Harga Minyak Dunia Mendaki di Bayangi Kelebihan Pasokan Global
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia pada perdagangan, Rabu (19/12/2018) mendaki untuk merebut kembali keuntungan, setelah minyak AS ambruk lebih dari 5% dari sesi sebelumnya. Kekhawatiran tentang kelebihan pasokan minyak mentah global serta perlambatan ekonomi global membuat pasar masih di bawah tekanan.
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah AS tercatat meningkat 37 sen atau 0,8% menjadi USD46,24 per barel pada pukul 01.22 GMT. Hal ini setelah terjun mencapai 7,3 persen sehari sebelumnya dalam sesi ketika menyentuh posisi terendah sejak Agustus tahun lalu di level USD45,79/barel.
Sementara patokan minyak mentah Internasional yakni Brent naik lebih tinggi mencapai 0,85% yang setara 49 sen ke posisi USD56,75 per barel. Sedangkan, Selasa kemarin turun 5,62% pada satu titik menandai posisi terendah 14 bulan dari USD56,16 per barel.
"Kombinasi beracun dari kekhawatiran kelebihan pasokan dan tekanan pertumbuhan global akan melihat harga minyak merana hingga akhir tahun. Hal ini karena momentum negatif memimpin aksi harga," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan untuk Asia-Pasifik di OANDA.
Stok minyak mentah AS naik tak terduga pekan lalu, sementara persediaan bensin meningkat, seperti disampaikan kelompok industri American Petroleum Institute. Penambahan stok minyak mentah dikonfirmasi oleh data pemerintah AS untuk menjadi peningkatan pertama dalam tiga minggu.
Di sisi lain analis mengatakan, bahwa pemangkasan output yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sejauh ini gagal untuk merangsang pasar karena mereka tidak akan menendang sampai bulan depan.
Output dari de facto OPEC oleh Arab Saudi serta Amerika Serikat dan Rusia -produsen terkemuka di luar grup - telah mencapai atau mendekati rekor tertinggi. Investor pasar minyak juga mengalihkan perhatian mereka ke hasil pertemuan dua hari Federal Reserve AS yang akan berakhir pada hari Rabu.
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah AS tercatat meningkat 37 sen atau 0,8% menjadi USD46,24 per barel pada pukul 01.22 GMT. Hal ini setelah terjun mencapai 7,3 persen sehari sebelumnya dalam sesi ketika menyentuh posisi terendah sejak Agustus tahun lalu di level USD45,79/barel.
Sementara patokan minyak mentah Internasional yakni Brent naik lebih tinggi mencapai 0,85% yang setara 49 sen ke posisi USD56,75 per barel. Sedangkan, Selasa kemarin turun 5,62% pada satu titik menandai posisi terendah 14 bulan dari USD56,16 per barel.
"Kombinasi beracun dari kekhawatiran kelebihan pasokan dan tekanan pertumbuhan global akan melihat harga minyak merana hingga akhir tahun. Hal ini karena momentum negatif memimpin aksi harga," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan untuk Asia-Pasifik di OANDA.
Stok minyak mentah AS naik tak terduga pekan lalu, sementara persediaan bensin meningkat, seperti disampaikan kelompok industri American Petroleum Institute. Penambahan stok minyak mentah dikonfirmasi oleh data pemerintah AS untuk menjadi peningkatan pertama dalam tiga minggu.
Di sisi lain analis mengatakan, bahwa pemangkasan output yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sejauh ini gagal untuk merangsang pasar karena mereka tidak akan menendang sampai bulan depan.
Output dari de facto OPEC oleh Arab Saudi serta Amerika Serikat dan Rusia -produsen terkemuka di luar grup - telah mencapai atau mendekati rekor tertinggi. Investor pasar minyak juga mengalihkan perhatian mereka ke hasil pertemuan dua hari Federal Reserve AS yang akan berakhir pada hari Rabu.
(akr)