BI: Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Berkurang
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ekonomi dunia masih melambat namun tidak berarti resesi. Artinya ketidakpastian pasar keuangan global mulai berkurang.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan masih lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan akibat melambatnya ekonomi Amerika Serikat, yang dipengaruhi oleh terbatasnya stimulus fiskal, permasalahan struktural tenaga kerja, dan menurunnya keyakinan pelaku usaha.
"Pertumbuhan ekonomi Eropa juga melambat, antara lain dipengaruhi oleh berlanjutnya permasalahan struktural ekonomi dan keuangan, pelemahan ekspor dan dampak ketidakpastian penyelesaian masalah Brexit," terang Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Begitu pula dengan ekonomi China yang tumbuh melambat disebabkan konflik dagang dengan AS serta menurunnya permintaan domestik akibat dampak proses deleveraging yang masih berlangsung.
Karena masih melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, Perry mengatakan harga komoditas global juga akan menurun, termasuk harga minyak dunia. Sehingga normalisasi kebijakan moneter di negara maju yang cenderung tidak seketat perkiraan semula dan ketidakpastian di pasar keuangan global yang berkurang.
Perkembangan ekonomi dunia yang masih melambat akan memberi tantangan dalam mendorong ekspor, kendati di sisi lain meningkatkan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, seperti Indonesia.
Menghadapi itu, Bank Indonesia akan terus memastikan kelancaran dan ketersediaan sistem pembayaran nasional, baik terhadap sistem yang dioperasikan oleh Bank Indonesia maupun yang diselenggarakan oleh industri, termasuk menjamin keamanan dan kelancaran sistem pembayaran.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan masih lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan akibat melambatnya ekonomi Amerika Serikat, yang dipengaruhi oleh terbatasnya stimulus fiskal, permasalahan struktural tenaga kerja, dan menurunnya keyakinan pelaku usaha.
"Pertumbuhan ekonomi Eropa juga melambat, antara lain dipengaruhi oleh berlanjutnya permasalahan struktural ekonomi dan keuangan, pelemahan ekspor dan dampak ketidakpastian penyelesaian masalah Brexit," terang Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Begitu pula dengan ekonomi China yang tumbuh melambat disebabkan konflik dagang dengan AS serta menurunnya permintaan domestik akibat dampak proses deleveraging yang masih berlangsung.
Karena masih melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, Perry mengatakan harga komoditas global juga akan menurun, termasuk harga minyak dunia. Sehingga normalisasi kebijakan moneter di negara maju yang cenderung tidak seketat perkiraan semula dan ketidakpastian di pasar keuangan global yang berkurang.
Perkembangan ekonomi dunia yang masih melambat akan memberi tantangan dalam mendorong ekspor, kendati di sisi lain meningkatkan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, seperti Indonesia.
Menghadapi itu, Bank Indonesia akan terus memastikan kelancaran dan ketersediaan sistem pembayaran nasional, baik terhadap sistem yang dioperasikan oleh Bank Indonesia maupun yang diselenggarakan oleh industri, termasuk menjamin keamanan dan kelancaran sistem pembayaran.
(ven)