Penangkapan CFO Huawei Bisa Ganggu Gencatan AS-China
A
A
A
VANCOUVER - Belum ada sepekan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Republik Rakyat China Xi Jinping sepakat melakukan gencatan perdagangan, yang disambut gembira pasar, gangguan terhadap "perdamaian" tersebut kembali muncul.
Di Vancouver, Departemen Kehakiman Kanada mengumumkan bahwa negaranya telah menangkap Chief Financial Officer Huawei Technologies, Meng Wanzhou, 46 tahun. Selanjutnya, Meng akan diekstradisi ke AS karena dianggap melakukan pelanggaran oleh Negeri Abang Sam.
Melansir dari Bloomberg, Kamis (6/12/2018), penangkapan Meng Wanzhou bisa mengguncang hubungan AS-China yang mulai mesra, dan telah mengguncang pasar teknologi di Asia.
Media Kanada, Globe and Mail melaporkan Meng ditangkap sehubungan dengan melanggar sanksi AS yaitu melakukan perdagangan terselubung dengan Iran.
Penangkapan Meng membuat China berang. Kementerian Luar Negeri China meminta Kanada untuk tidak mengekstradisinya ke AS melainkan segera membebaskan Meng. Bukan tanpa sebab Meng begitu penting. Ia adalah puteri dari Ren Zhengfei, pendiri Huawei Technologies.
Merujuk dari Wikipedia, sang ayah merupakan mantan Tentara Pembebasan Rakyat China. Setelah pensiun, Ren Zhengfei mendirikan bisnis elektronik dan masuk menjadi anggota Partai Komunis China. Majalah Time pada 2005 memasukkan Ren Zhengfei sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di China.
Ren mempunyai kedudukan penting di Partai Komunis China. Selain itu, sang ayah dan Xi Jinping mempunyai misi yang sama membangun kemandirian teknologi strategis di China. Itu sebab, penangkapan Meng Wanzhou membuat China kesal.
Mengutip dari Reuters, salah seorang sumber yang dekat dengan pihak berwenang AS menyebut, penangkapan Meng karena AS sedang menyelidiki kasus Huawei. Produsen smartphone terbesar kedua di dunia itu, diduga sejak 2016 telah mengirim produk-produk AS ke Iran dan negara-negara lain yang melanggar UU Ekspor dan Sanksi Amerika Serikat.
Namun, Huawei mengatakan tidak mengetahui adanya kesalahan dari Meng. "Huawei percaya bahwa sistem hukum Kanada dan AS pada akhirnya akan mencapai kesimpulan yang adil. Huawei mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku, dimana perusahaan beroperasi, termasuk UU dan peraturan, kontrol ekspor dan sanksi yang berlaku dari PBB, AS dan Uni Eropa," tulis perusahaan dilansir CNBC, Kamis (6/12/2018).
Huawei menulis sang anak bos ditangkap saat hendak melakukan penerbangan dari Vancouver di Kanada. Dan penangkapan ini menarik respons global, pasar saham dan media massa RRC.
"Saya terkejut. Amerika Serikat tidak bisa mengalahkan Huawei di pasar. Jadi mereka bertindak seperti orang tercela," tulis Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times, media underbow Partai Komunis China.
Jia Wensham, profesor di Chapman University di California, mengatakan penangkapan itu bagian dari strategi geopolitik AS dalam menghadang China. Karena selama ini, Pemerintah China melakukan hambatan terhadap produk teknologi AS, terutama Apple di negaranya dan memberikan bantuan kemudahan terhadap Huawei.
Senator AS, Ben Sasse memuji langkah penangkapan itu. "Dia telah melanggar sanksi AS terhadap Iran. Dan perusahaan China kerap melakukan agresi terselubung yang didanai oleh negaranya untuk mencuri teknologi AS," tegasnya.
