Garuda Minta Kompensasi Boeing Buntut Larangan Terbang 737 MAX-8
A
A
A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk bakal meminta kompensasi atas berhentinya operasional Boeing 737 MAX-8 terhadap produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) tersebut. Sejauh ini Garuda memiliki satu pesawat jenis series 737 MAX-8 yang harus dikandangkan, menyusul keputusan Boeing yang melarang terbang seluruh armada 737 MAX-8 miliknya di seluruh dunia.
"Iya harusnya. Kan kita sudah engga beroperasi nih. (Kompensasinya gimana?) Ada hitung-hitungannya. Kita liat juga dari futurenya (ke depannya). Kita belum hitung," ujar Direktur Utama (Dirut) Garuda I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Sementara itu, dia menekankan bahwa pemberhentian operasional Boeing 737 MAX-8 tidak mengganggu layanan Garuda Indonesia secara umum terhadap para penumpang. Pasalnya perseroan memiliki 251 unit pesawat yang dapat menggantikan Boeing 737 MAX-8 yang harus berhenti terbang.
"Terlebih, bulan ini masih masuk dalam low season. Nggak berpengaruh, total semua dengan Sriwijaya 251 unit pesawat. Kebetulan lagi low season," ujarnya.
Saat ini, Garuda Indonesia masih ikut memantau hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Federal Aviation Administration (FAA). Sebelumnya beberapa negara juga melakukan hal serupa dengan memboikot penggunaan Boeing 737 MAX.
"Karena mereka di bawah otoritas safety US. Kemenhub akan merefer itu. Kemarin notice ada yang harus diperbaiki di sistem, padahal mungkin di simulator kita engga ada. Nah mungkin itu yang harus diperbaiki," jelasnya.
"Iya harusnya. Kan kita sudah engga beroperasi nih. (Kompensasinya gimana?) Ada hitung-hitungannya. Kita liat juga dari futurenya (ke depannya). Kita belum hitung," ujar Direktur Utama (Dirut) Garuda I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Sementara itu, dia menekankan bahwa pemberhentian operasional Boeing 737 MAX-8 tidak mengganggu layanan Garuda Indonesia secara umum terhadap para penumpang. Pasalnya perseroan memiliki 251 unit pesawat yang dapat menggantikan Boeing 737 MAX-8 yang harus berhenti terbang.
"Terlebih, bulan ini masih masuk dalam low season. Nggak berpengaruh, total semua dengan Sriwijaya 251 unit pesawat. Kebetulan lagi low season," ujarnya.
Saat ini, Garuda Indonesia masih ikut memantau hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Federal Aviation Administration (FAA). Sebelumnya beberapa negara juga melakukan hal serupa dengan memboikot penggunaan Boeing 737 MAX.
"Karena mereka di bawah otoritas safety US. Kemenhub akan merefer itu. Kemarin notice ada yang harus diperbaiki di sistem, padahal mungkin di simulator kita engga ada. Nah mungkin itu yang harus diperbaiki," jelasnya.
(akr)