Ekspor Anak Ayam Ke Timor Leste Terus Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Indonesia terus melakukan eksportasi anak ayam umur sehari (Day Old Chick/DOC), ke negara Timor Leste. DOC menjadi komoditas ekspor yang diminati oleh negara Timor Leste, sejak Indonesia mengekspor mulai April 2018 melalui PT Charoen Phokphan Indonesia.
Permintaan salah satu produk unggas ini terus meningkat, menyusul banyak tumbuhnya peternak-peternak ayam ras baru di negara itu baik pedaging maupun petelur.
"Pengiriman juga baru saja dilakukan pada tanggal 28 November 2018 sebanyak 5.000 ekor DOC yang diseberangkan dari wilayah PLBN Matoain di Nusa Tenggara Timur," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketut Diamitra dalam siaran pers, Sabtu (9/12/2018).
Diamitra menambahkan, sampai dengan saat ini Indonesia telah mengekspor anak ayam ayam ras pedaging sebanyak 23.000 ekor dari unit usaha pembibitan (Unit Hatchery) di Kupang dengan estimasi nilai ekspor sebesar USD12.200.
Sedangkan untuk DOC ayam ras petelur telah dilakukan ekspor dari unit hatchery di Bali, sebanyak 59.000 ekor dengan nilai sebesar USD33.495.
Seluruh DOC Indonesia yang diekspor telah melalui serangkaian proses pemenuhan terhadap persyaratan kesehatan hewan dan telah memperoleh Sertifikat kompartemenalisasi bebas Avian Influenza (AI).
"Sertifikat kompartemen ini untuk menjamin produk yang akan dihasilkan telah sesuai persyaratan kesehatan hewan sesuai standar Internasional," ujarnya.
Ekspor DOC ditahun-tahun mendatang diperkirakan terus meningkat, sesuai hasil updating Importasi Risk Analysis (IRA) yang dilakukan Tim Teknis Timor Leste ke Unit Usaha milik Charoen Phokpand Indonesia pada tanggal 12-16 november yang lalu.
Hasilnya menyebutkan bahwa telah direkomendasikan untuk dilakukan perpanjangan izin ekspor unggas dan produk unggas dari Indonesia ke Timor Leste hingga tahun 2021.
"Indonesia berkomitmen untuk membantu pemerintah Timor Leste dalam penyediaan bahan pangan asal ternak yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal," kata Diarmita.
Selain DOC, komoditas pangan lainnya yang di ekspor ke Timor Leste saat adalah produk olahan daging ayam dan pakan ternak. "Kita telah ekspor unggas dan produk daging ayam olahan Indonesia ke Timor Leste, selain itu juga telah menembus pasar Myanmar, Papua Nugini dan Jepang," ungkapnya.
Negara-negara tersebut menurut Diamitra telah mengakui Indonesia sebagai negara yang memiliki Kompartemen bebas AI (Avian Influenza) dan menerapkan program Kompartementalisasi sesuai peraturan OIE (Badan Kesehatan Hewan Dunia).
Lebih lanjut ia sebutkan bahwa, situasi penyakit HPAI pada unggas Indonesia saat ini sangat terkendali. Kejadian HPAI menurun secara signifikan setiap tahun dan hanya bersifat sporadis di daerah tertentu dan dapat dikendalikan dengan cepat.
"Pemerintah Indonesia bersama pihak-pihak terkait terus memperbaiki strategi dengan mengendalikan dan memberantas penyakit HPAI melalui zona bebas AI dan kompartemen secara bertahap dan terus menerus," pungkasnya. Jumlah kompartemen bebas AI yang telah disertifikasi sebanyak 141 titik dan 25 titik masih dalam proses sertifikasi.
Permintaan salah satu produk unggas ini terus meningkat, menyusul banyak tumbuhnya peternak-peternak ayam ras baru di negara itu baik pedaging maupun petelur.
"Pengiriman juga baru saja dilakukan pada tanggal 28 November 2018 sebanyak 5.000 ekor DOC yang diseberangkan dari wilayah PLBN Matoain di Nusa Tenggara Timur," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketut Diamitra dalam siaran pers, Sabtu (9/12/2018).
Diamitra menambahkan, sampai dengan saat ini Indonesia telah mengekspor anak ayam ayam ras pedaging sebanyak 23.000 ekor dari unit usaha pembibitan (Unit Hatchery) di Kupang dengan estimasi nilai ekspor sebesar USD12.200.
Sedangkan untuk DOC ayam ras petelur telah dilakukan ekspor dari unit hatchery di Bali, sebanyak 59.000 ekor dengan nilai sebesar USD33.495.
Seluruh DOC Indonesia yang diekspor telah melalui serangkaian proses pemenuhan terhadap persyaratan kesehatan hewan dan telah memperoleh Sertifikat kompartemenalisasi bebas Avian Influenza (AI).
"Sertifikat kompartemen ini untuk menjamin produk yang akan dihasilkan telah sesuai persyaratan kesehatan hewan sesuai standar Internasional," ujarnya.
Ekspor DOC ditahun-tahun mendatang diperkirakan terus meningkat, sesuai hasil updating Importasi Risk Analysis (IRA) yang dilakukan Tim Teknis Timor Leste ke Unit Usaha milik Charoen Phokpand Indonesia pada tanggal 12-16 november yang lalu.
Hasilnya menyebutkan bahwa telah direkomendasikan untuk dilakukan perpanjangan izin ekspor unggas dan produk unggas dari Indonesia ke Timor Leste hingga tahun 2021.
"Indonesia berkomitmen untuk membantu pemerintah Timor Leste dalam penyediaan bahan pangan asal ternak yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal," kata Diarmita.
Selain DOC, komoditas pangan lainnya yang di ekspor ke Timor Leste saat adalah produk olahan daging ayam dan pakan ternak. "Kita telah ekspor unggas dan produk daging ayam olahan Indonesia ke Timor Leste, selain itu juga telah menembus pasar Myanmar, Papua Nugini dan Jepang," ungkapnya.
Negara-negara tersebut menurut Diamitra telah mengakui Indonesia sebagai negara yang memiliki Kompartemen bebas AI (Avian Influenza) dan menerapkan program Kompartementalisasi sesuai peraturan OIE (Badan Kesehatan Hewan Dunia).
Lebih lanjut ia sebutkan bahwa, situasi penyakit HPAI pada unggas Indonesia saat ini sangat terkendali. Kejadian HPAI menurun secara signifikan setiap tahun dan hanya bersifat sporadis di daerah tertentu dan dapat dikendalikan dengan cepat.
"Pemerintah Indonesia bersama pihak-pihak terkait terus memperbaiki strategi dengan mengendalikan dan memberantas penyakit HPAI melalui zona bebas AI dan kompartemen secara bertahap dan terus menerus," pungkasnya. Jumlah kompartemen bebas AI yang telah disertifikasi sebanyak 141 titik dan 25 titik masih dalam proses sertifikasi.
(fjo)