Awali Tahun 2019, Mentan Tancap Gas Ekspor Sayuran
A
A
A
BANDUNG - Mengawali agenda tahun 2019, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman langsung tancap gas menggenjot ekspor komoditas pertanian. Kali ini Menteri Amran melepas ekspor sayuran daun dari Lembang, Kabupaten Bandung Barat ke Singapura dan Brunei Darussalam.
Hadir pada pelepasan ekspor ini anggota Komisi IV DPR Cucun Ahmad Syamsurijal dan Erislan, Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi, Kepala Dinas Pertanian Jawa Barat Hendy Jatnika dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Barat Ida Nurhamidah.
Amran menjelaskan volume ekspor sayuran segar dari Bandung Barat cukup besar. Hal ini mengingat potensi pengembangan sayuran di daerah ini khususnya kawasan pertanian di Lembang sangat luas dan subur serta dukungan dari pemerintah baik pusat maupun daerah sangat tinggi.
"Dari Bandung Barat, volume ekspor sayuran setahunnya mencapai 1.500 ton atau 3,5 sampai 4 ton per hari. Dulu kita impor dari Australia dan Amerika, tapi sekarang ekspor. Ini luar biasa kita membalikkan impor ke ekspor ke Singapura, Brunei Darussalam dan Hong Kong. Ini serangan balik dari Indonesia," ujar Amran saat meninjau budidaya sayuran dan melepas ekspor sayuran di Bandung, Kamis (3/1/2019).
Jenis sayuran daun yang diekspor meliputi buncis kenya, buncis super, edamame, zuchini, kyuri, red oakleaf dan radichio. Jenis sayuran ini dapat tumbuh baik di daerah Bandung dan sekitarnya.
Amran menjelaskan kinerja sektor pertanian berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data BPS, akumulasi kinerja ekspor pangan sejak 2016 hingga 2018 naik 29%, inflasi pangan tahun 2014 sebesar 10,57% turun menjadi 1,26% tahun 2017. Kemudian, investasi naik 110% nilainya Rp94,2 triliun bahkan kontribusi sektor pertanian meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (PDB) naik 47,2%, nilainya Rp1.375 triliun.
"Ini prestasi baru sepanjang sejarah Indonesia. Ekspor kita dorong terus. Prestasi penurunan inflasi ini sulit ditemukan dalam sejarah, karena biasanya menggerakan inflasi 0,1 sampai 0,5% itu sulit. Kami sudah laporkan ke Bapak Presiden bahwa sektor pertanian berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
Oleh karena itu, Amran mengungkapkan dengan ekspor sayuran ini semakin membuktikan bahwa Pemerintah Jokowi-JK sangat berkomitmen meningkatkan produksi dan kualitas komoditas sayuran. Artinya tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun sanggup mengisi pasar luar negeri.
"Ekspor ini pun membuktikan produk pertanian Indonesia makin diakui dan diterima di luar negeri. Ke depan untuk meningkatkan produksi dan volume ekspor, kami bantu bibit dan lainnya bahkan kami rekrut petani milenial, target 1 juta petani," tegasnya.
Adapun harga sayuran asal Indonesia di pasar ekspor rata-rata 3,5 dolar Singapura per kilogram. "Tentu ini menjadi nilai tambah bagi petani sayuran agar makin sejahtera," sambung Amran.
Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi menambahkan ekspor hortikultura pada periode Januari-Desember 2018 naik 11,92% dibanding periode yang sama tahun 2017 lalu. Pada periode tersebut ekspor sayuran naik 4,8% dan ekspor buah naik signifikan 26,27%.
"Jenis buah yang banyak diekspor antara lain nanas, pisang dan manggis. Neraca perdagangan durian kita pada periode tersebut untuk pertama kalinya mencatatkan rekor surplus setelah beberapa tahun selalu defisit," ujarnya.
"Kemudian, volume ekspor tanaman hias juga naik 7,03%. Nilai ekspor hortikultura sepanjang Januari-November 2018 mencapai Rp5,69 triliun," tambahnya.
Terkait ekspor sayuran segar, Suwandi menegaskan pihaknya akan terus mendorong perbaikan teknologi budidaya yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar menghasilkan produk yang layak konsumsi dan mendukung peningkatan gizi masyarakat.
