Meski Ada Pemilu, Pasar Properti 2019 Diperkirakan Tetap Stabil

Rabu, 23 Januari 2019 - 06:23 WIB
Meski Ada Pemilu, Pasar Properti 2019 Diperkirakan Tetap Stabil
Meski Ada Pemilu, Pasar Properti 2019 Diperkirakan Tetap Stabil
A A A
JAKARTA - Memasuki Tahun Baru Imlek, optimisme industri properti, terutama di segmen residensial meningkat. Rumah.com Property Index menunjukkan perlambatan kenaikan harga properti dari sisi penawaran pada kuartal IV-2018 dibandingkan dengan kuartal III pada tahun yang sama. Meski demikian, pasar properti di tahun 2019 diprediksi tetap stabil.

"Quarter-on-quarter (q-o-q), Rumah.com Property Price Index secara nasional meningkat sebesar 0,4%. Melambat jika dibandingkan kuartal III yang mengalami kenaikan 2,3% (q-o-q). Meski demikian, perlambatan ini cukup wajar. Fokus masyarakat pada kuartal IV adalah menghabiskan akhir tahun dan menyambut liburan, bukan mencari properti atau berinvestasi," ujar Country Manager Rumah.com, Marine Novita di Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Data Rumah.com Property Index ini memiliki akurasi data yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

Rumah.com Property Price Index DKI Jakarta kuartal IV 2018 mengalami kenaikan 0,1% (q-o-q), sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang meningkat 0,7% (q-o-q). Perlambatan ini menjadi indikasi harga properti hunian di ibu kota mendekati titik jenuh.

Saat ini, pasar properti di DKI Jakarta lebih banyak tersedia untuk sektor menengah ke atas, sementara permintaan lebih banyak datang dari sektor menengah dan menengah-bawah. Suplai ini lebih banyak tersedia di sekitar ibu kota, terutama Jawa Barat yang memiliki 3 kota yang menempel langsung ke Jakarta.

"Jawa Barat, sebagai salah satu penyumbang suplai residensial terbesar, mengalami kenaikan harga sebesar 1,8% pada kuartal IV dibandingkan kuartal III. Kenaikan ini mengalami percepatan di mana pada kuartal III hanya meningkat sebesar 1,5%," kata Marine.

Marine mengakui kemungkinan perlambatan berlanjut hingga pertengahan kuartal II tahun depan karena adanya Pemilu 2019. Namun ia juga optimistis dengan prospek kuartal III dan IV tahun ini.

"Pelaku pasar properti memang masih wait and see. Namun, apapun hasil Pemilu 2019 nanti, saya yakin pasar akan berjalan normal kembali. Sebenarnya mereka menunggu agar pasar kembali fokus, bukan menunggu siapa yang terpilih," katanya.

Pemerintah sendiri telah melakukan sejumlah kebijakan yang mendukung pertumbuhan pasar properti, terutama di sektor residensial. Salah satu yang menarik adalah pelonggaran Loan to Value (LTV).

"Pelonggaran Loan to Value ini membuat pengembang bisa saja memberikan tawaran uang muka hingga serendah 0%, di mana tahun lalu masih sebesar 10%. Ini sangat baik karena sebagian besar kendala yang dialami masyarakat dalam membeli properti adalah uang muka," jelas Marine.

Bagi masyarakat yang sedang mencari rumah untuk ditempati, Rumah.com memiliki konten-konten yang memberikan banyak pengetahuan terutama soal proyek-proyek properti yang sedang berjalan. Salah satunya adalah AreAInsider.

"Kami memiliki AreaInsider yang mengulas secara mendalam berbagai wilayah yang popular di masyarakat. Pencari properti bisa menemukan informasi seputar perkembangan area, pengembang yang tersedia, detail properti, hingga fasilitas-fasilitas umum yang terdapat di sekitar lokasi. Dengan demikian, pencari properti dapat mengambil keputusan membeli properti dengan percaya diri," jelas Marine.

Tahun Babi Tanah Punya Prospek Lebih Baik
Dinamika politik di paruh pertama tahun 2019 sedikit banyak akan berdampak pada dunia properti namun kondisinya akan membaik menjelang paruh kedua. Yulius Fang dari Feng Shui Consulting Indonesia (fengshui.co.id) memprediksi kondisi pasar properti pada tahun Babi Tanah secara umum akan lebih baik dibanding kondisi di tahun sebelumnya, yakni Anjing Tanah.

"Kalau anjing tanah itu unsurnya sama-sama tanah, sementara properti juga tanah. Sehingga jadi slow down banget. Gambarannya seperti bukit. Jadi artinya properti stoknya banyak pengembangnya banyak. Sementara babi elemennya air dan tanahnya itu kecil seperti lada, yang artinya juga tanah dalam kondisi gempur siap ditanam. Tanah yang lembek ini adalah tahunnya menanam, perlu kesabaran dan kejujuran," kata Fang.

Bertolak dari penjelasan tersebut, untuk sukses di tahun Babi Tanah ini, seseorang perlu memiliki unsur air yang punya sifat likuiditas, dinamis, dan fleksibel. Sifat ini terutama harus dimiliki oleh mereka yang berbisnis di bidang properti.

"Di tahun Babi Tanah akan ada hambatan di sektor ekonomi, meski begitu karena sifatnya air itu dinamis maka dia masih bisa mengontrol. Tahun ini juga digambarkan situasi di mana dari luar terlihat stabil, lambat, santai, tetapi di dalamnya ada dinamisme pertumbuhan. Meski begitu ada pertumbuhan disertai risiko, tantangan, dan kekhawatiran," ia menambahkan.

Tanah memiliki makna positif di tahun 2019. Tanah menyerap air dan menyediakan lingkungan yang subur, yang berarti peluang baru, termasuk dalam hal keuangan. Mengadaptasi sifat air yang dinamis, Fang menyarankan agar pelaku bisnis properti bersikap fleksibel untuk bertahan menghadapi perlambatan yang mungkin akan terjadi pada paruh pertama tahun 2019 ini. Dia mengatakan bahwa peluang di paruh pertama 2019 tetap ada meski terjadi perlambatan.

Pengembang sebaiknya terus menerapkan berbagai strategi yang berkaitan dengan kemudahan pada skema pembayaran. Misalnya bebas bayar tiga bulan. Memang harus sabar. Konsumen yang juga pelaku investor, tidak ada masalah untuk membeli di tahun Babi Tanah. Sebab tahun lalu dan tahun ini harga (properti) berada pada posisi cukup rendah dan sangat direkomendasikan kepada investor.

"Kalau di sisi end user permintaan itu tetap ada dan mereka juga cukup cerdas. Bagi konsumen dengan penghasilan tetap dan mampu membeli properti, saat ini adalah prospek yang bagus. Sebab permintaaan dan suplai itu bertemu. Sehingga penentuan membeli di tahun Babi Tanah tidak terkendala untuk kelas menengah apalagi end user," Fang menuturkan.

Namun Fang mengingatkan agar di tengah semangat membeli rumah tahun ini, end user tetap berhati-hati dalam prosesnya. Harus lebih realistis, terutama yang berprofesi sebagai wirausaha harus sesuai dengan daya beli karena potensi perambatan masih ada.

"Tahun Babi Tanah menurut riset akan mudah terjadi penipuan dan investasi bodong. Pastikan pikiran tetap jernih, kalau bisa beli dari developer terpercaya. Jangan lupa juga berkonsultasi dengan pakar sebelum membeli," tegasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4203 seconds (0.1#10.140)