Investor Global Incar Peluang Besar di Korea Utara
A
A
A
ABU DHABI - Miliarder Mesir Naguib Sawiris melihat peluang besar untuk pertambangan, telekomunikasi dan perhotelan di Korea Utara (Korut) jika konferensi tingkat tinggi (KTT) antara Korut dan Amerika Serikat (AS) berlangsung sukses bulan ini.
Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu di ibu kota Vietnam, Hanoi pada 27 dan 28 Februari. KTT itu merupakan yang kedua kali setelah pertemuan pertama di Singapura pada Juni lalu.
Sawiris memiliki bisnis telekomunikasi yang mengoperasikan jaringan telepon seluler Koryolink di Korut menggunakan perusahaan patungan. Menurut dia, negara miskin itu memerlukan investasi di berbagai bidang mulai dari perhotelan, jalan, hingga modernisasi metode pertanian.
“Ini satu negara penuh peluang jika mereka membuka diri,” papar Sawiris yang menjadi executive chairman Orascom Investment Holding di sela konferensi di Abu Dhabi, dilansir Reuters.
Dia menambahkan, “Saya melihat bidang lain seperti pertambangan, pariwisata, pertanian, agroindustri. Tapi pertambangan luar biasa, mereka memiliki sangat banyak sumber daya dan mereka tidak memiliki uang untuk eksplorasi.”
“Saya sangat senang dengan pertemuan Trump karena saya pikir kita mungkin benar-benar mencapai perdamaian dalam pertemuan itu. Saya pikir rakyat Korut, semua yang mereka inginkan adalah pengakuan, penghormatan, dialog dan mereka mendapatkan itu sekarang,” ungkap Sawiris.
Dia menjelaskan, penetrasi telepon seluler di Korut sekitar 15% dari populasi atau sekitar tiga juta orang. Pertumbuhan pasar telepon seluler itu terbatas karena perangkat yang mahal sebab warga Korut harus membelinya dengan mata uang asing.
Orascom Investment Holdings menyatakan pada September lalu bahwa perusahaan itu telah mendapat pengecualian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengoperasikan Koryolink, perusahaan patungan dengan Perusahaan Pos dan Telekomunikasi Korut. Hal itu setelah Dewan Keamanan PBB memperketat berbagai sanksi yang menyatakan ilegal bagi perusahaan asing membentuk perusahaan patungan komersial dengan lembaga Korut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS menjelaskan pekan lalu bahwa topik dalam KTT itu termasuk denuklirisasi, transformasi hubungan AS-Korut dan membangun mekanisme perdamaian jangka panjang di Semenanjung Korea.
Perdana Menteri (PM) Vietnam Nguyen Xuan Phuc menyatakan dipilihnya negara itu sebagai tuan rumah KTT kedua Korut-AS menunjukkan negara itu bergerak pada arah yang tepat.
“Acara penting ini menunjukkan bahwa lingkungan investasi Vietnam bagus, bahwa model pembangunan Vietnam berjalan pada arah yang tepat dan khususnya keamanan dan keselamatan di Vietnam hebat,” kata Phuc di depan para pejabat pemerintah di gedung Bursa Saham Hanoi. (Muh Shamil)
Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu di ibu kota Vietnam, Hanoi pada 27 dan 28 Februari. KTT itu merupakan yang kedua kali setelah pertemuan pertama di Singapura pada Juni lalu.
Sawiris memiliki bisnis telekomunikasi yang mengoperasikan jaringan telepon seluler Koryolink di Korut menggunakan perusahaan patungan. Menurut dia, negara miskin itu memerlukan investasi di berbagai bidang mulai dari perhotelan, jalan, hingga modernisasi metode pertanian.
“Ini satu negara penuh peluang jika mereka membuka diri,” papar Sawiris yang menjadi executive chairman Orascom Investment Holding di sela konferensi di Abu Dhabi, dilansir Reuters.
Dia menambahkan, “Saya melihat bidang lain seperti pertambangan, pariwisata, pertanian, agroindustri. Tapi pertambangan luar biasa, mereka memiliki sangat banyak sumber daya dan mereka tidak memiliki uang untuk eksplorasi.”
“Saya sangat senang dengan pertemuan Trump karena saya pikir kita mungkin benar-benar mencapai perdamaian dalam pertemuan itu. Saya pikir rakyat Korut, semua yang mereka inginkan adalah pengakuan, penghormatan, dialog dan mereka mendapatkan itu sekarang,” ungkap Sawiris.
Dia menjelaskan, penetrasi telepon seluler di Korut sekitar 15% dari populasi atau sekitar tiga juta orang. Pertumbuhan pasar telepon seluler itu terbatas karena perangkat yang mahal sebab warga Korut harus membelinya dengan mata uang asing.
Orascom Investment Holdings menyatakan pada September lalu bahwa perusahaan itu telah mendapat pengecualian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengoperasikan Koryolink, perusahaan patungan dengan Perusahaan Pos dan Telekomunikasi Korut. Hal itu setelah Dewan Keamanan PBB memperketat berbagai sanksi yang menyatakan ilegal bagi perusahaan asing membentuk perusahaan patungan komersial dengan lembaga Korut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS menjelaskan pekan lalu bahwa topik dalam KTT itu termasuk denuklirisasi, transformasi hubungan AS-Korut dan membangun mekanisme perdamaian jangka panjang di Semenanjung Korea.
Perdana Menteri (PM) Vietnam Nguyen Xuan Phuc menyatakan dipilihnya negara itu sebagai tuan rumah KTT kedua Korut-AS menunjukkan negara itu bergerak pada arah yang tepat.
“Acara penting ini menunjukkan bahwa lingkungan investasi Vietnam bagus, bahwa model pembangunan Vietnam berjalan pada arah yang tepat dan khususnya keamanan dan keselamatan di Vietnam hebat,” kata Phuc di depan para pejabat pemerintah di gedung Bursa Saham Hanoi. (Muh Shamil)
(nfl)