Kasus Huawei mirip dengan kasus ZTE China yang akhirnya mengaku bersalah pada 2017, karena melanggar UU AS dengan melakukan penjualan sembunyi-sembunyi teknologi AS kepada Iran.
Kasus ZTE China, membuat Amerika menjadi waspada. Awal 2018, AS melarang semua perusahaannya menjual komponen dan perangkat lunak kepada ZTE. Nama terakhir berusaha menyuap dengan membayar USD1 miliar untuk mencabut larangan tersebut.
Direktur Analisa soal Asia di Control Risks Group, Andrew Gilholm, mengatakan penangkapan tersebut merupakan bagian dari upaya Trump yang meningkatkan tuntutan kepada perusahaan-perusahaan China yang melakukan spionase ekonomi dan pelanggaran sanksi.
Ia pun lantas mengingatkan soal penangkapan pejabat intelijen China di Belgia pada Oktober lalu, dimana sang pejabat intelijen tersebut melakukan pencurian rahasia dagang perusahaan AS.
Dan dengan peningkatan kewaspadaan AS akan "kecurangan" perusahaan-perusahaan China ini bisa mempengaruhi ambisi China, yang ingin membangun kecerdasan buatan dan robotika sebagai bagian dari kebijakan Made in China 2025.
Berita tentang penangkapan CFO Huawei juga membuat Inggris meningkatkan kewaspadaan. British Telecom Group lantas menyerukan untuk menghapus peralatan Huawei dari inti seluler 3G dan 4G mereka. Dan meminta agar tidak menggunakan produk China dalam jaringan telekomunikasi mereka.
Penangkapan Meng membuat saham-saham teknologi di Asia meluncur pada penutupan Kamis. Pasalnya Huawei juga merupakan pemasok bagi perusahaan telekomunikasi di Asia, sehingga saham Samsung Electronics turun 2,3% dan Chinasoft International amblas hingga 13%.
Pasar saham China yang paling terguncang, dimana Shanghai jatuh 44,62 poin atau 1,68% ke level 2.605,18, Shenzhen tergerus 30,02 poin atau 2,17% menjadi 1.350,75 dan Hang Seng Hong Kong ambruk 2,47% ke level 26.156,38.
Di Vancouver, Departemen Kehakiman Kanada mengumumkan bahwa negaranya telah menangkap Chief Financial Officer Huawei Technologies, Meng Wanzhou, 46 tahun. Selanjutnya, Meng akan diekstradisi ke AS karena dianggap melakukan pelanggaran oleh Negeri Abang Sam.
Melansir dari Bloomberg, Kamis (6/12/2018), penangkapan Meng Wanzhou bisa mengguncang hubungan AS-China yang mulai mesra, dan telah mengguncang pasar teknologi di Asia.
Media Kanada, Globe and Mail melaporkan Meng ditangkap sehubungan dengan melanggar sanksi AS yaitu melakukan perdagangan terselubung dengan Iran.
Penangkapan Meng membuat China berang. Kementerian Luar Negeri China meminta Kanada untuk tidak mengekstradisinya ke AS melainkan segera membebaskan Meng. Bukan tanpa sebab Meng begitu penting. Ia adalah puteri dari Ren Zhengfei, pendiri Huawei Technologies.
Merujuk dari Wikipedia, sang ayah merupakan mantan Tentara Pembebasan Rakyat China. Setelah pensiun, Ren Zhengfei mendirikan bisnis elektronik dan masuk menjadi anggota Partai Komunis China. Majalah Time pada 2005 memasukkan Ren Zhengfei sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di China.
Ren mempunyai kedudukan penting di Partai Komunis China. Selain itu, sang ayah dan Xi Jinping mempunyai misi yang sama membangun kemandirian teknologi strategis di China. Itu sebab, penangkapan Meng Wanzhou membuat China kesal.
