Kemenperin Suplai 157 SDM Kompeten ke Industri TPT
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui salah satu unit pendidikan vokasinya, Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil (AK Tekstil) Surakarta mencetak lulusan sebanyak 157 orang pada tahun 2018. Mereka yang memiliki kompetensi di bidangnya, sebagian besar telah terserap kerja di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sebelum wisuda.
"Seluruh lulusan yang telah menyelesaikan pendidikan di AK Tekstil Solotahun ini sudahditerima bekerja di 10 perusahan tekstil. Keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama antara AK Tekstil Solo dengan para industri tekstil," kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar pada acara Wisuda AK Tekstil Solo Tahun 2018 dalam siaran pers, Minggu (25/11/2018).
AK Tekstil Solo telah meluluskan angkatan pertamanya pada tahun 2015 sebanyak 102 orang, serta untuk angkatan kedua (2016) dan ketiga (2017), jumlah lulusan mencapai 400 orang.
"Pendidikan di AK Tekstil Solo merupakan Program Diploma II, terdiri dari tiga program studi, yaitu Teknik Pembuatan Benang, Teknik Pembuatan Kain Tenun, dan Teknik Pembuatan Garmen," tutur Haris.
Metode pembelajaran yang dijalankan di AK Tekstil Solo mengadopsi konsep dual system dari Jerman, yang setiap semester selama kurun 2,5 bulan menerapkan pembelajaran teori dan praktik di kampus, serta dilanjutkan 2,5 bulan untuk praktik kerja di perusahaan.
"AK Tekstil Solo ini merupakan pilot project pengembangan pendidikan vokasi yang mengadopsi konsep dual system dari Jerman, yaitu mengintegrasikan pendidikan di kampus dan di industri sehingga lulusan yang dihasilkan benar-benar siap kerja," paparnya.
Bahkan, dalam rangka menyiapkanpenyediaan sumber daya manusia (SDM)industri TPT yang terampil di era digital, AK Tekstil Solo juga melakukan redesignkurikulum terkait dengan implementasi industri 4.0.
"Pengembangan program studi yang dilakukan, antara lain penelitian terapan yang terkait dengan fuctional textile dan pengembangan on line learning," imbuhnya.
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan pakaian ditetapkan sebagai satu dari lima sektor manufaktur yang akan menjadi pionir dalam memasuki era revolusi industri 4.0 di Tanah Air. Sebab, industri TPT selama ini berperan penting dalam memberikan kontribusi signifikan bagi ekonomi nasional. Maka itu dipilih dan diprioritaskan pengembangannya agar lebih berdaya saing global.
"Industri TPT memiliki peranan strategis, karena produk yangdihasilkan mulai dari bahan baku (seperti serat) sampai dengan barang konsumsi (pakaian jadi danbarang jadi), mempunyai keterkaitan baik antar industri maupun sektor ekonomi lainnya," jelas Haris.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan III/2018, industri tekstil dan pakaian tumbuh sebesar 10,17%. Kinerja gemilang ini tertinggi di kelompok sektor manufaktur dan mampu melampaui pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,15% di periode yang sama.
Hingga saat ini, industri TPT di dalam negeri telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,58 juta orang atau 21,2% dari total tenaga kerja di sektor industri manufaktur. Selanjutnya, sektor padat karya berorientasi ekspor ini temasuk penghasil devisa negara yang cukup besar melalui nilai ekspor mencapai USD6,48 miliar pada triwulan II/2018.
Selain melalui lulusan AK Tekstil Solo, Kemenperin juga mencetak SDM industri TPT yang kompeten melalui Politeknik STTT Bandung.Tahun ini, Politeknik STTT Bandung telah mewisuda lulusannya sebanyak 369 orang.
"Seluruh lulusan yang telah menyelesaikan pendidikan di AK Tekstil Solotahun ini sudahditerima bekerja di 10 perusahan tekstil. Keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama antara AK Tekstil Solo dengan para industri tekstil," kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar pada acara Wisuda AK Tekstil Solo Tahun 2018 dalam siaran pers, Minggu (25/11/2018).
AK Tekstil Solo telah meluluskan angkatan pertamanya pada tahun 2015 sebanyak 102 orang, serta untuk angkatan kedua (2016) dan ketiga (2017), jumlah lulusan mencapai 400 orang.
"Pendidikan di AK Tekstil Solo merupakan Program Diploma II, terdiri dari tiga program studi, yaitu Teknik Pembuatan Benang, Teknik Pembuatan Kain Tenun, dan Teknik Pembuatan Garmen," tutur Haris.
Metode pembelajaran yang dijalankan di AK Tekstil Solo mengadopsi konsep dual system dari Jerman, yang setiap semester selama kurun 2,5 bulan menerapkan pembelajaran teori dan praktik di kampus, serta dilanjutkan 2,5 bulan untuk praktik kerja di perusahaan.
"AK Tekstil Solo ini merupakan pilot project pengembangan pendidikan vokasi yang mengadopsi konsep dual system dari Jerman, yaitu mengintegrasikan pendidikan di kampus dan di industri sehingga lulusan yang dihasilkan benar-benar siap kerja," paparnya.
Bahkan, dalam rangka menyiapkanpenyediaan sumber daya manusia (SDM)industri TPT yang terampil di era digital, AK Tekstil Solo juga melakukan redesignkurikulum terkait dengan implementasi industri 4.0.
"Pengembangan program studi yang dilakukan, antara lain penelitian terapan yang terkait dengan fuctional textile dan pengembangan on line learning," imbuhnya.
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan pakaian ditetapkan sebagai satu dari lima sektor manufaktur yang akan menjadi pionir dalam memasuki era revolusi industri 4.0 di Tanah Air. Sebab, industri TPT selama ini berperan penting dalam memberikan kontribusi signifikan bagi ekonomi nasional. Maka itu dipilih dan diprioritaskan pengembangannya agar lebih berdaya saing global.
"Industri TPT memiliki peranan strategis, karena produk yangdihasilkan mulai dari bahan baku (seperti serat) sampai dengan barang konsumsi (pakaian jadi danbarang jadi), mempunyai keterkaitan baik antar industri maupun sektor ekonomi lainnya," jelas Haris.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan III/2018, industri tekstil dan pakaian tumbuh sebesar 10,17%. Kinerja gemilang ini tertinggi di kelompok sektor manufaktur dan mampu melampaui pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,15% di periode yang sama.
Hingga saat ini, industri TPT di dalam negeri telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,58 juta orang atau 21,2% dari total tenaga kerja di sektor industri manufaktur. Selanjutnya, sektor padat karya berorientasi ekspor ini temasuk penghasil devisa negara yang cukup besar melalui nilai ekspor mencapai USD6,48 miliar pada triwulan II/2018.
Selain melalui lulusan AK Tekstil Solo, Kemenperin juga mencetak SDM industri TPT yang kompeten melalui Politeknik STTT Bandung.Tahun ini, Politeknik STTT Bandung telah mewisuda lulusannya sebanyak 369 orang.
(fjo)