Kementan Coba Tekan Ongkos Kargo dan Biaya Produksi Hortikultura

Rabu, 06 Maret 2019 - 20:01 WIB
Kementan Coba Tekan Ongkos Kargo dan Biaya Produksi Hortikultura
Kementan Coba Tekan Ongkos Kargo dan Biaya Produksi Hortikultura
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus memberikan perhatian untuk menjaga stabilitas harga cabai dan bawang merah di tingkat petani. Harga kedua komoditas ini cenderung mempengaruhi inflasi bahan pokok.

"Stabilitas harga cabai dan bawang merah akan berpengaruh pada stabilnya angka inflasi bahan makanan. Di sisi lain memunculkan tantangan mencari solusi yang pas agar petani tetap semangat dan bergairah menanam," ujar Direktur Sayuran dan Tanaman Obat M Ismail Wahab melalui keterangan tertulis, Rabu (6/3/2019).

Ismail menekankan perlunya kebijakan terkait biaya kargo. "Tentu harus ada insentif dan kebijakan strategis. Kami terus berusaha menggalang komunikasi dengan instansi terkait. Salah satunya memperjuangkan agar tarif kargo angkutan hortikultura khususnya cabai secepatnya bisa diturunkan agar perdagangan antarpulau kembali normal," jelasnya.

Menurutnya, turunnya harga cabai disebabkan mundurnya musim hujan pada bulan Oktober-November 2018 disertai kondisi cuaca yang baik. Hal ini berujung terjadinya panen serentak pada bulan Desember 2018-Februari 2019 dan berakibat berlebihnya produksi.

"Namun sayangnya, melimpahnya produksi cabai di sentra produksi Pulau Jawa, Lombok dan Sulawesi tidak dapat terdistribusi ke luar pulau akibat biaya kargo yang meningkat sejak awal Januari 2019. Ya jadinya cabai menumpuk di wilayah sentra tersebut," terang Ismail.

Ismail menambahkan, ke depan biaya produksi cabai dan bawang merah di tingkat petani harus semakin efisien. "Caranya dengan budidaya ramah lingkungan, penggunaan pupuk organik dan hayati dan pestisida hayati sedapat mungkin dibuat sendiri. Dengan menerapkan pola tumpang sari, bisa menekan biaya budidaya cabai hingga Rp4.000 per batang. Produksi meningkat dan biaya efisien, itu yang kita harapkan," ujarnya.

Pada aspek manajemen, kelompok tani atau gapoktan didorong segera naik kelas dengan membentuk koperasi, bahkan lebih bagus lagi mengkorporasikan koperasi.

"Dalam hal tata niaga kita dorong pasar lelang cabai. Manfaatnya petani bisa menikmati harga tertinggi dari penawar yang ada, dibayar cash and carry, terbentuknya harga seragam one region one price dan memotong rantai pasok," jelas Ismail.

Kasubdit Cabai dan Sayuran Buah Mardiyah Hayati membenarkan harga cabai saat ini tertekan disebabkan karena over produksi dan mahalnya biaya angkut logistik antarpulau. "Petani masih terkendala cara mengefisienkan teknik petik cabai karena faktanya sampai saat ini masih harus dikerjakan manual," katanya.

Sementara Kasubdit Bawang dan Sayuran Umbi, Muhammad Agung Sunusi mengatakan harga bawang merah secara umum stabil. Diperkirakan pada Maret hingga April 2019 kawasan off season bawang merah di Madura, Jawa Barat dan Pantura Jawa Timur akan panen. Sementara itu, saat puasa dan lebaran nanti sentra besar seperti Brebes dan Nganjuk kembali memasuki panen raya.

"Insya Allah inflasi akibat fluktuasi harga cabai dan bawang merah makin aman terkendali tahun ini. Salah satu kuncinya, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bahu membahu bersama petani menjaga stabilitas pasokan," tuturnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5539 seconds (0.1#10.140)