Maskapai Tarif Murah Germania Terancam Bangkrut
A
A
A
BERLIN - Maskapai penerbangan bertarif rendah yakni Germania telah mengajukan kebangkrutan perusahaan dan bakal membatalkan semua penerbangannya dalam waktu dekat. Maskapai swasta yang bermarkas di Berlin tersebut memiliki tujuan penerbangan ke seluruh Eropa, Afrika dan Timur Tengah serta sudah mengangkut lebih dari empat juta penumpang per tahun.
Seperti dilansir BBC, pihak perusahaan menyalahkan kenaikan harga bahan bakar pesawat dan fluktuasi mata uang sebagai dua faktor penyebab kebangkrutan. "Kami akhirnya gagal menyelesaikan upaya pembiayaan kami untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Kami sangat menyesal bahwa, sebagai akibatnya, kami tidak punya pilihan selain mengajukan kebangkrutan," kata Direktur Pelaksana Karsten Balke.
Perusahaan mengatakan bahwa penumpang yang telah memesan penerbangan sebagai bagian dari paket harus menghubungi operator tur bersangkutan untuk membuat pengaturan yang berbeda. Tetapi menambahkan bahwa orang yang memesan langsung dengan maskapai tidak berhak untuk penerbangan pengganti.
Kondisi ini menjadi pukulan bagi industri penerbangan Jerman, setelah sebelumnya maskapai terbesar kedua di negara itu, Air Berlin mengajukan kebangkrutan pada Agustus 2017. Hal tersebut seakan menjadi penegasan terkait persoalan anggaran serat keuangan di antara maskapai berbiaya murah.
Pada awal pekan, Ryanair membukukan kerugian kuartalan pertamanya sejak Maret 2014, ketika mengumumkan menelan kerugian 19,6 juta euro untuk tiga bulan terakhir tahun 2018. Dan minggu lalu, Norwegian Air merilis bakal mengincar pendanaan senilai 3 miliar kroner Norwegia (268 juta poundsterling) melalui penerbitan hak, dalam upaya menguatkan keuangan.
Seperti dilansir BBC, pihak perusahaan menyalahkan kenaikan harga bahan bakar pesawat dan fluktuasi mata uang sebagai dua faktor penyebab kebangkrutan. "Kami akhirnya gagal menyelesaikan upaya pembiayaan kami untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Kami sangat menyesal bahwa, sebagai akibatnya, kami tidak punya pilihan selain mengajukan kebangkrutan," kata Direktur Pelaksana Karsten Balke.
Perusahaan mengatakan bahwa penumpang yang telah memesan penerbangan sebagai bagian dari paket harus menghubungi operator tur bersangkutan untuk membuat pengaturan yang berbeda. Tetapi menambahkan bahwa orang yang memesan langsung dengan maskapai tidak berhak untuk penerbangan pengganti.
Kondisi ini menjadi pukulan bagi industri penerbangan Jerman, setelah sebelumnya maskapai terbesar kedua di negara itu, Air Berlin mengajukan kebangkrutan pada Agustus 2017. Hal tersebut seakan menjadi penegasan terkait persoalan anggaran serat keuangan di antara maskapai berbiaya murah.
Pada awal pekan, Ryanair membukukan kerugian kuartalan pertamanya sejak Maret 2014, ketika mengumumkan menelan kerugian 19,6 juta euro untuk tiga bulan terakhir tahun 2018. Dan minggu lalu, Norwegian Air merilis bakal mengincar pendanaan senilai 3 miliar kroner Norwegia (268 juta poundsterling) melalui penerbitan hak, dalam upaya menguatkan keuangan.
(akr)