Konferensi Internasional Pertama Bidang Infrastruktur di Indonesia
A
A
A
DEPOK - Kota-kota di Indonesia diharapkan menjadi wilayah perkotaan yang berkelanjutan (sustainable city). Kota yang berkelanjutan diyakini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dari segala aspek, baik dari sisi kenyamanan kota, pemenuhan kebutuhan masyarakat, hingga peningkatan kualitas hidup, dengan sebuah konsep kota yang dikembangkan menuju kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan hal itu, para peneliti Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam Center for Sustainable Infratsucture Development (CSID) Fakultas Tehnik UI bekerja sama dengan Asean University Network (AUN) menyelenggarakan Konferensi Internasional pertama bidang infrastruktur dengan tema CSID-SCUD International Conference on Sustainable Infrastructure and Urban Development (CAIC-SUD) 2018.
Konferensi ini merupakan wadah para peneliti dari AUN yang terdiri atas 30 universitas ASEAN. Mereka berkumpul membahas mengenai pembangunan berkelanjutan. Dalam kesempatan tersebut juga ikut dilibatkan unsur pemerintah dan industri sehingga dapat menghasilkan ide inovatif dan strategis dalam mengatasi persoalan infrastruktur dan pengembangan wilayah.
“Konferensi ini menjadi medium pertukaran best practice dimana seluruh akademisi di ASEAN bersama dengan akademisi dari Inggris, Arab, Jerman, China diharapkan dapat menghasilkan terobosan baru untuk menciptakan kota yang berkelanjutan, baik utk level Indonesia maupun ASEAN. Dengan kerja sama ini kita berharap ASEAN menjadi sebuah kekuatan ekonomi besar di dunia selain dari Eropa, Amerika maupun Cina,” kata Direktur CSID dan ketua AUN-SCUD, Mohammed Ali Berawi, Selasa (13/11/2018).
Menurutnya, Indonesia mempunyai kesempatan untuk memainkan peranan terpenting sebagai negara terbesar di ASEAN dengan kemampuan dan kekuatan ekonomi yang signifikan. Diharapkan dengan kesamaan visi misi dan agenda kerja para peneliti disini maka akan bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat baik di Indonesia maupun di tingkat ASEAN.
“Karena dengan kerjasama ini memungkinkan untuk dihasilkan pengembangan kerjasama dalam kerangka pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara ASEAN. Kami berdiskusi membahas pembangunan infrastruktur, pengembangan wilayah, smart city hingga pembahasan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ekonomi yang berkelanjutan,” tukasnya.
Peneliti UI itu berpendapat bahwa antara infrastruktur,ekonomi dan sosial kota merupakan satu kesatuan. Sehingga untuk membangun infrastruktur dan pengembangan wilayah yang berkelanjutan berarti menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Pembangunan infrastruktur yang baik disertai dengan pengembangan wilayah dan industri dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. “Jadi fungsi dasarnya adalah bagaimana kita membangun sebuah infrastruktur yang berkelanjutan untuk bisa meningkatkan taraf hidup ekonomi maupun meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ungkap Ali.
Kaitan dengan masifnya pembangunan infrastruktur transportasi kata dia, hasil dari pembangunan yang dilakukan saat ini akan langsung dirasakan manfaatnya setelah pembangunan selesai. Diyakini pembangunan infrastruktur transportasi yang dilakukan sekarang bisa mengurangi kemacetan dan polusi yang dampaknya bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat karena kualitas udara maupun tingkat stress warga di jalan pun berkurang.
“Berkelanjutan ini konsepnya environmental friendly karena public transport menggunakan kereta lebih kurang polusi CO2-nya sehingga lebih ramah lingkungan dan kemudian masif untuk kepentingan publik. Oleh karenanya konferensi ini juga mempertemukan parapihak yang berkepentingan termasuk pemerintah, akademisi, praktisi di lingkungan wilayah ASEAN. Diharapkan kita punya kesamaan langkah, kesamaan visi misi untuk membangun ASEAN lebih baik ke depan sebagai salah satu pusat kekuatan dunia,” katanya.
