PHK Sektor Manufaktur Inggris Sentuh Level Tertinggi Dalam Enam Tahun
A
A
A
LONDON - Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi pada sektor manufaktur Inggris berada pada jalur tercepat dalam enam tahun terakhir, seiring ketidakpastian negosiasi Brexit alias kepergian Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE) yang terus mencuat. Hal ini berdasarkan survei yang dipantau dengan ketat seperti dilansir BBC.
Peneliti dari IHS Markit juga menemukan bahwa perusahaan menimbun bahan baku pada rekor kecepatan bulan lalu. Sementara output perusahaan terus tumbuh, ini terjadi ketika mereka membangun stok barang jadi untuk menghadapi Brexit.
Ia juga mengatakan pertumbuhan pesanan baru melambat atau bahkan "hampir stagnasi". Indeks Pembelian Manajer (PMI) untuk sektor manufaktur merosot ke posisi 52,0 di periode Februari 2019, dari 52,8 pada bulan sebelumnya. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi.
Direktur hartered Institute of Procurement & Supply (CIPS) Duncan Brock yang membantu menghasilkan survei, mengatakan: "Sektor manufaktur Inggris terus mengalami guncangan dan kehilangan keberuntungan sebagai kenyataan pahit ketidakpastian Brexit. Tantangan dalam ekonomi global dan pounds yang melemah mempengaruhi kepercayaan, pekerjaan dan aktivitas keseluruhan,".
"Meskipun angka indeks tetap stabil di atas angka 50, alasan yang mendasari mulai hilangnya kesabarannya adalah kabar kurang menggembirakan. Perusahaan mengatakan mereka menimbun bahan baku dan barang jadi untuk menjaga bisnis mereka tetap hidup dalam beberapa bulan mendatang," sambungnya.
Survei IHS Markit/CIPS menerangkan alasan perusahaan-perusahaan yang menumpuk persediaan, 70% mengaitkannya dengan Brexit. "Stok pembelian juga naik pada tingkat tercepat sejak survei dimulai pada 1992 karena ketakutan akan keterlambatan pabean, tarif dan skenario 'tidak ada kesepakatan' terasa nyata bagi banyak orang," kata Brock.
"Penyakit sektor ini juga terlihat di tingkat ketenagakerjaan dengan kehilangan pekerjaan paling curam dalam enam tahun dan dengan optimisme bisnis pada level terendah sejak 2012. Perusahaan tidak mungkin untuk mulai mempekerjakan kembali dalam waktu dekat," paparnya.
Kelemahan Zona Euro
Sejumlah kelompok bisnis telah memperingatkan bahwa ketidakpastian seputar keluarnya Inggris dari UE bakal merusak bisnis. Pada awal pekan lalu, badan perdagangan dan kedirgantaraan ADS, yang mewakili beberapa perusahaan terbesar yang beroperasi di Inggris, mengatakan risiko Brexit tanpa kesepakatan bisa berubah menjadi "krisis ekonomi penuh".
Sektor manufaktur juga dilanda perlambatan ekonomi di luar Inggris. Survei PMI yang setara untuk zona euro menunjukkan sektor ini berkontraksi bulan lalu untuk pertama kalinya dalam lebih dari lima tahun, dengan pembacaan indeks aktivitas turun menjadi 49,3. Performa lemah itu dipicu oleh kekhawatiran perang dagang dan melambatnya pertumbuhan global, serta meningkatnya ketidakpastian politik, termasuk Brexit.
Thomas Pugh, ekonom Inggris di Capital Economics, mengatakan jelas bahwa sektor manufaktur Inggris sedang terpukul keras oleh kombinasi ketidakpastian Brexit dan perlambatan global. "Dengan demikian, survei (PMI) menunjukkan bahwa sektor manufaktur hanya memberikan sedikit dukungan kepada ekonomi (Inggris) di Q1, meskipun ada beberapa tanda aktivitas yang didukung oleh persiapan Brexit."
Peneliti dari IHS Markit juga menemukan bahwa perusahaan menimbun bahan baku pada rekor kecepatan bulan lalu. Sementara output perusahaan terus tumbuh, ini terjadi ketika mereka membangun stok barang jadi untuk menghadapi Brexit.
Ia juga mengatakan pertumbuhan pesanan baru melambat atau bahkan "hampir stagnasi". Indeks Pembelian Manajer (PMI) untuk sektor manufaktur merosot ke posisi 52,0 di periode Februari 2019, dari 52,8 pada bulan sebelumnya. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi.
Direktur hartered Institute of Procurement & Supply (CIPS) Duncan Brock yang membantu menghasilkan survei, mengatakan: "Sektor manufaktur Inggris terus mengalami guncangan dan kehilangan keberuntungan sebagai kenyataan pahit ketidakpastian Brexit. Tantangan dalam ekonomi global dan pounds yang melemah mempengaruhi kepercayaan, pekerjaan dan aktivitas keseluruhan,".
"Meskipun angka indeks tetap stabil di atas angka 50, alasan yang mendasari mulai hilangnya kesabarannya adalah kabar kurang menggembirakan. Perusahaan mengatakan mereka menimbun bahan baku dan barang jadi untuk menjaga bisnis mereka tetap hidup dalam beberapa bulan mendatang," sambungnya.
Survei IHS Markit/CIPS menerangkan alasan perusahaan-perusahaan yang menumpuk persediaan, 70% mengaitkannya dengan Brexit. "Stok pembelian juga naik pada tingkat tercepat sejak survei dimulai pada 1992 karena ketakutan akan keterlambatan pabean, tarif dan skenario 'tidak ada kesepakatan' terasa nyata bagi banyak orang," kata Brock.
"Penyakit sektor ini juga terlihat di tingkat ketenagakerjaan dengan kehilangan pekerjaan paling curam dalam enam tahun dan dengan optimisme bisnis pada level terendah sejak 2012. Perusahaan tidak mungkin untuk mulai mempekerjakan kembali dalam waktu dekat," paparnya.
Kelemahan Zona Euro
Sejumlah kelompok bisnis telah memperingatkan bahwa ketidakpastian seputar keluarnya Inggris dari UE bakal merusak bisnis. Pada awal pekan lalu, badan perdagangan dan kedirgantaraan ADS, yang mewakili beberapa perusahaan terbesar yang beroperasi di Inggris, mengatakan risiko Brexit tanpa kesepakatan bisa berubah menjadi "krisis ekonomi penuh".
Sektor manufaktur juga dilanda perlambatan ekonomi di luar Inggris. Survei PMI yang setara untuk zona euro menunjukkan sektor ini berkontraksi bulan lalu untuk pertama kalinya dalam lebih dari lima tahun, dengan pembacaan indeks aktivitas turun menjadi 49,3. Performa lemah itu dipicu oleh kekhawatiran perang dagang dan melambatnya pertumbuhan global, serta meningkatnya ketidakpastian politik, termasuk Brexit.
Thomas Pugh, ekonom Inggris di Capital Economics, mengatakan jelas bahwa sektor manufaktur Inggris sedang terpukul keras oleh kombinasi ketidakpastian Brexit dan perlambatan global. "Dengan demikian, survei (PMI) menunjukkan bahwa sektor manufaktur hanya memberikan sedikit dukungan kepada ekonomi (Inggris) di Q1, meskipun ada beberapa tanda aktivitas yang didukung oleh persiapan Brexit."
(akr)