Momentum Liburan Akhir Tahun Berpotensi Kerek Inflasi
A
A
A
JAKARTA - Inflasi akhir tahun berpotensi meningkat di tengah momentum hari raya keagamaan dan liburan akhir tahun. Hal ini biasanya diikuti lonjakan sejumlah bahan kebutuhan pokok, karena itu Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko lIstiyanto mengingatkan pemerintah untuk waspada.
"Apapun penyebabnya yang diperlukan masyarakat adalah kepastian akan stabilnya harga-harga (bahan pokok). Oleh karena itu, pengambil kebijakan tidak dapat terus berlindung dengan alasan kedua momen tersebut secara terus- menerus," ujar Eko di Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Lebih lanjut terang dia, naiknya inflasi inti pada akhir tahun dikarenakan depresiasi nilai tukar Rupiah yang mendorong tingkat inflasi inti. Ketika rata- rata nilai tukar rupiah melonjak di bulan Juli (Rp14.414), inflasi inti ikut melonjak ke 0,41 (angka tertinggi sepanjang Januari hingga Oktober 2018).
"Inflasi barang bergejolak terutama terjadi karena lonjakan beberapa komoditas bahan pangan," sambungnya. Untuk itu, Berdasarkan pola pergerakan data time series, memasuki November, inflasi barang bergejolak akan meningkat dan kembali menurun di Januari.
Hal ini berpotensi besar terulang kembali di akhir tahun 2018 sehingga perlu dilakukan antisipasi agar lonjakannya tidak terlalu tinggi. "Sayangnya, dibalik inflasi headline (Oktober sebesar 3,16% yoy) yang relatif rendah tersebut terdapat komponen inflasi volatile food yang angkanya masih jauh lebih besar, yaitu 4,48% yoy," paparnya.
"Apapun penyebabnya yang diperlukan masyarakat adalah kepastian akan stabilnya harga-harga (bahan pokok). Oleh karena itu, pengambil kebijakan tidak dapat terus berlindung dengan alasan kedua momen tersebut secara terus- menerus," ujar Eko di Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Lebih lanjut terang dia, naiknya inflasi inti pada akhir tahun dikarenakan depresiasi nilai tukar Rupiah yang mendorong tingkat inflasi inti. Ketika rata- rata nilai tukar rupiah melonjak di bulan Juli (Rp14.414), inflasi inti ikut melonjak ke 0,41 (angka tertinggi sepanjang Januari hingga Oktober 2018).
"Inflasi barang bergejolak terutama terjadi karena lonjakan beberapa komoditas bahan pangan," sambungnya. Untuk itu, Berdasarkan pola pergerakan data time series, memasuki November, inflasi barang bergejolak akan meningkat dan kembali menurun di Januari.
Hal ini berpotensi besar terulang kembali di akhir tahun 2018 sehingga perlu dilakukan antisipasi agar lonjakannya tidak terlalu tinggi. "Sayangnya, dibalik inflasi headline (Oktober sebesar 3,16% yoy) yang relatif rendah tersebut terdapat komponen inflasi volatile food yang angkanya masih jauh lebih besar, yaitu 4,48% yoy," paparnya.
(akr)