Januari-Oktober, Neraca Perdagangan Jatim Defisit USD4,02 Miliar
A
A
A
SURABAYA - Neraca perdagangan Jawa Timur (Jatim) sepanjang periode Januari hingga Oktober 2018 tercatat defisit sebesar USD4,02 miliar. Rinciannya, sektor nonmigas defisit USD1,13 miliar dan sektor migas defisit USD2,89 miliar. Untuk bulan Oktober saja, Jatim mengalami defisit perdagangan USD302,25 juta.
Di bulan Oktober, impor naik 17,78% dibanding September dengan rincian dari USD1,996 miliar menjadi USD2,35 miliar. Peningkatan ditunjukkan oleh kinerja impor komoditas nonmigas maupun impor migas yang sama-sama melonjak.
Impor migas naik 9,72% dari USD455,27 juta menjadi USD 499,53 juta. Sementara impor migas menyumbang 21,25% dari total impor Oktober. Selanjutnya impor nonmigas naik 20,17 persen dibanding bulan sebelumnya, dari USD 1.540,41 juta menjadi USD1.851,08 juta. “Impor nonmigas menyumbang 78,75 persen total impor Oktober 2018,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono, Selasa (20/11/2018).
Tercatat impor nonmigas terbesar selama periode Januari sampai dengan Oktober 2018 masih didominasi dari negara Tiongkok dengan nilai sebesar USD4,71 miliar atau berkontribusi 27,34% dari total impor. Disusul Amerika Serikat sebesar USD1,21 miliar atau 7,05% dan berikutnya dari Singapura sebesar USD965,02 juta atau dengan kontribusi sebesar 5,60%.
Di bulan Oktober, impor dari Tiongkok mencapai USD501,15 juta, diikuti impor dari Thailand sebesar USD132,89 juta serta dari Amerika Serikat sebesar USD121,13 juta. “Tiongkok tercatat sebagai negara terbesar asal impor Jatim di bulan Oktober. Baik diantara negara-negara Asia maupun dunia dengan kontribusi 27,07%,” terang Teguh.
Negara ASEAN masih menjadi salah satu pemasok utama barang komoditi nonmigas ke Jatim selama Oktober 2018, yaitu mencapai USD292,91 juta atau naik 25,19% dibanding bulan sebelumnya. Di kawasan ASEAN, Thailand menjadi negara utama dengan kontribusi 7,18% dari total impor ke Jatim. Nilai impornya sebesar USD132,89 juta, disusul Singapura sebesar USD58,76 juta serta dari Malaysia USD57,90 juta.
Secara kumulatif, selama periode Januari-Oktober 2018, impor nonmigas dari negara ASEAN sebesar USD3,02 milia atau 17,53% dari total impor. “Singapura menjadi negara asal utama dengan nilai impor nonmigas mencapai USD965,02 juta atau 5,60%,” tandas Teguh.
Di bulan Oktober, impor naik 17,78% dibanding September dengan rincian dari USD1,996 miliar menjadi USD2,35 miliar. Peningkatan ditunjukkan oleh kinerja impor komoditas nonmigas maupun impor migas yang sama-sama melonjak.
Impor migas naik 9,72% dari USD455,27 juta menjadi USD 499,53 juta. Sementara impor migas menyumbang 21,25% dari total impor Oktober. Selanjutnya impor nonmigas naik 20,17 persen dibanding bulan sebelumnya, dari USD 1.540,41 juta menjadi USD1.851,08 juta. “Impor nonmigas menyumbang 78,75 persen total impor Oktober 2018,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono, Selasa (20/11/2018).
Tercatat impor nonmigas terbesar selama periode Januari sampai dengan Oktober 2018 masih didominasi dari negara Tiongkok dengan nilai sebesar USD4,71 miliar atau berkontribusi 27,34% dari total impor. Disusul Amerika Serikat sebesar USD1,21 miliar atau 7,05% dan berikutnya dari Singapura sebesar USD965,02 juta atau dengan kontribusi sebesar 5,60%.
Di bulan Oktober, impor dari Tiongkok mencapai USD501,15 juta, diikuti impor dari Thailand sebesar USD132,89 juta serta dari Amerika Serikat sebesar USD121,13 juta. “Tiongkok tercatat sebagai negara terbesar asal impor Jatim di bulan Oktober. Baik diantara negara-negara Asia maupun dunia dengan kontribusi 27,07%,” terang Teguh.
Negara ASEAN masih menjadi salah satu pemasok utama barang komoditi nonmigas ke Jatim selama Oktober 2018, yaitu mencapai USD292,91 juta atau naik 25,19% dibanding bulan sebelumnya. Di kawasan ASEAN, Thailand menjadi negara utama dengan kontribusi 7,18% dari total impor ke Jatim. Nilai impornya sebesar USD132,89 juta, disusul Singapura sebesar USD58,76 juta serta dari Malaysia USD57,90 juta.
Secara kumulatif, selama periode Januari-Oktober 2018, impor nonmigas dari negara ASEAN sebesar USD3,02 milia atau 17,53% dari total impor. “Singapura menjadi negara asal utama dengan nilai impor nonmigas mencapai USD965,02 juta atau 5,60%,” tandas Teguh.
(akr)