"Potensi produksi sayuran kita mengisi pasar ekspor masih terbuka luas. Kita tinggal tingkatkan lagi kualitas produksi dan penanganan pascapanennya, mengingat tuntutan konsumen makin menghendaki sayuran yang fresh dan menyehatkan," tandasnya.
Sementara itu, anggota Komisi IV DPR Cucun Ahmad Syamsurijal mengaparesiasi kinerja ekspor pangan yang dicapai selama di era Pemerintahan Jokowi-JK. Hal ini merupakan bukti dari dampak inovasi pertanian yang dilakukan Kementan seperti teknologi benih dan terutama alat mesin pertanian. Bahkan capaian ekspor naik 29% dan penurunan inflasi 1,26% merupakan wujud nyata penggunaan APBN sektor pertanian.
"Ekspor yang meningkat ini sudah menopang devisa yang masuk ke Indonesia. Jadi kita tidak terus-terusan impor pangan lagi. Malah pasokan pangan negara lain kita bisa penuhi. Ke depan, mudah-mudah Indonesia menjadi lumbung pangan Asia bahkan dunia bisa terwujud," beber Cucun.
Untuk itu, Cucun menegaskan kinerja ekspor pangan saat ini sesui dengan harapan. Begitu pun terkait inflasi, penyumbang terbesarnya dari sektor pertanian.
"Awalnya saya pesimistis ketika menghitung asumsi makro APBN 2019, betul nggak Menteri Keuangan berani menahan inflasi di angka 3%. Ternyata dibuktikan penyumbang terbesarnya dari sektor pangan bayangkan dari 10,5 menjadi 1,26%. Ini luar biasa, salah satu kerja nyata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman," tegasnya.
Anggota Komisi IV DPR lainnya, Erislan pun mengaku bangga akan kinerja pertanian saat ini. Selain capaian ekspor yang mengalami peningkatan dan berhasil menbalikkan impor ke ekspor, juga menyambut baik program Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk berdaulat benih.
"Saya menyambut baik kerja Menteri Amran yang mau mengembangkan bibit sendiri. Kami pun mendukung kinerjanya yang terus mendorong ekspor," akunya.
Hadir pada pelepasan ekspor ini anggota Komisi IV DPR Cucun Ahmad Syamsurijal dan Erislan, Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi, Kepala Dinas Pertanian Jawa Barat Hendy Jatnika dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Barat Ida Nurhamidah.
Amran menjelaskan volume ekspor sayuran segar dari Bandung Barat cukup besar. Hal ini mengingat potensi pengembangan sayuran di daerah ini khususnya kawasan pertanian di Lembang sangat luas dan subur serta dukungan dari pemerintah baik pusat maupun daerah sangat tinggi.
"Dari Bandung Barat, volume ekspor sayuran setahunnya mencapai 1.500 ton atau 3,5 sampai 4 ton per hari. Dulu kita impor dari Australia dan Amerika, tapi sekarang ekspor. Ini luar biasa kita membalikkan impor ke ekspor ke Singapura, Brunei Darussalam dan Hong Kong. Ini serangan balik dari Indonesia," ujar Amran saat meninjau budidaya sayuran dan melepas ekspor sayuran di Bandung, Kamis (3/1/2019).
Jenis sayuran daun yang diekspor meliputi buncis kenya, buncis super, edamame, zuchini, kyuri, red oakleaf dan radichio. Jenis sayuran ini dapat tumbuh baik di daerah Bandung dan sekitarnya.
Amran menjelaskan kinerja sektor pertanian berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data BPS, akumulasi kinerja ekspor pangan sejak 2016 hingga 2018 naik 29%, inflasi pangan tahun 2014 sebesar 10,57% turun menjadi 1,26% tahun 2017. Kemudian, investasi naik 110% nilainya Rp94,2 triliun bahkan kontribusi sektor pertanian meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (PDB) naik 47,2%, nilainya Rp1.375 triliun.
