Laptop Asal China, Salah satu Impor Terbanyak pada Februari
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor bulan Februari 2019 mencapai USD12,20 miliar. Realisasi ini turun 18,61% bila dibandingkan dengan posisi Januari 2019 yang sebesar USD15,31 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penyumbang terbesar impor antara lain adalah barang elektronik. Salah satunya adalah laptop dan kendaraan bermotor.
"Impor utama dari China dengan share sebesar 31%. Barang yang diimpor antara lain laptop, lalu kedua dari Jepang untuk motor vehicle. Thailand 6,43% ada beberapa barang di sana, termasuk motor vehicle," ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (15/3/2019)
Dia menambahkan, impor bahan baku mengalami penurunan cukup tajam 21,11%, antara lain minyak mentah dan berbagai jenis baja. "Bahan modal kendaraan bermotor, transmition aparatus juga mengalami penurunan. Struktur impor enggak berubah," jelasnya.
Sementara itu, negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2019 adalah China dengan nilai USD4,14 miliar (31,02%), Jepang USD1,37 miliar (10,28%), dan Thailand USD0,73 miliar (5,51%). Impor nonmigas dari ASEAN sebesar 18,57%, sementara dari Uni Eropa 8,91%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penyumbang terbesar impor antara lain adalah barang elektronik. Salah satunya adalah laptop dan kendaraan bermotor.
"Impor utama dari China dengan share sebesar 31%. Barang yang diimpor antara lain laptop, lalu kedua dari Jepang untuk motor vehicle. Thailand 6,43% ada beberapa barang di sana, termasuk motor vehicle," ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (15/3/2019)
Dia menambahkan, impor bahan baku mengalami penurunan cukup tajam 21,11%, antara lain minyak mentah dan berbagai jenis baja. "Bahan modal kendaraan bermotor, transmition aparatus juga mengalami penurunan. Struktur impor enggak berubah," jelasnya.
Sementara itu, negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2019 adalah China dengan nilai USD4,14 miliar (31,02%), Jepang USD1,37 miliar (10,28%), dan Thailand USD0,73 miliar (5,51%). Impor nonmigas dari ASEAN sebesar 18,57%, sementara dari Uni Eropa 8,91%.
(fjo)