Tidak Ada Aset yang Digadaikan Inalum untuk Beli Freeport

Minggu, 23 Desember 2018 - 18:51 WIB
Tidak Ada Aset yang...
Tidak Ada Aset yang Digadaikan Inalum untuk Beli Freeport
A A A
JAKARTA - Holding Industri Pertambangan PT Inalum (Persero) meluruskan asumsi-asumsi yang tidak berdasar terkait pembiayaan untuk meningkatkan kepemilikan perusahaan di PT Freeport Indonesia (PTFI) dari 9,36% menjadi 51,2%.

Inalum menegaskan tidak ada aset atau saham Inalum dan anak usaha, termasuk PTFI, yang digadaikan ketika perusahaan menerbitkan obligasi global senilai USD4 miliar. Di mana dari jumlah tadi, sebanyak USD3,85 miliar atau Rp55 triliun digunakan untuk pembayaran saham PTFI dan sisa USD150 juta untuk refinancing.

"Jangan termakan hoax. Tidak ada aset atau saham yang kami gadaikan dalam penerbitan tersebut. Mengapa bisa tanpa jaminan? Karena investor global percaya akan kinerja Inalum dan prospek bisnis PTFI," kata Kepala Komunikasi Korporat dan Hubungan Antar Lembaga Inalum Rendi A Witular dalam keterangan tertulisnya yang diterima SINDOnews, Minggu (23/12/2018).

Rendi menjelaskan, obligasi global Inalum terdiri dari dari empat seri dengan dengan masa tersingkat 3 tahun dan paling lama 30 tahun denggan tingkat kupon rata-rata sebesar 5,991%

"BNP Paribas dari Perancis, Citigroup dari Amerika Serikat dan MUFG dari Jepang menjadi koordinator underwriter dalam penerbitan obligasi ini serta CIMB dan Maybank dari Malaysia, SMBC Nikko dari Jepang dan Standard Chartered Bank dari Inggris sebagai mitra underwriter," jelas dia.

Untuk penerbitan Global Bond ini, kata Rendi, Inalum mendapatkan rating Baa2 dari Moody’s dan BBB- dari Fitch. Bond ini telah terdaftar di Singapore Exchange Securities.

Penerbitan obligasi ini lebih kompetitif dan stabil dibanding dengan pinjaman dari sindikasi perbankan asing. Jika lewat perbankan akan ada resiko suku bunga yang dapat melonjak di saat ketidakpastian ekonomi global, dan juga untuk jangka panjang biasanya bank meminta jaminan.

"Mengapa tidak mengambil pembiayaan dari dalam negeri? Karena kita tidak ingin ada uang yang keluar dari Indonesia dan mengakibatkan terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah. Ini kan uangnya dari Jepang, Singapura, Amerika dan Eropa yang ditransfer ke negara lain," kata Rendi.

Rendi juga menjelaskan jika Inalum mempunyai kemampuan yang kuat untuk membayar. "Kami keluar Rp55 triliun untuk membeli tambang PTFI dengan kekayaan senilai Rp2.400 triliun hingga 2041. Setelah 2022, laba bersih PTFI diproyeksikan sebesar Rp29 triliun per tahun berdasarkan asumsi yang sangat konservatif," pungkas Rendi.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1051 seconds (0.1#10.140)