Harga Minyak Dunia Menyusut di Tengah Prospek Suram Ekonomi Global
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia pada perdagangan, Selasa (20/11/2018) menyusut ketika ekspektasi pemotongan pasokan yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) belum mampu mendorong pasar. Hal ini lantaran dilawan oleh prospek curam ekonomi global serta lonjakan produksi Amerika Serikat (AS).
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan ke posisi USD57,14 per barel per barel pada pukul 02.50 GMT atau 6 sen di bawah dari sesi terakhir. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional berada di level USD66,75 per barel atau turun 4 sen dari penutupan sebelumnya.
OPEC disebutkan bakal terus mendorong pengurangan pasokan, mulai dari 1 juta hingga 1,4 juta barel per hari (bpd). Hal tersebut di tengah ekspektasi pasar yang meluas terhadap perlambatan ekonomi. "Kami mengharapkan OPEC untuk menyetujui pemotongan pasokan pada pertemuan resmi berikutnya pada 6 Desember," kata bank Prancis BNP Paribas.
Oleh karena itu pihak bank mengatakan, diharapkan kesepakatan bisa mendorong Brent untuk pulih menjadi USD80 per barel sebelum akhir tahun. "Pada 2019, kami memperkirakan WTI rata-rata ada di kisaran USD69 per barel dan Brent USD76 per barel," kata BNP.
Badan Energi Internasional (IEA), yang mewakili minat konsumen minyak, pada hari Senin memperingatkan OPEC dan produsen lain dari "implikasi negatif" dari pemotongan pasokan, dengan banyak analis khawatir bahwa lonjakan harga minyak mentah dapat mengikis konsumsi. Harga minyak mentah sendiri stabil hampir seperempat di bawah posisi puncak belum lama ini di awal Oktober.
Hal tersebut karena terbebani oleh lonjakan pasokan dan perlambatan pertumbuhan permintaan. Salah satu alasannya yakni bahwa Washington telah memberikan banyak kelonggaran atas sanksi terbesar bagi pelanggan Iran yang untuk saat ini, memungkinkan mereka untuk melanjutkan impor minyak. Dengan menggunakan pembebasan ini, Jepang dan Korea Selatan keduanya ingin melanjutkan impor minyak Iran mulai Januari.
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan ke posisi USD57,14 per barel per barel pada pukul 02.50 GMT atau 6 sen di bawah dari sesi terakhir. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional berada di level USD66,75 per barel atau turun 4 sen dari penutupan sebelumnya.
OPEC disebutkan bakal terus mendorong pengurangan pasokan, mulai dari 1 juta hingga 1,4 juta barel per hari (bpd). Hal tersebut di tengah ekspektasi pasar yang meluas terhadap perlambatan ekonomi. "Kami mengharapkan OPEC untuk menyetujui pemotongan pasokan pada pertemuan resmi berikutnya pada 6 Desember," kata bank Prancis BNP Paribas.
Oleh karena itu pihak bank mengatakan, diharapkan kesepakatan bisa mendorong Brent untuk pulih menjadi USD80 per barel sebelum akhir tahun. "Pada 2019, kami memperkirakan WTI rata-rata ada di kisaran USD69 per barel dan Brent USD76 per barel," kata BNP.
Badan Energi Internasional (IEA), yang mewakili minat konsumen minyak, pada hari Senin memperingatkan OPEC dan produsen lain dari "implikasi negatif" dari pemotongan pasokan, dengan banyak analis khawatir bahwa lonjakan harga minyak mentah dapat mengikis konsumsi. Harga minyak mentah sendiri stabil hampir seperempat di bawah posisi puncak belum lama ini di awal Oktober.
Hal tersebut karena terbebani oleh lonjakan pasokan dan perlambatan pertumbuhan permintaan. Salah satu alasannya yakni bahwa Washington telah memberikan banyak kelonggaran atas sanksi terbesar bagi pelanggan Iran yang untuk saat ini, memungkinkan mereka untuk melanjutkan impor minyak. Dengan menggunakan pembebasan ini, Jepang dan Korea Selatan keduanya ingin melanjutkan impor minyak Iran mulai Januari.
(akr)