Potensi pasar Tinggi, Kementan Genjot Produksi Wortel
A
A
A
JAKARTA - Kabupaten Karo, Sumatera Utara, merupakan salah satu sentra penghasil tanaman wortel kualitas terbaik di Indonesia. Tak hanya dijual di berbagai daerah di Indonesia, wortel dari daerah ini juga menjadi produk unggulan yang merambah Singapura, Malaysia dan negara tetangga lainnya.
Berangkat dari ini, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan kualitas, perluasan pasar dan pendapatan petani dengan penggunaan benih unggul dan sarana pertanian modern. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi, bahkan menghentikan impor wortel.
"Pelaku usaha bersama petani Berastagi saat ini tengah menanam benih wortel berproduksi tinggi. Kami hari ini melihat hasil uji coba benih wortel unggul produksinya 40 sampai 60 ton per hektare (ha)," ungkap Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi dalam siaran pers, Kamis (17/1/2019).
Suwandi menjelaskan, produktivitas benih unggul tersebut memang sangat tinggi dan kualitasnya pun bagus. Benih wortel ini pun lebih unggul dibandingkan wortel varietas Gundaling dan varietas lokal lainnya yang produksinya hanya 30-40 ton per ha.
"Potensi pasar wortel sangat besar, baik dalam dan luar negeri. Dulu kita impor wortel sekitar 43.000 ton per tahun, dari China 40 ton per minggu, juga dari Australia dan dari negara lainya," jelasnya.
Kendati demikian, Suwandi menegaskan dahulu neraca perdagangan wortel defisit, tapi di tahun 2018 berbalik menjadi surplus. Berdasarkan data BPS, Januari-November 2018 ekspor wortel sebesar 17 ton, sementara impor hanya 3 ton.
"Dan patut kita banggakan, bahwa ekspor Januari-November 2018 naik 630% dibandingkan dari Januari-November 2017," tegasnya.
Oleh karena itu, Suwandi optimis seiring dengan program peningkatan produksi dan mutu, diharapkan ekspor ke depan akan melonjak. Apalagi dengan pengembangan wortel benih jenis unggul kualitas ekspor, sehingga bisa diekspor ke China, Asia dan Timur Tengah.
"Selama ini petani hanya menanam wortel varietas lokal. Jadi, apabila pertanaman diperluas akan meningkatkan ekspor dan pendapatan petani," ujarnya.
Adapun harga jual wortel di tingkat petani adalah Rp3.000 per kg, dengan produktivitas bersih mencapai 10 ton per ha. Sementara dirata-ratakan produksi sekitar 25-30 ton per ha.
Mandala, petani wortel Berastagi mengatakan dengan lahan 15 ha, pendapatanya mencapai Rp50 juta per bulan. "Menanam wortel sangat menjanjikan," tegasnya.
Sementara itu Armis pemilik PT Pandiafarm di Berastagi mengatakan pasokan wortel sangat lancar. Karenya perusahaan sudah rutin memasok 100 ton per hari keluar daerah yakni Jawa hingga Papua. "Setiap hari sebanyak 100 ton rutin kami pasok ke Jakarta, Surabaya, Bali sampai Manokwari, Papua Barat," ujarnya.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Karo, luas panen wortel seluas 1.024 ha. Daerah penghasil wortel di Kabupaten Karo meliputi Kecamatan Simpang Empat, Naman Teran, Berastagi, Merdeka, Kabanjahe, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dan Barus Jahe.
Berangkat dari ini, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan kualitas, perluasan pasar dan pendapatan petani dengan penggunaan benih unggul dan sarana pertanian modern. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi, bahkan menghentikan impor wortel.
"Pelaku usaha bersama petani Berastagi saat ini tengah menanam benih wortel berproduksi tinggi. Kami hari ini melihat hasil uji coba benih wortel unggul produksinya 40 sampai 60 ton per hektare (ha)," ungkap Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi dalam siaran pers, Kamis (17/1/2019).
Suwandi menjelaskan, produktivitas benih unggul tersebut memang sangat tinggi dan kualitasnya pun bagus. Benih wortel ini pun lebih unggul dibandingkan wortel varietas Gundaling dan varietas lokal lainnya yang produksinya hanya 30-40 ton per ha.
"Potensi pasar wortel sangat besar, baik dalam dan luar negeri. Dulu kita impor wortel sekitar 43.000 ton per tahun, dari China 40 ton per minggu, juga dari Australia dan dari negara lainya," jelasnya.
Kendati demikian, Suwandi menegaskan dahulu neraca perdagangan wortel defisit, tapi di tahun 2018 berbalik menjadi surplus. Berdasarkan data BPS, Januari-November 2018 ekspor wortel sebesar 17 ton, sementara impor hanya 3 ton.
"Dan patut kita banggakan, bahwa ekspor Januari-November 2018 naik 630% dibandingkan dari Januari-November 2017," tegasnya.
Oleh karena itu, Suwandi optimis seiring dengan program peningkatan produksi dan mutu, diharapkan ekspor ke depan akan melonjak. Apalagi dengan pengembangan wortel benih jenis unggul kualitas ekspor, sehingga bisa diekspor ke China, Asia dan Timur Tengah.
"Selama ini petani hanya menanam wortel varietas lokal. Jadi, apabila pertanaman diperluas akan meningkatkan ekspor dan pendapatan petani," ujarnya.
Adapun harga jual wortel di tingkat petani adalah Rp3.000 per kg, dengan produktivitas bersih mencapai 10 ton per ha. Sementara dirata-ratakan produksi sekitar 25-30 ton per ha.
Mandala, petani wortel Berastagi mengatakan dengan lahan 15 ha, pendapatanya mencapai Rp50 juta per bulan. "Menanam wortel sangat menjanjikan," tegasnya.
Sementara itu Armis pemilik PT Pandiafarm di Berastagi mengatakan pasokan wortel sangat lancar. Karenya perusahaan sudah rutin memasok 100 ton per hari keluar daerah yakni Jawa hingga Papua. "Setiap hari sebanyak 100 ton rutin kami pasok ke Jakarta, Surabaya, Bali sampai Manokwari, Papua Barat," ujarnya.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Karo, luas panen wortel seluas 1.024 ha. Daerah penghasil wortel di Kabupaten Karo meliputi Kecamatan Simpang Empat, Naman Teran, Berastagi, Merdeka, Kabanjahe, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dan Barus Jahe.
(fjo)