produk yang telah memanfaatkan EJISC.
Dengan hadirnya berbagai aplikasi dan marketplace Jatim ini, maka pengusaha Jepang dapat langsung bergabung. Keuntungannya, buyer dari Jepang bisa langsung melihat produk-produk unggulan UMKM Jatim secara online.
"Sebaliknya, bagi seller, produk yang mereka tawarkan juga bisa dilihat secara online oleh buyer dari Jatim. Jadi pengusaha Jepang tidak perlu membuat aplikasi dan marketplace sendiri, cukup bergabung dengan kami," tandas Soekarwo.
Potensi ekonomi digital dianggap sangat potensial. Pasalnya, sektor UMKM dari tahun ke tahun tumbuh dengan pesat, serta menjadi tulang punggung atau backbone perekonomian Jatim. Bahkan, sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja terbanyak di Jatim.
Pada 2012, UMKM di Jatim jumlahnya mencapai 6,8 juta, lalu pada 2016 jumlah UMKM Jatim meningkat menjadi 12,1 juta. Bahkan pada PDRB Jatim tahun lalu yang totalnya mencapai Rp2.019 triliun, sektor UMKM memberikan kontribusinya sebesar Rp1.161 triliun atau 57,52%. "Serapan tenaga kerjanya sebanyak 94,7%," pungkas Soekarwo.
Ketua Umum Indonesia Japan Business Network (IJB) Net, Suyoto Rais mengatakan, visi yang diusung IJB-Net adalah untuk membantu kolaborasi Indonesia-Jepang. Usaha itu bertujuan meningkatkan ekspor produk unggulan, membantu adopsi teknologi aplikatif, dan memperbanyak kolaborasi bisnis Indonesia-Jepang.
IJB Net didirikan oleh alumni Indonesia dari Jepang di berbagai organisasi dan didukung oleh diaspora Indonesia di Jepang. "Kami juga ingin mengadopsi teknologi dan impor produk Jepang yang belum ada di Indonesia, serta membantu kolaborasi antar perusahaan kedua negara," tandasnya.
Soekarwo mengatakan, salah satu contoh aplikasi dan marketplace yang telah disediakan Pemprov Jatim adalah East Java Investment Super Coridor (EJISC). Aplikasi ini memuat semua informasi tentang potensi daerah atau prospektus Jatim secara online.
Pemprov Jatim juga telah membuat marketplace yang berfungsi sebagai bridging terhadap marketplace berskala nasional, seperti Bukalapak dan Tokopedia. "Marketplace yang kami sediakan akan mempermudah, memfasilitasi, dan memperluas pasar antara seller and buyer," katanya, Senin (5/11/2018).
Di EJISC juga tersedia informasi produk-produk unggulan, ketersediaan stok barang. Baik di dalam negeri, di daerah manapun yang sudah masuk ke dalam marketplace. Saat ini sudah ada 450.000 UMKM dengan berbagai macam produk yang telah memanfaatkan EJISC.
Dengan hadirnya berbagai aplikasi dan marketplace Jatim ini, maka pengusaha Jepang dapat langsung bergabung. Keuntungannya, buyer dari Jepang bisa langsung melihat produk-produk unggulan UMKM Jatim secara online.
"Sebaliknya, bagi seller, produk yang mereka tawarkan juga bisa dilihat secara online oleh buyer dari Jatim. Jadi pengusaha Jepang tidak perlu membuat aplikasi dan marketplace sendiri, cukup bergabung dengan kami," tandas Soekarwo.
Potensi ekonomi digital dianggap sangat potensial. Pasalnya, sektor UMKM dari tahun ke tahun tumbuh dengan pesat, serta menjadi tulang punggung atau backbone perekonomian Jatim. Bahkan, sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja terbanyak di Jatim.
Pada 2012, UMKM di Jatim jumlahnya mencapai 6,8 juta, lalu pada 2016 jumlah UMKM Jatim meningkat menjadi 12,1 juta. Bahkan pada PDRB Jatim tahun lalu yang totalnya mencapai Rp2.019 triliun, sektor UMKM memberikan kontribusinya sebesar Rp1.161 triliun atau 57,52%. "Serapan tenaga kerjanya sebanyak 94,7%," pungkas Soekarwo.
Ketua Umum Indonesia Japan Business Network (IJB) Net, Suyoto Rais mengatakan, visi yang diusung IJB-Net adalah untuk membantu kolaborasi Indonesia-Jepang. Usaha itu bertujuan meningkatkan ekspor produk unggulan, membantu adopsi teknologi aplikatif, dan memperbanyak kolaborasi bisnis Indonesia-Jepang.
IJB Net didirikan oleh alumni Indonesia dari Jepang di berbagai organisasi dan didukung oleh diaspora Indonesia di Jepang. "Kami juga ingin mengadopsi teknologi dan impor produk Jepang yang belum ada di Indonesia, serta membantu kolaborasi antar perusahaan kedua negara," tandasnya.
(ven)