Potensi Listrik Tenaga Air 75.000 MW, Indonesia Baru Gunakan 7%

Sabtu, 16 Maret 2019 - 05:09 WIB
Potensi Listrik Tenaga...
Potensi Listrik Tenaga Air 75.000 MW, Indonesia Baru Gunakan 7%
A A A
JAKARTA - Potensi listrik tenaga air di Indonesia sangat besar, tapi utilisasi atau penggunaannya kurang dari 7%. Karena itu, pemerintah disarankan untuk mengubah konsep pembangunan pembangkit listrik tenaga air.

“Utilisasi potensi tenaga air menjadi tenaga listrik kurang dari 7%. Semua sumber natural air dari gunung mengalir langsung ke laut. Padahal potensi PLTA di seluruh Indonesia mencapai 75.000 MW,” ungkap Josef M Ullmer, President Director Andritz Hydro saat menggelar acara Hari Pelanggan Indonesia 2019 di Jakarta, Jumat (15/3/2019).

Josef mengatakan kurangnya pemanfaatan dari sumber daya air menjadi tenaga listrik dikarenakam lokasi potensi dan kebutuhan yang berbeda. Kebutuhan besar ada di Pulau Jawa dan potensi besarnya ada di luar Jawa.

Adhi Satriya, Senior Advisor to the Board of Director Andritz Hydro, menjelaskan, kegiatan Hari Pelanggan Indonesia 2019 bertujuan memberikan masukan kepada pemerintah untuk memanfaatkan potensi PLTA di Tanah Air. “

Kami berharap ke depan pemerintah mengajak industri untuk mendatangi sumber potensi PLTA. Contohnya sudah ada, pembangunan smelting Inalum di Asahan, Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Di sana ada dua potensi PLTA, salah satunya Sigura-gura. Semuanya di bangun satu paket dan satu lagi di Sulsel ada tambang nikel yang juga dibangun PLTA,” paparnya.

Dikatakannya, rencana umum penyediaan tenaga listrik oleh PLN hanya melayani kebutuhan, tapi tidak merencanakan pengembangan ekonominya. “Melalui konsep Renewable Energy Base Industrial Development, maka industri diajak dibangun di lokasi yang dekat dengan potensi PLTA sehingga menggerakkan roda perekonomian di daerah. Kami juga tengah mengadakan penjajakan dengan BUKAKA untuk membangun PLTA 350 MW di Kerinci,” tutur Adhi seraya menyebutkan, dalam waktu ada royek besar di Bogor dan Asahan 3 yang dikerjakan oleh PLN.

Hari Pelanggan Indonesia 2019 digelar untuk mengetahui perkembangan solusi energi berkelanjutan dalam pasar energi di Indonesia. Tentunya dengan konsep mutakhir dan ramah lingkungan di bidang pembangkit tenaga hidro yang diaplikasikan oleh Andritz Hydro.

Presentasi, tukar pengalaman mengenai pasar dan tren perkembangan global sekaligus fokus pada proyek large hydro, mini-hydro power projects, operation & maintenance (O&M), low-head solutions, teknologi pumped-storage adalah aspek penting dalam acara ini. Sebagai tambahan, Andritz Hydro menggunakan kesempatan ini untuk menginformasikan perkembangan dan perencanaan yang dimiliki untuk kehadiran dan operasionalnya di Indonesia.

“Teknologi yang dibangun oleh Andritz Hydro sesuai dengan misi Indonesia untuk memangkas esmisi 20% pada 2025. Kami terus mendorong penggunaan energi yang ramah lingkungan, terutama yang berkelanjutan,” kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Harris Harris.

Hal itu disampaikan saat memberikan kata sambutan dihadapan H.E. Helene Steinhaeusl, Duta Besar Kedutaan Besar Austria untuk Indonesia, Michael Lederer selaku Atase Transportasi, Inovasi, dan Teknologi Kedutaan Besar Autria di Jakarta.

Josef menyebutkan, Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dengan total kapasitas hidro terpasang sekitar 5.258 per MW. Pembangkit listrik tenaga air akan memainkan peranan penting dalam skema pengembangan negara ini. “Pemerintah menginginkan kesediaan listrik di pedesaan, pembangkit mikro sampai skala kecil akan dibutuhkan pada tahun-tahun mendatang,” ucapnya.

Dikatakannya, tantangan terbesar di Asia adalah mengatasi konflik antara kebutuhan besar akan energi listrik dan pertumbuhan yang tinggi. Meskipun telah banyak insentif yang diberikan oleh pemerintah terkait, proses perizinan secara keseluruhan sangat rumit dan memakan waktu.

“Kami melihat keinginan dan pengertian yang kurang bagus dari sektor perbankan lokal untuk memberikan skema pembiayaan jangka panjang yang atraktif untuk proyek pembangunan hidro,” katanya.

Energi listrik, tegas dia, adalah suatu keharusan untuk mengurangi kemiskinan. Sementara pembangkit hidro memberikan suplai tenaga listrik tersentralisasi dan desentralisasi dengan harga kompetitif dan ramah lingkungan.

“Hampir seluruh negara mendorong program untuk mendukung investasi swasta pada pembangkit hidro kecil. Hal ini adalah solusi sempuran untuk operasi secara desentralisasi atau di kepulauan, dan pengganti pembangkit tenaga diesel yang paling bersih, andal, dan ekonomis,” bebernya

“Kami berpengalaman di Indonesia dengan pengiriman pertama pada 1910 (Bangoen Poerbo). Perusahaan telah memasang atau memodernisasi sekitar 280 unit dengan kapasitas 3.000 MW di Indonesia. Ini berarti, lebih dari setengah kapasitas pembangkit yang terpasang dibuat kami,” pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9295 seconds (0.1#10.140)