Mengutip dari Reuters, salah seorang sumber yang dekat dengan pihak berwenang AS menyebut, penangkapan Meng karena AS sedang menyelidiki kasus Huawei. Produsen smartphone terbesar kedua di dunia itu, diduga sejak 2016 telah mengirim produk-produk AS ke Iran dan negara-negara lain yang melanggar UU Ekspor dan Sanksi Amerika Serikat.
Namun, Huawei mengatakan tidak mengetahui adanya kesalahan dari Meng. "Huawei percaya bahwa sistem hukum Kanada dan AS pada akhirnya akan mencapai kesimpulan yang adil. Huawei mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku, dimana perusahaan beroperasi, termasuk UU dan peraturan, kontrol ekspor dan sanksi yang berlaku dari PBB, AS dan Uni Eropa," tulis perusahaan dilansir CNBC, Kamis (6/12/2018).
Huawei menulis sang anak bos ditangkap saat hendak melakukan penerbangan dari Vancouver di Kanada. Dan penangkapan ini menarik respons global, pasar saham dan media massa RRC.
"Saya terkejut. Amerika Serikat tidak bisa mengalahkan Huawei di pasar. Jadi mereka bertindak seperti orang tercela," tulis Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times, media underbow Partai Komunis China.
Jia Wensham, profesor di Chapman University di California, mengatakan penangkapan itu bagian dari strategi geopolitik AS dalam menghadang China. Karena selama ini, Pemerintah China melakukan hambatan terhadap produk teknologi AS, terutama Apple di negaranya dan memberikan bantuan kemudahan terhadap Huawei.
Senator AS, Ben Sasse memuji langkah penangkapan itu. "Dia telah melanggar sanksi AS terhadap Iran. Dan perusahaan China kerap melakukan agresi terselubung yang didanai oleh negaranya untuk mencuri teknologi AS," tegasnya.
Kasus Huawei mirip dengan kasus ZTE China yang akhirnya mengaku bersalah pada 2017, karena melanggar UU AS dengan melakukan penjualan sembunyi-sembunyi teknologi AS kepada Iran.
Kasus ZTE China, membuat Amerika menjadi waspada. Awal 2018, AS melarang semua perusahaannya menjual komponen dan perangkat lunak kepada ZTE. Nama terakhir berusaha menyuap dengan membayar USD1 miliar untuk mencabut larangan tersebut.
Direktur Analisa soal Asia di Control Risks Group, Andrew Gilholm, mengatakan penangkapan tersebut merupakan bagian dari upaya Trump yang meningkatkan tuntutan kepada perusahaan-perusahaan China yang melakukan spionase ekonomi dan pelanggaran sanksi.
Ia pun lantas mengingatkan soal penangkapan pejabat intelijen China di Belgia pada Oktober lalu, dimana sang pejabat intelijen tersebut melakukan pencurian rahasia dagang perusahaan AS.
Dan dengan peningkatan kewaspadaan AS akan "kecurangan" perusahaan-perusahaan China ini bisa mempengaruhi ambisi China, yang ingin membangun kecerdasan buatan dan robotika sebagai bagian dari kebijakan Made in China 2025.
Berita tentang penangkapan CFO Huawei juga membuat Inggris meningkatkan kewaspadaan. British Telecom Group lantas menyerukan untuk menghapus peralatan Huawei dari inti seluler 3G dan 4G mereka. Dan meminta agar tidak menggunakan produk China dalam jaringan telekomunikasi mereka.
Penangkapan Meng membuat saham-saham teknologi di Asia meluncur pada penutupan Kamis. Pasalnya Huawei juga merupakan pemasok bagi perusahaan telekomunikasi di Asia, sehingga saham Samsung Electronics turun 2,3% dan Chinasoft International amblas hingga 13%.
Pasar saham China yang paling terguncang, dimana Shanghai jatuh 44,62 poin atau 1,68% ke level 2.605,18, Shenzhen tergerus 30,02 poin atau 2,17% menjadi 1.350,75 dan Hang Seng Hong Kong ambruk 2,47% ke level 26.156,38.
(ven)