Kementan Wujudkan Petani Milenial di Lahan Rawa
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mengoptimalkan lahan rawa di Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, seluas 200.000 hektare menjadi lahan pertanian modern. Selain untuk meningkatkan produksi padi atau ketersediaan stok beras, pengoptimalan lahan rawa ini untuk mencetak petani milenial.
Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Andriko Noto Susanto, menjelaskan rawa raksasa yang sedang dibangun tersebut, produktivitasnya mengalahkan lahan sawah konvensional di Jawa. Arealnya luas, airnya melimpah namun tenaga kerjanya sangat terbatas.
"Alat mesin pertanian menjadi pilihan untuk mengembangkan lahan rawa. Selain produktif, cepat, biaya murah dan mampu mengatasi keterbatasan tenaga kerja," dijelaskan Andriko saat mengunjungi lahan rawa bersama petani milenial di Desa Talang Makmur, Kecamatan Telang, Banyuasin, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (7/1/2019).
Menurutnya, alat mesin pertanian agar berkelanjutan harus dikelola oleh sumber daya manusia (SDM) pertanian milenial yang mempunyai skill tinggi, anti kemapanan, berani mengambil risiko, inovatif, dan suka menghadapi tantangan. SDM milenial sangat sesuai mengelola lahan rawa karena upah menjadi lebih menarik, tidak kena lumpur, tidak kena panas sehingga menjadi lebih kompetitif dibandingkan dengan bekerja sebagai buruh.
"Petani milenial akan mengembangkan varian-varian pekerjaan yang semula dikerjakan secara konvensional menjadi mekanisasi. Mulai dari keteladannya, panen, olah tanah, tanam, pengendalian OPT, pemeliharaan alat dan pemasaran, baik online maupun offline," pinta Andriko.
Di kesempatan sama, Kepala Pusat Penyuluhan BPPSDM, Kementan, Siti Munifah, mengatakan tranformasi bisnis proses ini memungkinkan tambahan lapangan kerja baru dan added value baru, konsumen baru. Bahkan brand baru yang mampu mendisrupsi teknologi konvensional yang selama ini tidak kompetitif.
"BPPSDMP telah menginisiasi pendekatan ini di dua lokasi yaitu Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan dan Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan," katanya.
Kepala Pusat Pendidikan BPPSDM Kementan, Idha Widi Arsanti, menambahkan dalam jangka panjang, optimalisasi rawa ini memungkinkan tambahan luas panen, produktifitas, dan hasil pertanian seperti padi, jagung, kedelai, sayur, ternak (itik, ayam, ikan) menjadi berlimpah. Areal pengembangan ini selanjutnya menjadi terbuka bagi generasi milenial untuk menggantungkan masa depannya di sektor pertanian.
"Mereka akan bangga dan percaya diri bertemu dengan orang-orang yang bekerja di sektor industri karena income-nya tinggi, keberagaman, berkelanjutan dan tahan terhadap gejolak ekonomi, politik, global maupun regional. Sepanjang ada kehidupan, pangan akan selalu dibutuhkan," bebernya.
Arsanti menegaskan BPPSDMP membuka peluang bagi petani milenial untuk bergabung dalam mengelola lahan rawa. "Ini sejalan dengan penetapan Presiden Jokowi sebagai tahun pengembangan SDM," tegasnya.
Pejuang Lahan Rawa
Petani milenial sekaligus Kepala Desa di Telangrejo, Hendri, mengungkapkan bukanlah suatu hal yang mustahil baginya untuk mewujudkan mimpi menghidupkan lahan rawa guna mensejahterakan petani di sekitarnya, juga memakmurkan keluarganya. Desa Telangrejo dengan luas 1.800 ha sudah tertutupi dengan pertanaman padi yang luas menghampar sejauh mata memandang.
"Awal perjuangan, saya dan kawan-kawan dimulai sekitar 20 tahun yang lalu, di mana lahan rawa masih belum dimanfaatkan," ungkapnya.
Alhasil, perlahan namun pasti, Hendri menanami lahan rawa tersebut. Dia mencoba memahami permasalahan yang dihadapi di lahan rawa dan juga berkomunikasi dengan banyak pihak untuk dapat memecahkan permasalahan tersebut.
"Penggunaan Alsintan baik traktor, combine harvester pada akhirnya sudah menjadi keharusan di lahan rawa. Bagaimana menumbuhkan kelembagaan juga merupakan tantangan tersendiri," ucap Hendri.
Hingga saat ini, Hendri dan kawan-kawannya sudah berhasil menaklukkan lahan rawa dan menerapkan teknologi untuk menghadapi permasalahan yang ada. Dengan penghasilan sekitar Rp15 juta per ha per 3 bulan, Hendri sudah lebih dari cukup untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarga kecilnya.
