Gubernur BI Beberkan Faktor-Faktor yang Menekan Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab nilai tukar rupiah mengalami tekanan hebat terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dalam satu pekan terakhir.
Hingga jeda siang perdagangan akhir pekan ini, kurs rupiah bahkan menyentuh level Rp14.300/USD atau menjadi yang terburuk sejak awal Januari lalu.
Perry menyebut, salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga minyak akibat sanksi terhadap Venezuela. Hal ini menurutnya membuat dolar semakin menguat dan melemahkan mata uang beberapa negara termasuk Indonesia. "Akibat sanksi Venezuela, harga WTI naik," ujar Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (8/3/2019).
Selanjutnya, Perry mengatakan bahwa faktor ekonomi politik juga mempengaruhi rupiah. Salah satunya belum adanya kesepakatan yang baik saat pertemuan Presiden Korea Utara Kim Jong Un dan Amerika Serikat Donal Trump. Serta, ketidakpastian Brexit yang menganggu sentimen pasar.
"Ketidakpastiannya kesepakatan Korea Utara dan Amerika lalu Brexit, ini membuat ada tekanan di mata uang dan faktor global, termasuk juga ke rupiah yang beberapa hari ini (penyebabnya) lebih banyak eksternal," katanya.
Perry menekankan bahwa pelemahan rupiah bukan disebabkan faktor domestik. Pasalnya, sentimen domestik menurutnya sangat positif, terlihat dari inflasi yang rendah dan survei konsumen yang membaik.
"Faktor domestik itu bagus, inflasi rendah, survei konsumen membaik, dan cadangan devisa meningkat. Dan kami perkirakan itu akan surplus di bulan Januari dan neraca perdagangan kita tunggu pengumuman BPS," tegasnya.
Hingga jeda siang perdagangan akhir pekan ini, kurs rupiah bahkan menyentuh level Rp14.300/USD atau menjadi yang terburuk sejak awal Januari lalu.
Perry menyebut, salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga minyak akibat sanksi terhadap Venezuela. Hal ini menurutnya membuat dolar semakin menguat dan melemahkan mata uang beberapa negara termasuk Indonesia. "Akibat sanksi Venezuela, harga WTI naik," ujar Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (8/3/2019).
Selanjutnya, Perry mengatakan bahwa faktor ekonomi politik juga mempengaruhi rupiah. Salah satunya belum adanya kesepakatan yang baik saat pertemuan Presiden Korea Utara Kim Jong Un dan Amerika Serikat Donal Trump. Serta, ketidakpastian Brexit yang menganggu sentimen pasar.
"Ketidakpastiannya kesepakatan Korea Utara dan Amerika lalu Brexit, ini membuat ada tekanan di mata uang dan faktor global, termasuk juga ke rupiah yang beberapa hari ini (penyebabnya) lebih banyak eksternal," katanya.
Perry menekankan bahwa pelemahan rupiah bukan disebabkan faktor domestik. Pasalnya, sentimen domestik menurutnya sangat positif, terlihat dari inflasi yang rendah dan survei konsumen yang membaik.
"Faktor domestik itu bagus, inflasi rendah, survei konsumen membaik, dan cadangan devisa meningkat. Dan kami perkirakan itu akan surplus di bulan Januari dan neraca perdagangan kita tunggu pengumuman BPS," tegasnya.
(fjo)