Ditempat yang sama, Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Boy Berawi menambahkan ekonomi kreatif bisa menjadi salah satu sektor alternatif untuk mencapai tujuan tujuan pembangunan berkelanjutan. Karena ekonomi kreatif memiliki komposisi yang pas dengan apa yang menjadi tujuan dari pembangunan berkelanjutan.
“Misalnya ada 8,2 juta usaha ekonomi kreatif di Indonesia dimana 98 % UMKM. Ekonomi Kreatif didominasi oleh perempuan 55,74% dan bisa mendorong kesetaraan gender. Ekonomi kreatif juga mempekerjakan generasi muda 60 % ada di usia produktif 15-35 tahun. Berarti ekonomi kreatif bisa menjadi salah satu sektor alternatif untuk mencapai sustainable development,” terang dia.
Pihaknya pun memberi masukan dalam konferensi ini mengenai tiga hal. Yaitu kolaborasi, intervensi dan kebijakan. Dalam hal kolaborasi, pihaknya sudah kerjasama dengan stakeholder dai dalam dan luar negeri. Misalnya dengan tujuh universitas di Indonesia untuk mendirikan research centre of excellent yang tugasnya untuk melakukan riset dan development dan menjadi inkubasi hub di area ekonomi kreatif.
Selain itu juga dilakukan intervensi pemerintah di sepanjang rantai nilai ekonomi kreatif. Misalnya pembangunan HRD dari sisi pembangunan SDM, financial sampai distribusi pemasaran. Ketiga adalah policy (kebijakan) agar ekosistem bisnis usaha ekonomi kreatif semakin kondusif untuk berusaha.
“Di bidang ekonomi kreatif kita bicara ekosistem. Pemerintah harus menyediakan (ekosistem) supaya pelaku bisnis ini bisa menciptakan ide dan pemasaran produk yg semakin luas. Hak kekayaan intelektual juga harus dapat diproteksi. Hak kekayaan intelektual nanti bisa dikomersialisasi,” tutupnya.
Dalam rangka mewujudkan hal itu, para peneliti Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam Center for Sustainable Infratsucture Development (CSID) Fakultas Tehnik UI bekerja sama dengan Asean University Network (AUN) menyelenggarakan Konferensi Internasional pertama bidang infrastruktur dengan tema CSID-SCUD International Conference on Sustainable Infrastructure and Urban Development (CAIC-SUD) 2018.
Konferensi ini merupakan wadah para peneliti dari AUN yang terdiri atas 30 universitas ASEAN. Mereka berkumpul membahas mengenai pembangunan berkelanjutan. Dalam kesempatan tersebut juga ikut dilibatkan unsur pemerintah dan industri sehingga dapat menghasilkan ide inovatif dan strategis dalam mengatasi persoalan infrastruktur dan pengembangan wilayah.
“Konferensi ini menjadi medium pertukaran best practice dimana seluruh akademisi di ASEAN bersama dengan akademisi dari Inggris, Arab, Jerman, China diharapkan dapat menghasilkan terobosan baru untuk menciptakan kota yang berkelanjutan, baik utk level Indonesia maupun ASEAN. Dengan kerja sama ini kita berharap ASEAN menjadi sebuah kekuatan ekonomi besar di dunia selain dari Eropa, Amerika maupun Cina,” kata Direktur CSID dan ketua AUN-SCUD, Mohammed Ali Berawi, Selasa (13/11/2018).
Menurutnya, Indonesia mempunyai kesempatan untuk memainkan peranan terpenting sebagai negara terbesar di ASEAN dengan kemampuan dan kekuatan ekonomi yang signifikan. Diharapkan dengan kesamaan visi misi dan agenda kerja para peneliti disini maka akan bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat baik di Indonesia maupun di tingkat ASEAN.
