WIMA Dorong Kiprah Perempuan di Bidang Kemaritiman
A
A
A
JAKARTA - Perempuan yang aktif dalam perkumpulan Women in Maritime Indonesia (WIMA) terus mendorong keterlibatan perempuan untuk bergelut di sektor kemaritiman.
Ketua Umum WIMA, Chandra Motik mengatakan, keterlibatan perempuan dalam dunia maritim Indonesia terus menunjukkan kontribusi positif bagi pembangunan negeri.
"Kami berharap nantinya dorongan pemberdayaan perempuan akan semakin besar dan berdampak positif terhadap kemajuan dunia maritim Indonesia dan menyongsong Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia," ujarnya dalam diskusi WIMA di Jakarta, Rabu (12/12/2018).
Saat ini, kata Chandra Motik, sejumlah perempuan sudah mulai banyak bekerja di bidang maritim. Mulai dari nahkoda, ABK, hingga ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA), dijabat Carmelita Hartoto. Bahkan kementerian yang mengurusi Kelautan dan Perikanan, saat ini juga dipimpin perempuan, yakni Susi Pudjiastuti.
"Indonesia telah ditunjuk PBB menjadi pilot project kesetaraan perempuan menjadi 50:50. Kesetaraan soal maritim kita sudah lumayan. Kita kedua, setelah Filipina," jelasnya.
Sementara itu, pendiri Wahid Institute, Yenny Wahid menilai, peran perempuan dalam industri maritim nasional belum optimal dan masih bisa ditingkatkan lagi. Dia menilai perempuan bisa lebih aktif dari lelaki selama tak risau dengan kodratnya.
"Perempuan itu pada dasarnya sama dengan lelaki. Hanya ada perbedaan dan itu disebut kodrat. Kodrat harus diterima, selebihnya ya mari berkreasi dalam bidang apapun, termasuk sektor maritim ini," ujarnya.
Dia menambahkan, masa depan yang sarat teknologi nantinya bukan lagi ditentukan kekuatan otot tapi kekuatan mental, maka perempuan punya peluang lebih besar dalam industri maritim.
"Kalau sudah kekuatan mental, individunya bisa laki-laki bisa perempuan punya potensi yang sama ke depan. Saya katakan dunia akan dikuasai oleh teknologi artificial intelligence dan kalau sudah seperti itu gender bukan jadi penghalang lagi," pungkasnya.
Ketua Umum WIMA, Chandra Motik mengatakan, keterlibatan perempuan dalam dunia maritim Indonesia terus menunjukkan kontribusi positif bagi pembangunan negeri.
"Kami berharap nantinya dorongan pemberdayaan perempuan akan semakin besar dan berdampak positif terhadap kemajuan dunia maritim Indonesia dan menyongsong Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia," ujarnya dalam diskusi WIMA di Jakarta, Rabu (12/12/2018).
Saat ini, kata Chandra Motik, sejumlah perempuan sudah mulai banyak bekerja di bidang maritim. Mulai dari nahkoda, ABK, hingga ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA), dijabat Carmelita Hartoto. Bahkan kementerian yang mengurusi Kelautan dan Perikanan, saat ini juga dipimpin perempuan, yakni Susi Pudjiastuti.
"Indonesia telah ditunjuk PBB menjadi pilot project kesetaraan perempuan menjadi 50:50. Kesetaraan soal maritim kita sudah lumayan. Kita kedua, setelah Filipina," jelasnya.
Sementara itu, pendiri Wahid Institute, Yenny Wahid menilai, peran perempuan dalam industri maritim nasional belum optimal dan masih bisa ditingkatkan lagi. Dia menilai perempuan bisa lebih aktif dari lelaki selama tak risau dengan kodratnya.
"Perempuan itu pada dasarnya sama dengan lelaki. Hanya ada perbedaan dan itu disebut kodrat. Kodrat harus diterima, selebihnya ya mari berkreasi dalam bidang apapun, termasuk sektor maritim ini," ujarnya.
Dia menambahkan, masa depan yang sarat teknologi nantinya bukan lagi ditentukan kekuatan otot tapi kekuatan mental, maka perempuan punya peluang lebih besar dalam industri maritim.
"Kalau sudah kekuatan mental, individunya bisa laki-laki bisa perempuan punya potensi yang sama ke depan. Saya katakan dunia akan dikuasai oleh teknologi artificial intelligence dan kalau sudah seperti itu gender bukan jadi penghalang lagi," pungkasnya.
(fjo)