PLTD Bisa Sepenuhnya Gunakan Minyak Sawit

Kamis, 13 Desember 2018 - 13:18 WIB
PLTD Bisa Sepenuhnya Gunakan Minyak Sawit
PLTD Bisa Sepenuhnya Gunakan Minyak Sawit
A A A
JAKARTA - Wacana penggunaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN disambut positif oleh Anggota Komisi VII Ramson Siagian. Pasalnya terang dia, dengan penggunaan CPO tersebut akan menghemat devisa mengingat
minyak solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar PLTD milik PLN berasal dari impor.

Selain itu, dengan menggunakan CPO, akan memperluas pasar CPO di dalam negeri sehingga dampaknya bisa mendongkrak harga CPO dan tandan buah segar (TBS) di tingkat petani sawit. Namun, Ramson Siagian, mengingatkan jika wacana tersebut diterapkan tidak memengaruhi umur mesin PLTD milik PLN.

“Boleh saja secara teori CPO bisa digunakan sebagai bahan bakar PLTD, tapi itu perlu ada pengalaman empiris. Apakah dengan menggunakan CPO tidak menyebabkan kerusakan pada PLTD milik PLN,” kata Ramson Siagian ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (13/12/2018).

Peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Agus Kismanto mengatakan, tidak semua PLTD milik PLN bisa dikonversi bahan bakarnya ke CPO. Misalnya saja PLTD putaran rendah (rpm 750). PLTD itu sekarang memakai bahan bakar residu/marine fuel oil. Agar bisa kompatibel dengan CPO perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pabrikannya.

Menurut Agus Kismanto, saat ini ada PLTD merek MAN pabrikan Jerman dan Wartsila asal Finlandia yang punya mesin khusus PLTD berbahan bakar CPO. Mestinya ke depan, PLTD yang berbahan bakar solar ditutup dan digantikan dengan PLTD berbahan bakar CPO. “Indonesia beli lisensinya saja, kita produksi mesin PLTD ini di dalam negeri. Ini jadi usaha yang sangat layak, karena ada ribuan PLTD,” kata Agus Kismanto, kemarin.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) menambahkan, apabila secara teknis PLTD milik PLN bisa menggunakan CPO sebagai bahan bakarnya. Bahkan CPO tersebut tidak perlu dilakukan pencampuran dengan minyak solar alias bisa digunakan 100%. Agar CPO bisa digunakan sebagai bahan bakar PLTD perlu dilakukan treatment khusus sehingga memiliki karakter seperti solar.

“CPO perlu dilakukan preheating atau dipanasi terlebih dahulu sehingga mencapai suhu tertentu. Jadi pada dasarnya dimungkinkan menggunakan CPO untuk beberapa PLTD,” kata Fabby Tumiwa.

Namun yang menjadi persoalan, terang dia yakni terkait soal harga CPO yang sangat fluktuatif. Di kala harga CPO dunia di kisaran USD500 per ton seperti saat ini, PLN sangat feasible menggunakan CPO. Namun apabila harganya di kisaran USD800 per ton sudah sangat tidak feasible lagi, karena lebih mahal ketimbang minyak solar.

Sambung dia mengakhawatirkan, jika harga CPO dunia tinggi, produsen CPO tidak mau memasok ke PLN karena ekspor lebih menguntungkan. “Paling dibutuhkan PLN itu kestabilan harga dan kontinyuitas pasokan CPO,” tegasnya.

Terkait ini, Agus Kismanto mengusulkan agar dana yang dikelola BPDP-KS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) bisa dimanfaatkan juga untuk mendukung program pemakaian minyak sawit untuk PLTD milik PLN. Sehingga PLN memiliki kepastian pasokan suplai minyak sawit dengan harga yang stabil.

Agar terjadi win-win solution antara PLN dengan produsen CPO, Fabby Tumiwa punya usulan lain. Dia menyarankan agar menggunakan pola cost plus margin atau cost plus adjustment apabila terjadi perubahan harga CPO dunia. “Saya kira itu lebih fair,” katanya.

Fabby Tumiwa mengungkapkan kebutuhan minyak solar PLN tiap tahun sekitar 5 hingga 6 juta kiloliter. Jadi apabila, minyak solar tersebut bisa digantikan dengan CPO cukup bagus untuk menyelamatkan devisa. Sebelumnya, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ‎mengaku telah menginstruksikan PLN selaku operator kelistrikan di Indonesia, untuk mengganti bahan bakar PLTD dari solar ke CPO.

“Kami telah menginstruksikan PLN untuk mengubah setidaknya 1.800 MW mesin diesel menjadi 100% CPO,” kata Jonan saat membuka forum bisnis Indonesia Finlandia di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (9/10).

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno juga mendorong PLN menghentikan penggunaan solar pada pembangkitnya. Dia ingin seluruh solar digantikan dengan CPO. “Sekarang ternyata sudah ada alat yang bisa merombak untuk memanfaatkan 100% CPO,” kata Rini di Jakarta, Jumat (31/8).

Upaya pemanfaatan biodiesel yang melimpah di dalam negeri ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan PLN terhadap impor bahan bakar minyak (BBM). Rini berharap pemanfaatan minyak sawit dapat menghemat devisa negara sampai USD1 miliar.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7035 seconds (0.1#10.140)