“Karena dengan kerjasama ini memungkinkan untuk dihasilkan pengembangan kerjasama dalam kerangka pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara ASEAN. Kami berdiskusi membahas pembangunan infrastruktur, pengembangan wilayah, smart city hingga pembahasan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ekonomi yang berkelanjutan,” tukasnya.
Peneliti UI itu berpendapat bahwa antara infrastruktur,ekonomi dan sosial kota merupakan satu kesatuan. Sehingga untuk membangun infrastruktur dan pengembangan wilayah yang berkelanjutan berarti menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Pembangunan infrastruktur yang baik disertai dengan pengembangan wilayah dan industri dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. “Jadi fungsi dasarnya adalah bagaimana kita membangun sebuah infrastruktur yang berkelanjutan untuk bisa meningkatkan taraf hidup ekonomi maupun meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ungkap Ali.
Kaitan dengan masifnya pembangunan infrastruktur transportasi kata dia, hasil dari pembangunan yang dilakukan saat ini akan langsung dirasakan manfaatnya setelah pembangunan selesai. Diyakini pembangunan infrastruktur transportasi yang dilakukan sekarang bisa mengurangi kemacetan dan polusi yang dampaknya bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat karena kualitas udara maupun tingkat stress warga di jalan pun berkurang.
“Berkelanjutan ini konsepnya environmental friendly karena public transport menggunakan kereta lebih kurang polusi CO2-nya sehingga lebih ramah lingkungan dan kemudian masif untuk kepentingan publik. Oleh karenanya konferensi ini juga mempertemukan parapihak yang berkepentingan termasuk pemerintah, akademisi, praktisi di lingkungan wilayah ASEAN. Diharapkan kita punya kesamaan langkah, kesamaan visi misi untuk membangun ASEAN lebih baik ke depan sebagai salah satu pusat kekuatan dunia,” katanya.
Ditempat yang sama, Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Boy Berawi menambahkan ekonomi kreatif bisa menjadi salah satu sektor alternatif untuk mencapai tujuan tujuan pembangunan berkelanjutan. Karena ekonomi kreatif memiliki komposisi yang pas dengan apa yang menjadi tujuan dari pembangunan berkelanjutan.
“Misalnya ada 8,2 juta usaha ekonomi kreatif di Indonesia dimana 98 % UMKM. Ekonomi Kreatif didominasi oleh perempuan 55,74% dan bisa mendorong kesetaraan gender. Ekonomi kreatif juga mempekerjakan generasi muda 60 % ada di usia produktif 15-35 tahun. Berarti ekonomi kreatif bisa menjadi salah satu sektor alternatif untuk mencapai sustainable development,” terang dia.
Pihaknya pun memberi masukan dalam konferensi ini mengenai tiga hal. Yaitu kolaborasi, intervensi dan kebijakan. Dalam hal kolaborasi, pihaknya sudah kerjasama dengan stakeholder dai dalam dan luar negeri. Misalnya dengan tujuh universitas di Indonesia untuk mendirikan research centre of excellent yang tugasnya untuk melakukan riset dan development dan menjadi inkubasi hub di area ekonomi kreatif.
Selain itu juga dilakukan intervensi pemerintah di sepanjang rantai nilai ekonomi kreatif. Misalnya pembangunan HRD dari sisi pembangunan SDM, financial sampai distribusi pemasaran. Ketiga adalah policy (kebijakan) agar ekosistem bisnis usaha ekonomi kreatif semakin kondusif untuk berusaha.
“Di bidang ekonomi kreatif kita bicara ekosistem. Pemerintah harus menyediakan (ekosistem) supaya pelaku bisnis ini bisa menciptakan ide dan pemasaran produk yg semakin luas. Hak kekayaan intelektual juga harus dapat diproteksi. Hak kekayaan intelektual nanti bisa dikomersialisasi,” tutupnya.
(akr)