"Tantangan lahan rawa apabila dihadapi dengan sungguh-sungguh akan menjadi peluang emas bagi para pelaku di dalamnya," pungkas Hendri.
Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Andriko Noto Susanto, menjelaskan rawa raksasa yang sedang dibangun tersebut, produktivitasnya mengalahkan lahan sawah konvensional di Jawa. Arealnya luas, airnya melimpah namun tenaga kerjanya sangat terbatas.
"Alat mesin pertanian menjadi pilihan untuk mengembangkan lahan rawa. Selain produktif, cepat, biaya murah dan mampu mengatasi keterbatasan tenaga kerja," dijelaskan Andriko saat mengunjungi lahan rawa bersama petani milenial di Desa Talang Makmur, Kecamatan Telang, Banyuasin, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (7/1/2019).
Menurutnya, alat mesin pertanian agar berkelanjutan harus dikelola oleh sumber daya manusia (SDM) pertanian milenial yang mempunyai skill tinggi, anti kemapanan, berani mengambil risiko, inovatif, dan suka menghadapi tantangan. SDM milenial sangat sesuai mengelola lahan rawa karena upah menjadi lebih menarik, tidak kena lumpur, tidak kena panas sehingga menjadi lebih kompetitif dibandingkan dengan bekerja sebagai buruh.
"Petani milenial akan mengembangkan varian-varian pekerjaan yang semula dikerjakan secara konvensional menjadi mekanisasi. Mulai dari keteladannya, panen, olah tanah, tanam, pengendalian OPT, pemeliharaan alat dan pemasaran, baik online maupun offline," pinta Andriko.
Di kesempatan sama, Kepala Pusat Penyuluhan BPPSDM, Kementan, Siti Munifah, mengatakan tranformasi bisnis proses ini memungkinkan tambahan lapangan kerja baru dan added value baru, konsumen baru. Bahkan brand baru yang mampu mendisrupsi teknologi konvensional yang selama ini tidak kompetitif.
"BPPSDMP telah menginisiasi pendekatan ini di dua lokasi yaitu Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan dan Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan," katanya.
Kepala Pusat Pendidikan BPPSDM Kementan, Idha Widi Arsanti, menambahkan dalam jangka panjang, optimalisasi rawa ini memungkinkan tambahan luas panen, produktifitas, dan hasil pertanian seperti padi, jagung, kedelai, sayur, ternak (itik, ayam, ikan) menjadi berlimpah. Areal pengembangan ini selanjutnya menjadi terbuka bagi generasi milenial untuk menggantungkan masa depannya di sektor pertanian.
"Mereka akan bangga dan percaya diri bertemu dengan orang-orang yang bekerja di sektor industri karena income-nya tinggi, keberagaman, berkelanjutan dan tahan terhadap gejolak ekonomi, politik, global maupun regional. Sepanjang ada kehidupan, pangan akan selalu dibutuhkan," bebernya.
Arsanti menegaskan BPPSDMP membuka peluang bagi petani milenial untuk bergabung dalam mengelola lahan rawa. "Ini sejalan dengan penetapan Presiden Jokowi sebagai tahun pengembangan SDM," tegasnya.
Pejuang Lahan Rawa
Petani milenial sekaligus Kepala Desa di Telangrejo, Hendri, mengungkapkan bukanlah suatu hal yang mustahil baginya untuk mewujudkan mimpi menghidupkan lahan rawa guna mensejahterakan petani di sekitarnya, juga memakmurkan keluarganya. Desa Telangrejo dengan luas 1.800 ha sudah tertutupi dengan pertanaman padi yang luas menghampar sejauh mata memandang.
"Awal perjuangan, saya dan kawan-kawan dimulai sekitar 20 tahun yang lalu, di mana lahan rawa masih belum dimanfaatkan," ungkapnya.
Alhasil, perlahan namun pasti, Hendri menanami lahan rawa tersebut. Dia mencoba memahami permasalahan yang dihadapi di lahan rawa dan juga berkomunikasi dengan banyak pihak untuk dapat memecahkan permasalahan tersebut.
"Penggunaan Alsintan baik traktor, combine harvester pada akhirnya sudah menjadi keharusan di lahan rawa. Bagaimana menumbuhkan kelembagaan juga merupakan tantangan tersendiri," ucap Hendri.
Hingga saat ini, Hendri dan kawan-kawannya sudah berhasil menaklukkan lahan rawa dan menerapkan teknologi untuk menghadapi permasalahan yang ada. Dengan penghasilan sekitar Rp15 juta per ha per 3 bulan, Hendri sudah lebih dari cukup untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarga kecilnya.
"Tantangan lahan rawa apabila dihadapi dengan sungguh-sungguh akan menjadi peluang emas bagi para pelaku di dalamnya," pungkas Hendri.
(ven)