Rupiah Dibuka Tergerus Saat Daya Tarik Mata Uang Safe Haven Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal perdagangan, Selasa (12/2/2019) semakin tergerus untuk terus jatuh terperosok ke zona merah setelah beberapa pekan sebelumnya membaik. Tren negatif mata uang Garuda mengiringi dolar yang terjaga di dekat level terbaiknya sepanjang 2019.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini dibuka merosot menjadi Rp14.088/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah tidak berdaya untuk masih berada di zona merah dibandingkan sebelumnya Rp13.995/USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada sesi perdagangan pagi tidak terkecuali mengalami tekanan ke level Rp14.080/USD dengan pergerakan harian Rp13.991 hingga Rp14.095/USD. Peringkat tersebut menjadi sinyal keterpurukan rupiah, setelah awal pekan kemarin bertengger di posisi Rp14.035/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah dalam awal sesi hari kedua pekan ini juga jatuh setelah sebelumnya juga tidak terlalu baik. Tercatat, mata uang Garuda anjlok hingga level Rp14.090/USD dari sebelumnya Rp14.030/USD .
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange juga memerah ke level Rp14.080/USD dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp14.034/USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran level Rp14.075-Rp14.097/USD.
Di sisi lain seperti dilansir Reuters, Dolar bertahan mendekati level tertinggi 2019 pada hari Selasa karena ketegangan perdagangan AS-China dan kekhawatiran pertumbuhan global mendukung daya tarik safe-haven greenback. Sedangkan euro dan pound Inggris terhantam oleh kondisi dalam negeri.
Dolar telah menguat terhadap mata uang safe havens lainnya seperti Yen Jepang dan Franc Swiss selama satu pekan terakhir. Saat melawan Yen, tercatat dolar stabil pada level 110,37 dan lebih tinggi dibandingkan franc Swiss di 1,0040.
Indeks dolar stabil pada posisi 97,06 setelah naik 0,45% di sesi sebelumnya, untuk menjadi persentase kenaikan terbesar sejak 24 Januari. Indeks telah naik selama delapan sesi berturut-turut, terutama berkat kejatuhan euro yang memiliki bobot terbesar dalam indeks.
Euro mengalami penurunan sedikit menjadi 1,1272 terhadap USD di perdagangan awal Asia, setelah kehilangan hampir setengah persen pada hari Senin, kemarin. Euro telah melemah selama enam sesi berturut-turut, dan para pelaku pasar memperkirakan bakal terjadi kerugian lanjutan.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini dibuka merosot menjadi Rp14.088/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah tidak berdaya untuk masih berada di zona merah dibandingkan sebelumnya Rp13.995/USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada sesi perdagangan pagi tidak terkecuali mengalami tekanan ke level Rp14.080/USD dengan pergerakan harian Rp13.991 hingga Rp14.095/USD. Peringkat tersebut menjadi sinyal keterpurukan rupiah, setelah awal pekan kemarin bertengger di posisi Rp14.035/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah dalam awal sesi hari kedua pekan ini juga jatuh setelah sebelumnya juga tidak terlalu baik. Tercatat, mata uang Garuda anjlok hingga level Rp14.090/USD dari sebelumnya Rp14.030/USD .
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange juga memerah ke level Rp14.080/USD dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp14.034/USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran level Rp14.075-Rp14.097/USD.
Di sisi lain seperti dilansir Reuters, Dolar bertahan mendekati level tertinggi 2019 pada hari Selasa karena ketegangan perdagangan AS-China dan kekhawatiran pertumbuhan global mendukung daya tarik safe-haven greenback. Sedangkan euro dan pound Inggris terhantam oleh kondisi dalam negeri.
Dolar telah menguat terhadap mata uang safe havens lainnya seperti Yen Jepang dan Franc Swiss selama satu pekan terakhir. Saat melawan Yen, tercatat dolar stabil pada level 110,37 dan lebih tinggi dibandingkan franc Swiss di 1,0040.
Indeks dolar stabil pada posisi 97,06 setelah naik 0,45% di sesi sebelumnya, untuk menjadi persentase kenaikan terbesar sejak 24 Januari. Indeks telah naik selama delapan sesi berturut-turut, terutama berkat kejatuhan euro yang memiliki bobot terbesar dalam indeks.
Euro mengalami penurunan sedikit menjadi 1,1272 terhadap USD di perdagangan awal Asia, setelah kehilangan hampir setengah persen pada hari Senin, kemarin. Euro telah melemah selama enam sesi berturut-turut, dan para pelaku pasar memperkirakan bakal terjadi kerugian lanjutan.
(akr)