"Ini prestasi baru sepanjang sejarah Indonesia. Ekspor kita dorong terus. Prestasi penurunan inflasi ini sulit ditemukan dalam sejarah, karena biasanya menggerakan inflasi 0,1 sampai 0,5% itu sulit. Kami sudah laporkan ke Bapak Presiden bahwa sektor pertanian berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
Oleh karena itu, Amran mengungkapkan dengan ekspor sayuran ini semakin membuktikan bahwa Pemerintah Jokowi-JK sangat berkomitmen meningkatkan produksi dan kualitas komoditas sayuran. Artinya tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun sanggup mengisi pasar luar negeri.
"Ekspor ini pun membuktikan produk pertanian Indonesia makin diakui dan diterima di luar negeri. Ke depan untuk meningkatkan produksi dan volume ekspor, kami bantu bibit dan lainnya bahkan kami rekrut petani milenial, target 1 juta petani," tegasnya.
Adapun harga sayuran asal Indonesia di pasar ekspor rata-rata 3,5 dolar Singapura per kilogram. "Tentu ini menjadi nilai tambah bagi petani sayuran agar makin sejahtera," sambung Amran.
Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi menambahkan ekspor hortikultura pada periode Januari-Desember 2018 naik 11,92% dibanding periode yang sama tahun 2017 lalu. Pada periode tersebut ekspor sayuran naik 4,8% dan ekspor buah naik signifikan 26,27%.
"Jenis buah yang banyak diekspor antara lain nanas, pisang dan manggis. Neraca perdagangan durian kita pada periode tersebut untuk pertama kalinya mencatatkan rekor surplus setelah beberapa tahun selalu defisit," ujarnya.
"Kemudian, volume ekspor tanaman hias juga naik 7,03%. Nilai ekspor hortikultura sepanjang Januari-November 2018 mencapai Rp5,69 triliun," tambahnya.
Terkait ekspor sayuran segar, Suwandi menegaskan pihaknya akan terus mendorong perbaikan teknologi budidaya yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar menghasilkan produk yang layak konsumsi dan mendukung peningkatan gizi masyarakat.
"Potensi produksi sayuran kita mengisi pasar ekspor masih terbuka luas. Kita tinggal tingkatkan lagi kualitas produksi dan penanganan pascapanennya, mengingat tuntutan konsumen makin menghendaki sayuran yang fresh dan menyehatkan," tandasnya.
Sementara itu, anggota Komisi IV DPR Cucun Ahmad Syamsurijal mengaparesiasi kinerja ekspor pangan yang dicapai selama di era Pemerintahan Jokowi-JK. Hal ini merupakan bukti dari dampak inovasi pertanian yang dilakukan Kementan seperti teknologi benih dan terutama alat mesin pertanian. Bahkan capaian ekspor naik 29% dan penurunan inflasi 1,26% merupakan wujud nyata penggunaan APBN sektor pertanian.
"Ekspor yang meningkat ini sudah menopang devisa yang masuk ke Indonesia. Jadi kita tidak terus-terusan impor pangan lagi. Malah pasokan pangan negara lain kita bisa penuhi. Ke depan, mudah-mudah Indonesia menjadi lumbung pangan Asia bahkan dunia bisa terwujud," beber Cucun.
Untuk itu, Cucun menegaskan kinerja ekspor pangan saat ini sesui dengan harapan. Begitu pun terkait inflasi, penyumbang terbesarnya dari sektor pertanian.
"Awalnya saya pesimistis ketika menghitung asumsi makro APBN 2019, betul nggak Menteri Keuangan berani menahan inflasi di angka 3%. Ternyata dibuktikan penyumbang terbesarnya dari sektor pangan bayangkan dari 10,5 menjadi 1,26%. Ini luar biasa, salah satu kerja nyata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman," tegasnya.
Anggota Komisi IV DPR lainnya, Erislan pun mengaku bangga akan kinerja pertanian saat ini. Selain capaian ekspor yang mengalami peningkatan dan berhasil menbalikkan impor ke ekspor, juga menyambut baik program Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk berdaulat benih.
"Saya menyambut baik kerja Menteri Amran yang mau mengembangkan bibit sendiri. Kami pun mendukung kinerjanya yang terus mendorong ekspor," akunya.
(fjo)