Harga Minyak Melambung Akibat Kekhawatiran Krisis Venezuela
A
A
A
NEW YORK - Harga minyak mentah melambung pada penutupan perdagangan Jumat akibat kekacauan politik di Venezuela. Hal ini semakin menambah ancaman bagi pasokan minyak mentah dunia, dimana sebelumnya OPEC dan Rusia telah sepakat memperketat pasokan.
Amerika Serikat memberi isyarat bakal menjatuhkan sanksi terhadap ekspor Venezuela, setelah Presiden Nicholas Maduro memutuskan hubungan dengan Washington. Maduro berang setelah AS mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara pada Kamis lalu.
Melansir dari Reuters, Sabtu (26/1/2019), krisis Venezuela membuat harga minyak mentah menajam. Harga minyak berjangka AS, West Texas Intermediate naik 1,1% atau 56 sen menjadi USD53,69 per barel, setelah selama pekan ini turun sekitar 0,2%.
Harga minyak berjangka Brent International juga naik 1% atau 61 sen ke level USD61,70 per barel pada pukul 2:20 ET. Sebelumnya, selama pekan ini, harga Brent telah merosot sekitar 1,6%.
RBC Capital Markets menganalisa bahwa sanksi ekspor AS akan semakin mengurangi pasokan minyak dari produksi yang dihasilkan Venezuela. "Produksi minyak Venezuela akan menurun hingga 500.000 barel per hari pada tahun ini. Sanksi AS tersebut justru akan memperketat pasokan minyak," tulis mereka.
Meski demikian, beberapa analis mengatakan AS tidak akan melakukan sanksi langsung terhadap Venezuela. "Saya melihat AS akan melakukan blokade terhadap impor Venezuela, sehingga akan menyulitkan mereka selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan," ujar Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
Barclays Bank mengatakan, untuk mengimbangi gangguan dari produksi minyak Venezuela, AS mau tidak mau harus menggenjot produksi minyak mereka. Dengan demikian maka harga minyak Brent pada tahun ini, secara rata-rata akan menjadi USD70 per barel, lebih rendah dari perkiraan mereka sebelumnya di USD72 per barel.
Data resmi pada Kamis lalu, AS terus meningkatkan produksi mereka, dimana persediaan minyak mentah naik 8 juta barel pada pekan lalu. Perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan, AS juga menambahkan 10 rig minyak dalam sepekan hingga 25 Januari sehingga jumlah total rig minyak menjadi 862.
Amerika Serikat memberi isyarat bakal menjatuhkan sanksi terhadap ekspor Venezuela, setelah Presiden Nicholas Maduro memutuskan hubungan dengan Washington. Maduro berang setelah AS mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara pada Kamis lalu.
Melansir dari Reuters, Sabtu (26/1/2019), krisis Venezuela membuat harga minyak mentah menajam. Harga minyak berjangka AS, West Texas Intermediate naik 1,1% atau 56 sen menjadi USD53,69 per barel, setelah selama pekan ini turun sekitar 0,2%.
Harga minyak berjangka Brent International juga naik 1% atau 61 sen ke level USD61,70 per barel pada pukul 2:20 ET. Sebelumnya, selama pekan ini, harga Brent telah merosot sekitar 1,6%.
RBC Capital Markets menganalisa bahwa sanksi ekspor AS akan semakin mengurangi pasokan minyak dari produksi yang dihasilkan Venezuela. "Produksi minyak Venezuela akan menurun hingga 500.000 barel per hari pada tahun ini. Sanksi AS tersebut justru akan memperketat pasokan minyak," tulis mereka.
Meski demikian, beberapa analis mengatakan AS tidak akan melakukan sanksi langsung terhadap Venezuela. "Saya melihat AS akan melakukan blokade terhadap impor Venezuela, sehingga akan menyulitkan mereka selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan," ujar Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
Barclays Bank mengatakan, untuk mengimbangi gangguan dari produksi minyak Venezuela, AS mau tidak mau harus menggenjot produksi minyak mereka. Dengan demikian maka harga minyak Brent pada tahun ini, secara rata-rata akan menjadi USD70 per barel, lebih rendah dari perkiraan mereka sebelumnya di USD72 per barel.
Data resmi pada Kamis lalu, AS terus meningkatkan produksi mereka, dimana persediaan minyak mentah naik 8 juta barel pada pekan lalu. Perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan, AS juga menambahkan 10 rig minyak dalam sepekan hingga 25 Januari sehingga jumlah total rig minyak menjadi 862.
(ven)