Kementan Kembangkan Aplikasi Peringatan Dini Perubahan Iklim
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mengembangkan Sistem Informasi Peringatan Dini dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim Sektor Pertanian (Si PERDITAN). Sistem informasi ini berisi data dan peta sebaran perubahan iklim dan dampak perubahan iklim serta rekomendasi penanganan dampak perubahan iklim pada sektor pertanian.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) Kementan Ketut Kariyasa mengatakan, pertanian merupakan sektor yang paling terdampak terhadap perubahan iklim, baik itu banjir maupun kekeringan. Pada beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran musim dan puncak hujan, dan perubahan musim ini sangat mengganggu pola tanam dan produktivitas, sehingga diperlukan upaya-upaya antisipasi, adaptasi dan mitigasi.
“Dengan memanfaatkan fitur dalam aplikasi tersebut, maka persiapaan dan perencanaan sebelum terjadinya kejadian bencana banjir maupun kekeringan dapat diantisipasi dan diadaptasi sehingga dapat mengurangi dampak kerugian akibat banjir maupun kekeringan,” ujar Ketut Kariyasa pada acara launching Aplikasi Si-PERDITAN yang dihadiri Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan Syukur Iwantoro di Kantor Pusat Kementan di Jakarta, Rabu (5/12).
Dalam mengembangankan aplikasi ini, Pusdatin Kementan bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Aplikasi ini menyediakan fitur peta informasi curah hujan secara real time tiap 1 jam dari citra satelit Himawari-8.
Fitur lainnya berupa prediksi ENSO yakni terkait prediksi kejadian kekeringan (el-nino) maupun banjir (la-nina) hingga delapan bulan ke depan. Untuk merencanakan pola tanam, aplikasi ini menyiapkan fitur perkiraan curah hujan enam harian maupun perkiraan curah hujan bulanan selama enam bulan ke depan.
Aplikasi ini juga memiliki ditur peta potensi kebakaran lahan, peta sebaran dan perkiraan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan penyakit hewan. Fitur lainnya berupa peta sebaran monitoring tinggi muka air (TMA) yang ada di 180 waduk/bendungan.
Selain itu juga kamus yang berisi penanganan OPT sehingga sangat bermanfaat buat petani untuk pengendalian OPT. “Fitur-fitur informasi yang ada dalam aplikasi ini dibuat secara dinamis dan interaktif serta berbasis geospasial,” kata Ketut Kariyasa.
Aplikasi ini, kata Ketut Kariyasa, sangat bermanfaat buat pemangku kepentingan maupun petugas lapangan untuk menginformasikan perubahan iklim bagi masyarakat. “Khususnya petani dalam rangka perencanaan resiko untuk mengurangi kegagalan panen dan turunnya produksi pertanian,” katanya.
Sistem ini berbasis webGIS dan mampu diakses melalui mobile browser yang dapat membantu pihak pengambil keputusan di Kementerian Pertanian maupun pemerintah daerah. Alamat website aplikasi Si-PERDITAN http://sipetani.pertanian.go.id/siperditan/.
Aplikasi ini mendapat respon positifdari petugas pertanian lapangan (PPL) dan pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT) yang menyatakan bahwa sistem ini sangat bermanfaat untuk perencanaan pola tanam dan sistem budidaya pertanian dalam mengurangi resiko kegagalan panen dan produksi pertanian.
Hal ini disampaikan pada saat dilakukan ujicoba dan sosialisasi di Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Cianjur, dan Kabupaten Brebes. Selain pengembangan aplikasi Si-PERDITAN, Pusdatin bersama LAPAN mengembangan aplikasi pemantauan fase pertanaman padi berbasis citra satelit SIMOTANDI.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) Kementan Ketut Kariyasa mengatakan, pertanian merupakan sektor yang paling terdampak terhadap perubahan iklim, baik itu banjir maupun kekeringan. Pada beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran musim dan puncak hujan, dan perubahan musim ini sangat mengganggu pola tanam dan produktivitas, sehingga diperlukan upaya-upaya antisipasi, adaptasi dan mitigasi.
“Dengan memanfaatkan fitur dalam aplikasi tersebut, maka persiapaan dan perencanaan sebelum terjadinya kejadian bencana banjir maupun kekeringan dapat diantisipasi dan diadaptasi sehingga dapat mengurangi dampak kerugian akibat banjir maupun kekeringan,” ujar Ketut Kariyasa pada acara launching Aplikasi Si-PERDITAN yang dihadiri Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan Syukur Iwantoro di Kantor Pusat Kementan di Jakarta, Rabu (5/12).
Dalam mengembangankan aplikasi ini, Pusdatin Kementan bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Aplikasi ini menyediakan fitur peta informasi curah hujan secara real time tiap 1 jam dari citra satelit Himawari-8.
Fitur lainnya berupa prediksi ENSO yakni terkait prediksi kejadian kekeringan (el-nino) maupun banjir (la-nina) hingga delapan bulan ke depan. Untuk merencanakan pola tanam, aplikasi ini menyiapkan fitur perkiraan curah hujan enam harian maupun perkiraan curah hujan bulanan selama enam bulan ke depan.
Aplikasi ini juga memiliki ditur peta potensi kebakaran lahan, peta sebaran dan perkiraan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan penyakit hewan. Fitur lainnya berupa peta sebaran monitoring tinggi muka air (TMA) yang ada di 180 waduk/bendungan.
Selain itu juga kamus yang berisi penanganan OPT sehingga sangat bermanfaat buat petani untuk pengendalian OPT. “Fitur-fitur informasi yang ada dalam aplikasi ini dibuat secara dinamis dan interaktif serta berbasis geospasial,” kata Ketut Kariyasa.
Aplikasi ini, kata Ketut Kariyasa, sangat bermanfaat buat pemangku kepentingan maupun petugas lapangan untuk menginformasikan perubahan iklim bagi masyarakat. “Khususnya petani dalam rangka perencanaan resiko untuk mengurangi kegagalan panen dan turunnya produksi pertanian,” katanya.
Sistem ini berbasis webGIS dan mampu diakses melalui mobile browser yang dapat membantu pihak pengambil keputusan di Kementerian Pertanian maupun pemerintah daerah. Alamat website aplikasi Si-PERDITAN http://sipetani.pertanian.go.id/siperditan/.
Aplikasi ini mendapat respon positifdari petugas pertanian lapangan (PPL) dan pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT) yang menyatakan bahwa sistem ini sangat bermanfaat untuk perencanaan pola tanam dan sistem budidaya pertanian dalam mengurangi resiko kegagalan panen dan produksi pertanian.
Hal ini disampaikan pada saat dilakukan ujicoba dan sosialisasi di Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Cianjur, dan Kabupaten Brebes. Selain pengembangan aplikasi Si-PERDITAN, Pusdatin bersama LAPAN mengembangan aplikasi pemantauan fase pertanaman padi berbasis citra satelit SIMOTANDI.
(akr)