Pembangunan KEK Singhasari Tahap Pertama Telan Investasi Rp920,8 M
A
A
A
SURABAYA - PT Inteligensia Grahatama berinvestasi sebesar Rp920,8 miliar guna mengembangkan proyek tahap satu dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari. KEK yang berlokasi di Singosari Kabupaten Malang ini mengintegrasikan destinasi wisata, pengembangan teknologi digital dan aktifitas ekonomi kreatif.
General Manager PT Inteligensia Grahatama Kriswidyat Praswanto mengatakan, KEK ini dikelola perusahaan konsorsium yang diberi nama Singhasari Intergrated Tourism Center (SITC). SITC adalah hasil kerjasama antara PT Inteligensia Grahatama dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). “Kalau untuk investasi, semua murni dari swasta,” kata Kris di Surabaya, Senin (17/12/2018).
Pada November lalu, imbuhnya, kawasan tersebut telah disetujui sebagai KEK oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution. Selanjutnya, pengembangan masih membutuhkan PP yang sedang dibahas oleh sekretariat dewan nasional KEK sebagai dasar hukum KEK Singhasari.
“Persetujuan ini sangat penting karena untuk landasan pemerintah mengeluarkan PP. Kami berharap pemerintah segera mengeluarkan PP itu. Makin cepat keluar makin baik. Selaku investor dan pengelola KEK, kami sudah sangat siap," ujarnya.
Sebagai KEK, kawasan ini akan mengintegrasikan tiga kegiatan utama di sektor pariwisata, ekonomi digital dan ekonomi kreatif. Proyek ini berdiri di atas lahan seluas 201,3 hektare. Pengembangan dilakukan secara bertahap. Tahap pengembangan pertama dilakukan pada tahun pertama hingga ketiga dengan target luas lahan 44,8 hektar dan investasi sebesar Rp920,8 miliar.
Tahap pengembangan kedua, dilakukan pada tahun ketiga hingga kedelapan pada lahan 79,7 hektare dan nilai investasi sebesar Rp1,2 triliun. Sementara pada tahap ketiga pada tahun ke delapan dan ke-15 dilakukan pada lahan seluas 76,8 hektare dengan nilai investasi Rp687,5 miliar. “Total investasi kami perkirakan mencapai Rp18 triliun. Dana investasi itu berasal dari investor dalam negeri dan luar negeri,” tandas Kris.
Dia berharap, keberadaan KEK bisa menggerakkan ekonomi secara lokal, regional hingga tingkat provinsi. Menurutnya, target devisa yang berpotensi didapat selama 2019 – 2038 mencapai USD642 juta. Sementara dampak terhadap tenaga kerja langsung, diperkirakan mencapai 16.000 orang yang dilibatkan secara langsung. “Ini yang menjadi karakteristik KEK. Kalau bukan KEK, dampaknya mungkin hanya sampai tataran lokal saja,” pungkasnya.
General Manager PT Inteligensia Grahatama Kriswidyat Praswanto mengatakan, KEK ini dikelola perusahaan konsorsium yang diberi nama Singhasari Intergrated Tourism Center (SITC). SITC adalah hasil kerjasama antara PT Inteligensia Grahatama dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). “Kalau untuk investasi, semua murni dari swasta,” kata Kris di Surabaya, Senin (17/12/2018).
Pada November lalu, imbuhnya, kawasan tersebut telah disetujui sebagai KEK oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution. Selanjutnya, pengembangan masih membutuhkan PP yang sedang dibahas oleh sekretariat dewan nasional KEK sebagai dasar hukum KEK Singhasari.
“Persetujuan ini sangat penting karena untuk landasan pemerintah mengeluarkan PP. Kami berharap pemerintah segera mengeluarkan PP itu. Makin cepat keluar makin baik. Selaku investor dan pengelola KEK, kami sudah sangat siap," ujarnya.
Sebagai KEK, kawasan ini akan mengintegrasikan tiga kegiatan utama di sektor pariwisata, ekonomi digital dan ekonomi kreatif. Proyek ini berdiri di atas lahan seluas 201,3 hektare. Pengembangan dilakukan secara bertahap. Tahap pengembangan pertama dilakukan pada tahun pertama hingga ketiga dengan target luas lahan 44,8 hektar dan investasi sebesar Rp920,8 miliar.
Tahap pengembangan kedua, dilakukan pada tahun ketiga hingga kedelapan pada lahan 79,7 hektare dan nilai investasi sebesar Rp1,2 triliun. Sementara pada tahap ketiga pada tahun ke delapan dan ke-15 dilakukan pada lahan seluas 76,8 hektare dengan nilai investasi Rp687,5 miliar. “Total investasi kami perkirakan mencapai Rp18 triliun. Dana investasi itu berasal dari investor dalam negeri dan luar negeri,” tandas Kris.
Dia berharap, keberadaan KEK bisa menggerakkan ekonomi secara lokal, regional hingga tingkat provinsi. Menurutnya, target devisa yang berpotensi didapat selama 2019 – 2038 mencapai USD642 juta. Sementara dampak terhadap tenaga kerja langsung, diperkirakan mencapai 16.000 orang yang dilibatkan secara langsung. “Ini yang menjadi karakteristik KEK. Kalau bukan KEK, dampaknya mungkin hanya sampai tataran lokal saja,” pungkasnya.
(akr)